IPB dan UI Ingatkan Pentingnya Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi

Rabu, 13 Mei 2020 - 14:40 WIB
Pandemi Covid-19 berdampak pada ketahanan pangan dan harus diantisipasi. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Ketahanan pangan di saat pandemi Covid-19 menjadi isu yang selalu dibahas, termasuk di Indonesia. Salah satu persoalan utamanya yakni seberapa besar kemampuan pemerintah menangani masalah pangan. Sementara, belum diketahui pasti kapan wabah Covid-19 berakhir.

Hal tersebut diungkapkan pakar ekonomi Universitas Indonesia (UI) Firmanzah. Dia mengatakan daya beli masyarakat semakin mengalami penurunan melihat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), karena banyaknya perusahaan yang gulung tikar akibat tidak adanya pemasukan saat dilanda wabah virus corona. Tentunya kondisi ini, sangat mempengaruhi ketahanan pangan.

“Saya setuju, Covid-19 ini menjadi berdampak pada ketahanan pangan dan harus segera diatasi. Perkembangan perekonomian Asia semakin drop, disusul pendapatan bersumber dari sektor migas semakin menurun. Seluruh negara mengalami krisis,” ucap Firmansyah dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (12/5/2020).



Menurut dia, perlu ada pendekatan holistik antar instansi untuk menangani permasalahan ini, seperti sinergi antara Kementerian PPN/Bappenas, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Pertanian, pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota. “Perlu ada transformasi struktural, terlebih setelah Covid-19 ini berlalu,” imbuhnya.

Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arief Satria mengatakan, meski dipastikan stok pangan masyarakat aman hingga Agustus mendatang, bukan berarti penanganan panganan berhenti begitu saja.

Masalah utama saat ini adalah pendistribusian logistik yang terhambat karena kebijakan Covid-19 terkait social distancing, diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dan pembatasan gerak rantai pasok pertanian.

Arief menegaskan, kendala tersebut menyebabkan ketidakpastian distribusi yang mempengaruhi musim tanam petani setelah Agustus nanti. Menurut dia, kondisi saat ini diperlukan kebijakan logistik untuk memasok pangan kepada masyarakat.

“Kita tidak bisa lagi menggunakan desain (pasok) logistik lama, salah satunya dengan sistem blok chance melalui pengembangan tekhnologi 4.0 yang menjamin akurasi data, sehingga koneksi hulu dan hilir menjadi lebih efisien,” katanya.

Selain itu, kondisi petani juga harus diperhatikan melihat kenyataan ditengah pandemi corona ini harga jual panen mereka, jatuh di pasaran. Dia menilai, over supply hasil pertanian menyebabkan penghasilan petani menurun.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More