Perajin Tahu-Tempe Mau Mogok, Kemendag Pastikan Stok Kedelai Cukup
Jum'at, 01 Januari 2021 - 07:58 WIB
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan para perajin akan mogok produksi pada 1-3 Januari 2021 memprotes naiknya harga kedelai.
(Baca Juga: Harga Kedelai Naik 50%, Perajin Tahu Tempe Ancam Mogok Produksi)
Sekretaris Jenderal Kemendag Suhanto mengatakan, pemerintah menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat. Menurut dia, Kemendag telah melakukan koordinasi dengan Gakoptindo dan memperoleh informasi bahwa harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami kenaikan dari Rp9.000/kg pada November 2020 menjadi Rp9.300-9.500/kg pada Desember 2020, atau naik sekitar 3,33-5,56%.
"Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin," kata Suhanto di Jakarta, Jumat (1/1/2021).
Suhanto menyampaikan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton. Dengan kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000-160.000 ton/bulan, maka stok tersebut menurutnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2-3 bulan mendatang.
(Baca Juga: Impor Tinggi, Perajin Tempe-Tahu Minta Produksi Kedelai Lokal Digenjot)
Dikatakan Suhanto, pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD 12,95/bushels, naik 9% dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92/bushels. Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 USD/ton, naik 6% dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 435 USD/ton.
(Baca Juga: Harga Kedelai Naik 50%, Perajin Tahu Tempe Ancam Mogok Produksi)
Sekretaris Jenderal Kemendag Suhanto mengatakan, pemerintah menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat. Menurut dia, Kemendag telah melakukan koordinasi dengan Gakoptindo dan memperoleh informasi bahwa harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami kenaikan dari Rp9.000/kg pada November 2020 menjadi Rp9.300-9.500/kg pada Desember 2020, atau naik sekitar 3,33-5,56%.
"Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin," kata Suhanto di Jakarta, Jumat (1/1/2021).
Suhanto menyampaikan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton. Dengan kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000-160.000 ton/bulan, maka stok tersebut menurutnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2-3 bulan mendatang.
(Baca Juga: Impor Tinggi, Perajin Tempe-Tahu Minta Produksi Kedelai Lokal Digenjot)
Dikatakan Suhanto, pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD 12,95/bushels, naik 9% dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92/bushels. Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 USD/ton, naik 6% dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 435 USD/ton.
(fai)
tulis komentar anda