Jaga Kualitas Kredit, BRI Pastikan Pencadangan Memadai
Senin, 25 Januari 2021 - 10:03 WIB
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI terus memastikan pengelolaan risiko kredit perusahaan berjalan secara terukur agar kinerja perusahaan serta kemampuan debitur membayar kredit terus terjaga. Tata kelola risiko kredit yang terukur dilakukan meski selama pandemi mayoritas debitur BRI dari segmen UMKM mengalami kesulitan.
"UMKM adalah segmen yang paling terdampak pandemi Covid-19. BRI fokus melakukan restrukturisasi di segmen ini yang notabene-nya adalah tulang punggung perekonomian Indonesia," kata Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta, Senin (25/1/2021).
BRI juga terus mengedepankan aspek kehati-hatian dalam menjalankan operasinya, agar tetap dapat menyalurkan kredit untuk UMKM. Salah satunya, jelas Sunarso, dengan menyediakan pencadangan yang memadai untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio rasio non-performing loan (NPL) coverage mencapai lebih dari 200%.
"Rasio kredit bermasalah BRI atau Loan at Risk (LAR) hingga kuartal III/2020 mencapai 29,77%. Angka ini muncul karena BRI banyak melakukan program PEN, salah satunya restrukturisasi terhadap debitur UMKM," jelas Sunarso.
Meski angkanya naik dibanding periode setahun sebelumnya, Sunarso memastikan pengelolaan LAR BRI dikelola dengan bagus. Hal ini terjadi lantaran sejak beberapa tahun lalu BRI telah secara konsisten menaikkan rasio pencadangan dan kecukupan modal.
Hingga kuartal III/2020, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BRI tercatat sebesar 20,38%. Tingginya rasio kecukupan modal ini menunjukkan terjaganya kemampuan perusahaan untuk menghadapi berbagai potensi risiko di masa depan.
"Pilihan bagi kami agar mencari selamat daripada menumpuk laba yang tinggi sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Karena itu, pendapatan BRI setiap tahun kerap banyak dialokasikan untuk pencadangan, yang manfaatnya terasa ketika masa pandemi ini. Kami sangat berhati-hati mengelola risiko dengan memupuk pencadangan yang tinggi,” papar Sunarso.
Strategi BRI untuk menjaga keberlajutan bisnis BRI tersebut direspons positif oleh pemegang saham yang dicerminkan dengan kinerja saham BRI menyentuh level tertinggi pada harga Rp4.890 per saham atau naik 5,8% pada perdagangan sehingga kapitalisasi pasarnya menembus Rp600 triliun.
"Ini merupakan bukti kepercayaan investor terhadap strategi perseroan dalam menghadapi pandemi yang saat ini masih terjadi. Saham BBRI yang menyentuh rekor tertinggi merupakan sinyal positif bahwa investor memberikan respon positif terhadap penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik oleh BRI. Sustainability itu dihargai lebih tinggi dari pada sekadar membukukan laba yang tinggi," pungkas Sunarso.
Lihat Juga: Lewat Program UMKM BISA Ekspor, Kemendag Dorong Ekspansi Pasar Global bagi UMKM Indonesia
"UMKM adalah segmen yang paling terdampak pandemi Covid-19. BRI fokus melakukan restrukturisasi di segmen ini yang notabene-nya adalah tulang punggung perekonomian Indonesia," kata Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta, Senin (25/1/2021).
BRI juga terus mengedepankan aspek kehati-hatian dalam menjalankan operasinya, agar tetap dapat menyalurkan kredit untuk UMKM. Salah satunya, jelas Sunarso, dengan menyediakan pencadangan yang memadai untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio rasio non-performing loan (NPL) coverage mencapai lebih dari 200%.
"Rasio kredit bermasalah BRI atau Loan at Risk (LAR) hingga kuartal III/2020 mencapai 29,77%. Angka ini muncul karena BRI banyak melakukan program PEN, salah satunya restrukturisasi terhadap debitur UMKM," jelas Sunarso.
Meski angkanya naik dibanding periode setahun sebelumnya, Sunarso memastikan pengelolaan LAR BRI dikelola dengan bagus. Hal ini terjadi lantaran sejak beberapa tahun lalu BRI telah secara konsisten menaikkan rasio pencadangan dan kecukupan modal.
Hingga kuartal III/2020, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BRI tercatat sebesar 20,38%. Tingginya rasio kecukupan modal ini menunjukkan terjaganya kemampuan perusahaan untuk menghadapi berbagai potensi risiko di masa depan.
"Pilihan bagi kami agar mencari selamat daripada menumpuk laba yang tinggi sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Karena itu, pendapatan BRI setiap tahun kerap banyak dialokasikan untuk pencadangan, yang manfaatnya terasa ketika masa pandemi ini. Kami sangat berhati-hati mengelola risiko dengan memupuk pencadangan yang tinggi,” papar Sunarso.
Strategi BRI untuk menjaga keberlajutan bisnis BRI tersebut direspons positif oleh pemegang saham yang dicerminkan dengan kinerja saham BRI menyentuh level tertinggi pada harga Rp4.890 per saham atau naik 5,8% pada perdagangan sehingga kapitalisasi pasarnya menembus Rp600 triliun.
"Ini merupakan bukti kepercayaan investor terhadap strategi perseroan dalam menghadapi pandemi yang saat ini masih terjadi. Saham BBRI yang menyentuh rekor tertinggi merupakan sinyal positif bahwa investor memberikan respon positif terhadap penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik oleh BRI. Sustainability itu dihargai lebih tinggi dari pada sekadar membukukan laba yang tinggi," pungkas Sunarso.
Lihat Juga: Lewat Program UMKM BISA Ekspor, Kemendag Dorong Ekspansi Pasar Global bagi UMKM Indonesia
(fai)
tulis komentar anda