Pemerintah Terbitkan Surat Utang Ritel, Pengamat: 2021 Bukan Iklim yang Tepat

Senin, 25 Januari 2021 - 22:01 WIB
foto/ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Pemerintah terbitkan SBN ritel pertama di tahun 2021. Seri ORI-019 diprediksi tidak akan berbeda dari sebelumnya. Ekonom PT Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat bagi iklim SBN ritel.

"Di tahun 2020 realisasinya Rp76,78 triliun, itu masih sesuai prediksi kami. Realisasinya ya sesuai ekspektasi. Tidak tertekan terlalu dalam," ujar Ahmad dalam IDX Channel Market Review Live di Jakarta, Senin (25/1/2021). ( Baca juga:Pasar Obligasi Indonesia Masih Tawarkan Imbal Hasil yang Legit buat Asing )

Dia mencatat, beberapa emiten memang mengurangi penerbitan obligasi karena kebutuhan ekspansi yang juga berkurang. Dari beberapa sektor, komoditas memang cenderung naik. Namun, penerbitan di tahun lalu bukan untuk kecenderungan ekspansi.



Baca Juga: Sri Mulyani Mau Cari Utang lagi, 6 Seri SBN Akan Diterbitkan

"Seperti misalnya multi-finance tahun lalu porsinya sebesar 14%. Tapi komoditas seperti pertambangan dan perkebunan cenderung naik," ungkap Ahmad.

Perbankan dan multi-finance, lanjut dia, memang mendominasi di tahun 2018. Tetapi di tahun 2020 jatuh hingga 67%. "Hanya Rp7,9 triliun dari perbankan. Ini karena kondisi likuiditas perbankan melimpah, DPK tumbuh tinggi tapi kredit tumbuh rendah," tambah Ahmad.

Pemerintah menjalankan belanja untuk Covid-19 dan Bank Indonesia menurunkan suku bunga, sehingga likuiditas di perekonomian melimpah. Dari sisi permintaan domestik besar, tapi sektor ritel dan lainnya ekspansinya tidak berjalan. Pemerintah menurunkan pajak bunga obligasi untuk meningkatkan permintaan ke depan.

"Kebutuhan ekspansif belum kelihatan di tahun lalu, kalau tahun ini kemungkinan di semester II. Tunggu sinyal dari sektor riil apakah memang tumbuh atau tidak. Bergantung pada seberapa cepatnya pemulihan ekonomi," jelas Ahmad. ( Baca juga:Iran Sambut Baik Kesiapan Arab Saudi Gelar Perundingan Bilateral )

Dia menyebutkan juga bahwa sektor riil akan berekspansi lebih cepat seiring pemulihan ekonomi. "Asing masuk ke pasar domestik sejak 1 Januari hingga 20 Januari, di pasar saham Rp11 triliun, kalau di surat utang ada Rp5 triliun. Sentimen di pasar saham menarik, karena euforia pemulihan ekonomi dan kemungkinan investor mengantisipasi harga rendah jadi pada memborong saham," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More