Pasar Obligasi Indonesia Masih Tawarkan Imbal Hasil yang Legit buat Asing
loading...
A
A
A
JAKARTA - Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) memberikan gambaran imbal hasil untuk pasar obligasi di tahun 2021. Terutama, pasar obligasi pemerintah.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI, Ezra Nazula, memprediksi imbal hasil obligasi pemerintah untuk durasi 10 tahun berpotensi turun ke level 5,5% di tahun 2021. Meskipun turun, level yield ini masih memberi potensi upside bagi investasi di pasar obligasi.
"Dibandingkan dengan kawasan lain, pasar obligasi Indonesia menawarkan imbal hasil riil yang superior, bahkan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia sebesar 3,6%," ujar Ezra hari ini (19/1) di Jakarta. ( Baca juga:Pasar Lebih Optimistis Dibandingkan Kondisi Makro )
Menurutnya, imbal hasil relatif tinggi yang ditawarkan pasar obligasi Indonesia masih akan menjadi daya tarik di tahun 2021, terutama bagi investor asing. Didukung oleh sentimen global maupun domestik yang lebih suportif akan berpeluang meningkatkan aliran real money.
"Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi pasar obligasi Indonesia. Karena secara historis, nilai tukar cenderung bergerak searah dengan pasar obligasi,” tambah Ezra. ( Baca juga:Macron Puji Muslim Prancis karena Teken Piagam yang Terima Sekularisme )
Tentang pasar obligasi di tahun 2020, Ezra mengatakan tahun lalu pasar obligasi Indonesia membukukan kinerja yang sangat tinggi, sebesar 14,7%, dengan didukung oleh pemangkasan suku bunga global, tingginya likuiditas domestik dan manajemen utang pemerintah yang baik.
Selain daripada menariknya imbal hasil obligasi, kinerja pasar pada kuartal keempat tahun lalu juga didukung oleh aliran dana investor asing yang mulai kembali ke pasar obligasi Indonesia pasca-disahkannya Omnibus Law dan stabilnya nilai tukar rupiah, mendukung aksi beli investor lokal yang konsisten sepanjang tahun.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI, Ezra Nazula, memprediksi imbal hasil obligasi pemerintah untuk durasi 10 tahun berpotensi turun ke level 5,5% di tahun 2021. Meskipun turun, level yield ini masih memberi potensi upside bagi investasi di pasar obligasi.
"Dibandingkan dengan kawasan lain, pasar obligasi Indonesia menawarkan imbal hasil riil yang superior, bahkan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia sebesar 3,6%," ujar Ezra hari ini (19/1) di Jakarta. ( Baca juga:Pasar Lebih Optimistis Dibandingkan Kondisi Makro )
Menurutnya, imbal hasil relatif tinggi yang ditawarkan pasar obligasi Indonesia masih akan menjadi daya tarik di tahun 2021, terutama bagi investor asing. Didukung oleh sentimen global maupun domestik yang lebih suportif akan berpeluang meningkatkan aliran real money.
"Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi pasar obligasi Indonesia. Karena secara historis, nilai tukar cenderung bergerak searah dengan pasar obligasi,” tambah Ezra. ( Baca juga:Macron Puji Muslim Prancis karena Teken Piagam yang Terima Sekularisme )
Tentang pasar obligasi di tahun 2020, Ezra mengatakan tahun lalu pasar obligasi Indonesia membukukan kinerja yang sangat tinggi, sebesar 14,7%, dengan didukung oleh pemangkasan suku bunga global, tingginya likuiditas domestik dan manajemen utang pemerintah yang baik.
Selain daripada menariknya imbal hasil obligasi, kinerja pasar pada kuartal keempat tahun lalu juga didukung oleh aliran dana investor asing yang mulai kembali ke pasar obligasi Indonesia pasca-disahkannya Omnibus Law dan stabilnya nilai tukar rupiah, mendukung aksi beli investor lokal yang konsisten sepanjang tahun.
(uka)