BI Beberkan Penyebab Neraca Dagang Defisit USD344,7 Juta
Sabtu, 16 Mei 2020 - 14:32 WIB
JAKARTA - Neraca Perdagangan Indonesia bulan April 2020 mengalami defisit USD344,7 juta, setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus USD715,7 juta.
Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko membeberkan defisit neraca dagang disebabkan melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas sejalan dengan dampak pandemi Covid-19 yang merebak ke seluruh dunia.
"Meskipun defisit, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia Januari-April 2020 tetap surplus USD2,25 miliar, lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, defisit USD2,35 miliar," terang Onny di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, termasuk neraca perdagangan, serta terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal. Baca Juga: Neraca Dagang Surplus, Ekonom: Belum Indikator Positif Bagi Ekonomi
Sebagai informasi, defisit neraca perdagangan April 2020 dipengaruhi defisit pada neraca perdagangan nonmigas dan migas. Neraca perdagangan nonmigas defisit USD100,9 juta pada April 2020, menurun dibandingkan capaian bulan sebelumnya surplus USD1,67 miliar.
Perkembangan tersebut akibat penurunan kinerja ekspor produk manufaktur dan bahan bakar mineral, khususnya batu bara. Kinerja positif ekspor emas, besi dan baja, serta minyak dan lemak nabati dapat menahan penurunan ekspor nonmigas yang lebih dalam.
Sementara itu, neraca perdagangan migas pada April 2020 defisit USD243,8 juta, lebih rendah dari defisit bulan sebelumnya USD953,3 juta. Penurunan defisit ini terutama dipengaruhi oleh penurunan impor migas sejalan dengan penurunan harga migas.
Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko membeberkan defisit neraca dagang disebabkan melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas sejalan dengan dampak pandemi Covid-19 yang merebak ke seluruh dunia.
"Meskipun defisit, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia Januari-April 2020 tetap surplus USD2,25 miliar, lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, defisit USD2,35 miliar," terang Onny di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, termasuk neraca perdagangan, serta terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal. Baca Juga: Neraca Dagang Surplus, Ekonom: Belum Indikator Positif Bagi Ekonomi
Sebagai informasi, defisit neraca perdagangan April 2020 dipengaruhi defisit pada neraca perdagangan nonmigas dan migas. Neraca perdagangan nonmigas defisit USD100,9 juta pada April 2020, menurun dibandingkan capaian bulan sebelumnya surplus USD1,67 miliar.
Perkembangan tersebut akibat penurunan kinerja ekspor produk manufaktur dan bahan bakar mineral, khususnya batu bara. Kinerja positif ekspor emas, besi dan baja, serta minyak dan lemak nabati dapat menahan penurunan ekspor nonmigas yang lebih dalam.
Sementara itu, neraca perdagangan migas pada April 2020 defisit USD243,8 juta, lebih rendah dari defisit bulan sebelumnya USD953,3 juta. Penurunan defisit ini terutama dipengaruhi oleh penurunan impor migas sejalan dengan penurunan harga migas.
(bon)
tulis komentar anda