Sinergi Comdev Membangun Optimisme UMKM di Tengah Pandemi
Selasa, 16 Maret 2021 - 03:11 WIB
JAKARTA - Sejak awal Pandemi COVID-19, banyak perubahan yang terjadi mulai dari kehidupan bermasyarakat termasuk juga bagi para pelaku usaha mulai dari mikro sampai besar. Keadaan yang nampaknya belum pulih kembali membuat pelaku bisnis mulai berusaha bertransisi kepada pemasaran berbasis digital. Untuk pelaku usaha mikro, hal ini menjadi sebuah tantangan baru sekaligus kompleks.
Cepatnya perubahan tren pemasaran produk atau jasa dengan berbasis digital mendorong para pelaku UMKM untuk bisa lebih cepat beradaptasi. Lebih ekstrim lagi, tidah hanya berbicara bagaimana mereka bisa berkembang, tapi tetap bertahan melawan drastisnya perubahan perilaku konsumen. Kemampuan kewirausahaan para pelaku UMKM akan diuji pada kondisi tersebut.
Seperti yang dialami pengusaha pemilik merk dagang kopi Sekarwangi, Titi dari Kabupaten Kuningan. Sistem yang dilakukan masih kuat di konvensional dengan meletakan produk di tempat oleh-oleh atau men-supply café-café lokal. Kopi sendiri ia dapatkan dari kelompok petani lokal yang sudah bekerja sama, dengan harapan mensejahterakan mereka.
Ia menyadari harus segera mencari solusi agar usaha mereka tetap berjalan, kendatipun sudah melakukan penjualan di media sosial maupun e-commerce, namun nampaknya belum membuahkan hasil riil.
Tantangan yang hampir sama juga dialami oleh SMKN 2 Tasikmalaya yang awalnya ingin merintis usaha bengkel. Upaya yang sudah dibangun untuk menjajaki layanan ganti oli berbasis sekolah pada akhirnya terkendala dengan menurunnya permintaan secara drastis pula.
Diungkapkan oleh Azis, guru pembina usaha bengkel SMKN 2 Tasikmalaya, pandemi yang masih berkelanjutan memukul usaha yang sebenarnya sudah siap untuk komersil.
"Sebenarnya tahun 2020 kami akhirnya siap untuk melakukan kick-off dengan product knowledge mengenai oli yang sudah kami pegang, namun pandemi datang sehingga akhirnya seperti terhenti. Dan, sepanjang pandemi paling hanya ada 1-2 konsumen dalam seminggu,” jelasnya.
Tantangan-tantangan inilah yang membuat kedua usaha tersebut semakin perlu menajamkan kemampuan-kemampuan kewirausahaan. Universitas Prasetiya Mulya melalui program Community Development (Comdev) kemudian berusaha menjawab kebutuhan. Program yang juga dapat dikatakan sebagai KKN ini diinisiasi sejak tahun 2008 di Sukabumi dahulu, hingga saat ini masih konsisten menguatkan kapasitas kewirausahaan pelaku usaha baik di perdesaan maupun perkotaan.
Cepatnya perubahan tren pemasaran produk atau jasa dengan berbasis digital mendorong para pelaku UMKM untuk bisa lebih cepat beradaptasi. Lebih ekstrim lagi, tidah hanya berbicara bagaimana mereka bisa berkembang, tapi tetap bertahan melawan drastisnya perubahan perilaku konsumen. Kemampuan kewirausahaan para pelaku UMKM akan diuji pada kondisi tersebut.
Seperti yang dialami pengusaha pemilik merk dagang kopi Sekarwangi, Titi dari Kabupaten Kuningan. Sistem yang dilakukan masih kuat di konvensional dengan meletakan produk di tempat oleh-oleh atau men-supply café-café lokal. Kopi sendiri ia dapatkan dari kelompok petani lokal yang sudah bekerja sama, dengan harapan mensejahterakan mereka.
Ia menyadari harus segera mencari solusi agar usaha mereka tetap berjalan, kendatipun sudah melakukan penjualan di media sosial maupun e-commerce, namun nampaknya belum membuahkan hasil riil.
Tantangan yang hampir sama juga dialami oleh SMKN 2 Tasikmalaya yang awalnya ingin merintis usaha bengkel. Upaya yang sudah dibangun untuk menjajaki layanan ganti oli berbasis sekolah pada akhirnya terkendala dengan menurunnya permintaan secara drastis pula.
Diungkapkan oleh Azis, guru pembina usaha bengkel SMKN 2 Tasikmalaya, pandemi yang masih berkelanjutan memukul usaha yang sebenarnya sudah siap untuk komersil.
"Sebenarnya tahun 2020 kami akhirnya siap untuk melakukan kick-off dengan product knowledge mengenai oli yang sudah kami pegang, namun pandemi datang sehingga akhirnya seperti terhenti. Dan, sepanjang pandemi paling hanya ada 1-2 konsumen dalam seminggu,” jelasnya.
Tantangan-tantangan inilah yang membuat kedua usaha tersebut semakin perlu menajamkan kemampuan-kemampuan kewirausahaan. Universitas Prasetiya Mulya melalui program Community Development (Comdev) kemudian berusaha menjawab kebutuhan. Program yang juga dapat dikatakan sebagai KKN ini diinisiasi sejak tahun 2008 di Sukabumi dahulu, hingga saat ini masih konsisten menguatkan kapasitas kewirausahaan pelaku usaha baik di perdesaan maupun perkotaan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda