Sentimen Pasar Saham Global dan Lonjakan Covid Bikin IHSG Galau
Rabu, 16 Juni 2021 - 19:45 WIB
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam dua pekan terakhir mengalami pergerakan naik dan turun pada kisaran level 6.000-6.100. Pergerakan ini dipengaruhi oleh berbagai sentimen dari luar dan dalam negeri.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menilai ada beberapa hal yang turut mempengaruhi pergerakan dalam dua pekan belakangan, seperti kinerja emiten, kondisi global, dan peningkatan kasus positif Covid-19.
"Selain kinerja emiten, faktor global hingga meningkatnya kembali kasus Covid turut memberikan sentimen di pasar. Pelaku pasar pun cenderung menahan diri," ujar Reza kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (16/6/2021).
Reza menambahkan, untuk sentimen di pasar saham Amerika Serikat (AS) dan Asia khususnya China tidak memberikan dampak langsung terhadap pergerakan IHSG belakangan ini, sebab investor melihat beberapa kondisi sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
"Pertama dari kondisi global dulu dan itu macam-macam misalkan data-data ekonomi global yang diperhatikan, kemudian pertumbuhan ekonomi juga dicermati juga oleh pelaku pasar. Nah, kebetulan kalau kita lihat beberapa rilis data di Asia khususnya di China belakangan ini memang angkanya belum sesuai ekspektasi pelaku pasar, sudah bertumbuh tapi masih di bawah ekspektasi," jelas dia.
Selain itu, Reza menyebut bahwa pelaku pasar juga melihat penjualan ritel di China yang ternyata masih di bawah ekspektasi. Sebab, jika dicermati karena China negara pertama yang terkena pandemi Covid-19, maka pelaku pasar menilai seharusnya perbaikan ekonominya berlangsung cepat.
"Orang berpikir dengan recovery cepet akan memberikan dampak perubahan yang cepet dengan ekonominya, jadi ini baru asumsi pasar, karena yang namanya pemulihan tidak langsung naik cepet," ucapnya. "Jadi walaupun angka-angka di China sudah menunjukan kenaikan tapi kenaikan yang terjadi masih di bawah ekspektasi pelaku pasar," lanjutnya.
Sementara itu, untuk sentimen dalam negeri, dia menyebut bahwa pelaku pasar saat ini memberikan perhatian khusus terhadap lonjakan kasus Covid-19 yang dikhawatirkan akan kembali diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Nah pelaku pasar melihatnya kalau misalkan lonjakan terus terjadi, jangan-jangan nanti pemerintah akan kembali memberlakukan PSBB yang diperketat, nah itu yang membuat pelaku pasar cenderung menahan diri," pungkasnya.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menilai ada beberapa hal yang turut mempengaruhi pergerakan dalam dua pekan belakangan, seperti kinerja emiten, kondisi global, dan peningkatan kasus positif Covid-19.
"Selain kinerja emiten, faktor global hingga meningkatnya kembali kasus Covid turut memberikan sentimen di pasar. Pelaku pasar pun cenderung menahan diri," ujar Reza kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (16/6/2021).
Reza menambahkan, untuk sentimen di pasar saham Amerika Serikat (AS) dan Asia khususnya China tidak memberikan dampak langsung terhadap pergerakan IHSG belakangan ini, sebab investor melihat beberapa kondisi sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
"Pertama dari kondisi global dulu dan itu macam-macam misalkan data-data ekonomi global yang diperhatikan, kemudian pertumbuhan ekonomi juga dicermati juga oleh pelaku pasar. Nah, kebetulan kalau kita lihat beberapa rilis data di Asia khususnya di China belakangan ini memang angkanya belum sesuai ekspektasi pelaku pasar, sudah bertumbuh tapi masih di bawah ekspektasi," jelas dia.
Selain itu, Reza menyebut bahwa pelaku pasar juga melihat penjualan ritel di China yang ternyata masih di bawah ekspektasi. Sebab, jika dicermati karena China negara pertama yang terkena pandemi Covid-19, maka pelaku pasar menilai seharusnya perbaikan ekonominya berlangsung cepat.
"Orang berpikir dengan recovery cepet akan memberikan dampak perubahan yang cepet dengan ekonominya, jadi ini baru asumsi pasar, karena yang namanya pemulihan tidak langsung naik cepet," ucapnya. "Jadi walaupun angka-angka di China sudah menunjukan kenaikan tapi kenaikan yang terjadi masih di bawah ekspektasi pelaku pasar," lanjutnya.
Sementara itu, untuk sentimen dalam negeri, dia menyebut bahwa pelaku pasar saat ini memberikan perhatian khusus terhadap lonjakan kasus Covid-19 yang dikhawatirkan akan kembali diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Nah pelaku pasar melihatnya kalau misalkan lonjakan terus terjadi, jangan-jangan nanti pemerintah akan kembali memberlakukan PSBB yang diperketat, nah itu yang membuat pelaku pasar cenderung menahan diri," pungkasnya.
(ind)
tulis komentar anda