Meluruskan Pandangan BBM Ron Tinggi Lebih Mahal dan Boros, Pengamat: Pertamax Lebih Hemat
Minggu, 01 Agustus 2021 - 01:20 WIB
JAKARTA - Sudah saatnya pandangan sebagian masyarakat bahwa bahan bakar minyak (BBM) dengan RON tinggi lebih mahal dan boros, diluruskan. Pasalnya, pada kendaraan keluaran baru dengan kompresi mesin tinggi, BBM berkualitas seperti Pertamax justru lebih hemat. Demikian disampaikan pengamat otomotif Dr. Yannes Martinus Pasaribu.
“Intinya, semakin tinggi oktan jika dipadu dengan mesin yang kompatibel, yaitu mesin berkompresi tinggi, maka penggunaan BBM dapat lebih hemat serta menghasilkan polusi lebih rendah,” kata Yannes kepada media.
Menurut pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut, BBM berkualitas sering diidentikkan dengan nilai RON yang tinggi. Dan kualitas BBM yang semakin baik tersebut, tidak dapat dilepaskan dengan tingkat teknologi pembakaran di mesin dan besarnya kapasitas mesin.
“Logikanya, semakin sedikit bensin yang dibakar akan semakin sedikit polusi yang dihasilkan. Semakin sempurna pembakaran di mesin, semakin sedikit pula polusi yang dihasilkan,” jelas Yannes.
Sebagai gambaran, lanjutnya, mesin-mesin kendaraan modern yang menggunakan bensin, sekarang ini sudah berada di antara 9:1 sampai 10:1. Bahkan beberapa sudah sampai 14:1.
Semakin tinggi kompresi mesin, ujarnya, maka campuran bahan bakar dan udara akan semakin padat dan semakin sedikit emisi gas buangnya. “Semakin sempurna pembakaran yang dihasilkan,” ujar Yannes.
Tidak hanya itu. Pada mesin kendaraan keluaran baru, juga dipasang injektor sebagai pengganti karburator. “Hal ini untuk menghasilkan pengabutan yang lebih halus dan mampat pada ruang bakar dengan tingkat kestabilan partikel dan densitas yang semakin baik,” ujarnya.
Namun sebaliknya, menurut Yannes mesin kompresi tinggi yang umumnya digunakan mobil terbaru, ledakan apinya juga tinggi. Jika dipaksakan pakai BBM oktan rendah, ditambah busi tipe panas, maka akan menyebabkan pembakaran tidak sempurna, karena BBM-nya akan terlalu cepat terbakar sebelum terpercik api dari busi.
"Ini akan menimbulkan knocking pada mesin, kemudian jika berkepanjangan akan terjadi penumpukan kerak di ruang bakar mesin. Akibatnya kendaraan menjadi tidak bertenaga, boros BBM, dan overheating. Ujung-ujungnya mesin akan semakin cepat rusak," tutup Yannes.
“Intinya, semakin tinggi oktan jika dipadu dengan mesin yang kompatibel, yaitu mesin berkompresi tinggi, maka penggunaan BBM dapat lebih hemat serta menghasilkan polusi lebih rendah,” kata Yannes kepada media.
Menurut pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut, BBM berkualitas sering diidentikkan dengan nilai RON yang tinggi. Dan kualitas BBM yang semakin baik tersebut, tidak dapat dilepaskan dengan tingkat teknologi pembakaran di mesin dan besarnya kapasitas mesin.
“Logikanya, semakin sedikit bensin yang dibakar akan semakin sedikit polusi yang dihasilkan. Semakin sempurna pembakaran di mesin, semakin sedikit pula polusi yang dihasilkan,” jelas Yannes.
Sebagai gambaran, lanjutnya, mesin-mesin kendaraan modern yang menggunakan bensin, sekarang ini sudah berada di antara 9:1 sampai 10:1. Bahkan beberapa sudah sampai 14:1.
Semakin tinggi kompresi mesin, ujarnya, maka campuran bahan bakar dan udara akan semakin padat dan semakin sedikit emisi gas buangnya. “Semakin sempurna pembakaran yang dihasilkan,” ujar Yannes.
Tidak hanya itu. Pada mesin kendaraan keluaran baru, juga dipasang injektor sebagai pengganti karburator. “Hal ini untuk menghasilkan pengabutan yang lebih halus dan mampat pada ruang bakar dengan tingkat kestabilan partikel dan densitas yang semakin baik,” ujarnya.
Namun sebaliknya, menurut Yannes mesin kompresi tinggi yang umumnya digunakan mobil terbaru, ledakan apinya juga tinggi. Jika dipaksakan pakai BBM oktan rendah, ditambah busi tipe panas, maka akan menyebabkan pembakaran tidak sempurna, karena BBM-nya akan terlalu cepat terbakar sebelum terpercik api dari busi.
"Ini akan menimbulkan knocking pada mesin, kemudian jika berkepanjangan akan terjadi penumpukan kerak di ruang bakar mesin. Akibatnya kendaraan menjadi tidak bertenaga, boros BBM, dan overheating. Ujung-ujungnya mesin akan semakin cepat rusak," tutup Yannes.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda