Pertanian Pintar Datangkan Cuan, Hartoyo Buktinya
Sabtu, 25 September 2021 - 16:07 WIB
KLATEN - Kegiatan bertani identik dengan kerja berat, lumpur, dan pendapatan yang kecil, bahkan tidak menentu. Imbasnya anak muda sekarang enggan menggeluti dunia pertanian . Namun hal itu tidak berlaku bagi Hartoyo, warga Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Hartoyo bercerita, dirinya pernah memilih urbanisasi ke kota dan menjadi karyawan, namun ia merasa lahan pertanian di kampung halamannya lebih memiliki potensi besar jika ditekuni dengan serius.
“Awalnya saya kerja sebagai karyawan di kota, tapi saya pikir saya mau jadi pengusaha aja. Saya bisa memanfaatkan keunggulan yang ada di desa, yaitu lahan pertanian, kalau yang dipermasalahkan adalah harga yang anjlok dan risiko padi yang mengalami gagal panen. Kita harus mencari cara untuk meminimalisur hal itu, dengan memanfaatkan teknologi,” ujar Hartoyo saat berdialog dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pada Jumat (24/9/2021).
Berbekal informasi dan semangat untuk menjadikan desanya semakin mandiri, Hartoyo memutuskan meninggalkan pekerjaannya dan menekuni pertanian dengan konsep smart farming.
“Alhamdulillah kita punya smart farming yang mudah diaplikasikan dan terhubung dari handphone. Jadi kita bisa mengukur tanah kita, termasuk cuaca, ph tanah, pupuk apa yang harus dipakai dan kapan kita mulai bertani, semua sudah ada petunjuknya,” ujar Hartoyo.
Lebih lanjut, Hartoyo mengungkapkan, konsep Smart Farming 4.0 memberi jalan keluar bagi petani dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
“Jadi sekarang kita tidak perlu pusing kapan kita bisa mulai bertani, kapan panen, dan pupuknya berapa takarannya. Semuanya lebih mudah,” jelasnya.
Hartoyo mengaku penghasilan yang diperolehnya dari bertani jauh lebih tinggi tiga kali lipat daripada gajinya saat masih kerja di kota.
Hartoyo bercerita, dirinya pernah memilih urbanisasi ke kota dan menjadi karyawan, namun ia merasa lahan pertanian di kampung halamannya lebih memiliki potensi besar jika ditekuni dengan serius.
“Awalnya saya kerja sebagai karyawan di kota, tapi saya pikir saya mau jadi pengusaha aja. Saya bisa memanfaatkan keunggulan yang ada di desa, yaitu lahan pertanian, kalau yang dipermasalahkan adalah harga yang anjlok dan risiko padi yang mengalami gagal panen. Kita harus mencari cara untuk meminimalisur hal itu, dengan memanfaatkan teknologi,” ujar Hartoyo saat berdialog dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pada Jumat (24/9/2021).
Berbekal informasi dan semangat untuk menjadikan desanya semakin mandiri, Hartoyo memutuskan meninggalkan pekerjaannya dan menekuni pertanian dengan konsep smart farming.
“Alhamdulillah kita punya smart farming yang mudah diaplikasikan dan terhubung dari handphone. Jadi kita bisa mengukur tanah kita, termasuk cuaca, ph tanah, pupuk apa yang harus dipakai dan kapan kita mulai bertani, semua sudah ada petunjuknya,” ujar Hartoyo.
Lebih lanjut, Hartoyo mengungkapkan, konsep Smart Farming 4.0 memberi jalan keluar bagi petani dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
“Jadi sekarang kita tidak perlu pusing kapan kita bisa mulai bertani, kapan panen, dan pupuknya berapa takarannya. Semuanya lebih mudah,” jelasnya.
Hartoyo mengaku penghasilan yang diperolehnya dari bertani jauh lebih tinggi tiga kali lipat daripada gajinya saat masih kerja di kota.
tulis komentar anda