Imbas Pandemi, Target Pertumbuhan Listrik 10 Tahun ke Depan Turun Jadi 4,9%
Selasa, 05 Oktober 2021 - 15:14 WIB
JAKARTA - Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 disusun dalam ketidakpastian demand yang diakibatkan pandemi Covid-19 . Realisasi pertumbuhan listrik pada 2020 minus 0,79% sehingga selanjutnya diproyeksikan pertumbuhan listrik untuk 10 tahun ke depan rata-rata sebesar 4,9% per tahun.
"Pertumbuhan listrik untuk 10 tahun ke depan rata-rata sebesar 4,9% per tahun, lebih rendah dari RUPTL 2019-2028 dengan rata-rata sebesar 6,4% per tahun," ujarnya pada Webinar Diseminasi RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030, Selasa (5/10/2021).
Di sisi lain, sebagian besar pembangkit program 35.000 megawatt yang telah direncanakan sejak 2015 memasuki masa konstruksi dan akan segera beroperasi. Hal ini akan berpotensi terjadinya over supply karena pasokan listrik yang tersedia dalam jumlah besar dengan demand yang rendah.
Zulkifli menuturkan, PLN berupaya untuk mengurangi risiko atau dampak oversupply antara lain melalui peningkatan demand dengan program pemasaran yang agresif seperti kompor induksi, kendaraan listrik (EV). Upaya lainnya dengan bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar terciptanya demand baru di Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan yang lainnya.
Pada sisi infrastruktur PLN akan meminimalkan penambahan kapasitas infrastruktur baru dan melaksanakan relokasi pembangkit PLTG/GU ke daerah-daerah yang membutuhkan untuk meminimalkan biaya investasi dan meningkatkan utilisasi aset serta melaksanakan negosiasi penyesuaian jadwal, baik itu kepada IPP pembangkit maupun penyedia bahan bakar.
"Pelaksanaan program co-firing yang tidak memerlukan biaya belanja modal dan hanya mengoptimalkan biaya operasional sehingga risiko kelebihan pasokan dapat dihindari sejalan dengan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT)," jelasnya.
Zulkifli menambahkan, RUPTL 2021-2030 merupakan RUPTL yang paling hijau sebagai landasan untuk mencapai netral karbon pada 2060. PLN berkomitmen mencapai bauran EBT 23% mulai tahun 2025 dan mendukung porsi EBT pada rencana pembangkit baru lebih dari 50%.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana direncanakan dalam RUPTL ini memerlukan sinergi antara PLN dan peran serta seluruh stakeholders. Pihak Swasta, badan usaha pengembang/IPP dan Lembaga Pendanaan memiliki peran penting dalam mendukung penyediaan kebutuhan investasi yang sangat besar dalam mewujudkan instalasi ketenagalistrikan yang aman, andal dan ramah lingkungan.
"Kami imbau agar PLN dapat melaksanakan RUPTL ini sesuai dengan rencana, akan sia-sia jika RUPTL yang telah disepakati bersama, tidak dilanjutkan ke tahap pengadaan dan direalisasikan. Kami minta seluruh infrastruktur yang direncanakan dalam RUPTL ini dapat COD tepat waktu," tuturnya.
"Pertumbuhan listrik untuk 10 tahun ke depan rata-rata sebesar 4,9% per tahun, lebih rendah dari RUPTL 2019-2028 dengan rata-rata sebesar 6,4% per tahun," ujarnya pada Webinar Diseminasi RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030, Selasa (5/10/2021).
Di sisi lain, sebagian besar pembangkit program 35.000 megawatt yang telah direncanakan sejak 2015 memasuki masa konstruksi dan akan segera beroperasi. Hal ini akan berpotensi terjadinya over supply karena pasokan listrik yang tersedia dalam jumlah besar dengan demand yang rendah.
Zulkifli menuturkan, PLN berupaya untuk mengurangi risiko atau dampak oversupply antara lain melalui peningkatan demand dengan program pemasaran yang agresif seperti kompor induksi, kendaraan listrik (EV). Upaya lainnya dengan bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar terciptanya demand baru di Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan yang lainnya.
Pada sisi infrastruktur PLN akan meminimalkan penambahan kapasitas infrastruktur baru dan melaksanakan relokasi pembangkit PLTG/GU ke daerah-daerah yang membutuhkan untuk meminimalkan biaya investasi dan meningkatkan utilisasi aset serta melaksanakan negosiasi penyesuaian jadwal, baik itu kepada IPP pembangkit maupun penyedia bahan bakar.
"Pelaksanaan program co-firing yang tidak memerlukan biaya belanja modal dan hanya mengoptimalkan biaya operasional sehingga risiko kelebihan pasokan dapat dihindari sejalan dengan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT)," jelasnya.
Zulkifli menambahkan, RUPTL 2021-2030 merupakan RUPTL yang paling hijau sebagai landasan untuk mencapai netral karbon pada 2060. PLN berkomitmen mencapai bauran EBT 23% mulai tahun 2025 dan mendukung porsi EBT pada rencana pembangkit baru lebih dari 50%.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana direncanakan dalam RUPTL ini memerlukan sinergi antara PLN dan peran serta seluruh stakeholders. Pihak Swasta, badan usaha pengembang/IPP dan Lembaga Pendanaan memiliki peran penting dalam mendukung penyediaan kebutuhan investasi yang sangat besar dalam mewujudkan instalasi ketenagalistrikan yang aman, andal dan ramah lingkungan.
"Kami imbau agar PLN dapat melaksanakan RUPTL ini sesuai dengan rencana, akan sia-sia jika RUPTL yang telah disepakati bersama, tidak dilanjutkan ke tahap pengadaan dan direalisasikan. Kami minta seluruh infrastruktur yang direncanakan dalam RUPTL ini dapat COD tepat waktu," tuturnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda