Ketum Asaki Beberkan Cara Importir Akali Safeguard Keramik
Selasa, 12 Oktober 2021 - 14:30 WIB
JAKARTA - Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mengusulkan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) kepada pemerintah di atas 35%. Namun, angka yang disetujui oleh Kementerian Keuangan ( Kemenkeu ) adalah 19-23%.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, pada awal penerapan safeguard , selama dua sampai tiga bulan pertama pengaruhnya cukup efektif. Hal itu terlihat dari angka impor yang menurun.
"Awal-awal penerapan safeguard, selama dua sampai tiga bulan pertama penerapan tersebut cukup efektif. Hal itu terlihat dari angka impor secara tren menurun di mana ini berdampak pada kenaikan harga produk impor di dalam negeri," ujarnya dalam diskusi Market Review di IDX Channel, Selasa (12/10/2021).
Namun, sambung dia, tak lama kemudian pemerintah China menerapkan ketentuan untuk menurunkan ketebalan keramik yang akan diekspor ke Indonesia. Langkah itu juga diikuti India untuk menyiasati ketentuan, dimana ketebalan produk keramik yang sebelumnya berkisar 10 mm ditipiskan menjadi 8 mm. "Jadi itu yang kami hadapi," tuturnya.
Sehubungan dengan itu, safeguard yang seharusnya efektif menjadi tidak efektif. Sebagai gambaran, dia menjelaskan bahwa selama tiga tahun (2015-2017) tanpa safeguard, angka impor mencapai USD 640 jutaan. Sementara, pada 2018-2020 saat diterapkan safeguard, impor justru meningkat menjadi USD860 juta. "Ini peningkatannya cukup besar, sekitar 30%," imbuhnya.
Terkait hal ini, Asaki berulang kali melaporkan kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. "Manakala BMTP safeguard ini hanya berkisar 15-17% apalagi menurun hingga 13% dimana angka ini di bawah ketentuan, maka Asaki akan bertindak cepat," tegas Ketum Asaki.
Di samping persoalan yang tengah dihadapi, Asaki juga mempelajari tren dari tahun ke tahun yang menunjukkan kemungkinan besar terdapat indikasi transhipment dari China melalui Malaysia. Selain itu, kata dia, tidak lepas juga akan adanya kemungkinan praktik dumping oleh produsen China dan India. "Nah ini sedang kita pelajari, kita kumpulkan datanya," katanya.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, pada awal penerapan safeguard , selama dua sampai tiga bulan pertama pengaruhnya cukup efektif. Hal itu terlihat dari angka impor yang menurun.
"Awal-awal penerapan safeguard, selama dua sampai tiga bulan pertama penerapan tersebut cukup efektif. Hal itu terlihat dari angka impor secara tren menurun di mana ini berdampak pada kenaikan harga produk impor di dalam negeri," ujarnya dalam diskusi Market Review di IDX Channel, Selasa (12/10/2021).
Namun, sambung dia, tak lama kemudian pemerintah China menerapkan ketentuan untuk menurunkan ketebalan keramik yang akan diekspor ke Indonesia. Langkah itu juga diikuti India untuk menyiasati ketentuan, dimana ketebalan produk keramik yang sebelumnya berkisar 10 mm ditipiskan menjadi 8 mm. "Jadi itu yang kami hadapi," tuturnya.
Sehubungan dengan itu, safeguard yang seharusnya efektif menjadi tidak efektif. Sebagai gambaran, dia menjelaskan bahwa selama tiga tahun (2015-2017) tanpa safeguard, angka impor mencapai USD 640 jutaan. Sementara, pada 2018-2020 saat diterapkan safeguard, impor justru meningkat menjadi USD860 juta. "Ini peningkatannya cukup besar, sekitar 30%," imbuhnya.
Terkait hal ini, Asaki berulang kali melaporkan kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. "Manakala BMTP safeguard ini hanya berkisar 15-17% apalagi menurun hingga 13% dimana angka ini di bawah ketentuan, maka Asaki akan bertindak cepat," tegas Ketum Asaki.
Di samping persoalan yang tengah dihadapi, Asaki juga mempelajari tren dari tahun ke tahun yang menunjukkan kemungkinan besar terdapat indikasi transhipment dari China melalui Malaysia. Selain itu, kata dia, tidak lepas juga akan adanya kemungkinan praktik dumping oleh produsen China dan India. "Nah ini sedang kita pelajari, kita kumpulkan datanya," katanya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda