Indonesia dan Jerman Hadapi Tantangan Perubahan Iklim Lewat Proyek Infrastruktur Hijau
Kamis, 04 November 2021 - 22:34 WIB
JAKARTA - Dalam rangkaian acara di Paviliun Indonesia pada COP 26 Climate Change Conference 2 November 2021, Indonesia dan Jerman mengumumkan inisiatif kerja sama strategis untuk mempercepat dan mengimplementasikan proyek infrastruktur hijau atau Green Infrastructure Initiative (GII).
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia dan Jerman; Deputi Menteri Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti, Direktur Jenderal Kementerian Federal Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Prof. Claudia Warning, Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Jerman Arif Havas Oegroseno, Direktur Regional KfW Stephan Opitz, dan Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil
Dalam sambutan, Prof. Claudia Warning menyatakan bahwa GII merupakan babak baru dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengimplementasikan investasi infrastruktur yang relevan dengan lingkungan dan iklim. “Kami berharap melalui mekanisme kerja sama yang strategis ini, kami dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya kami untuk memerangi perubahan iklim sejalan dengan urgensi yang kita semua sadari,” kata Prof. Warning dalam keterangan pers, Kamis (4/11/2021).
Dalam diskusi panel tersebut, para peserta menyampaikan tanggapan mereka tentang keunikan serta tantangan untuk mewujudkan inisiatif dan mengimplementasikannya dengan sukses. Prof. Claudia Warning menjelaskan bahwa inisiatif ini unik dalam pendekatan komprehensifnya, karena Indonesia mengoordinasikan dirinya sendiri dan dengan demikian membantu Jerman untuk memprioritaskan dukungan teknis dan finansial.
Dia menyatakan bahwa dengan cara ini, para mitra Indonesia mencapai kejelasan urutan yang ingin diimplementasikan dan tempat untuk mengimplementasikannya. Member of the Management Committee KfW Development Bank, Europe, and Asia Stephan Opitz menambahkan dari perspektif pembiayaan, bahwa GII mempunyai cara inovatif dalam mekanisme pembiayaan yang fleksibel. Dari sudut pandangnya, hal dapat memenuhi kebutuhan Pemerintah Indonesia untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di setiap provinsi atau sektor tertentu.
Menurut Nani Hendiarti, tantangan yang dihadapi Indonesia di GII adalah mengidentifikasi proyek dan membangun mekanisme komunikasi yang koheren dengan dan antar-pemerintah daerah dalam inisiatif yang kompleks ini. Hal ini kemudian digaungkan oleh Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil, yang menekankan pentingnya komunikasi yang erat dengan pemerintah pusat dan memiliki sistem bottom-up yang terstruktur dengan baik untuk mewujudkan kerja nyata. Terlepas dari tantangan substansial, beliau memiliki harapan.
“Jawa Barat mengapresiasi inisiatif ini. Ini saatnya untuk memperbaiki dan melawan pemanasan global. Hal seperti ini belum ada dalam pola pikir semua orang dan itulah mengapa edukasi mengenai inisiatif hijau ini tidak mudah,” kata Ridwan Kamil.
Terlepas dari tantangannya, GII dipandang sebagai panutan bagi kerja sama bilateral atau multilateral di masa depan di seluruh dunia dalam hal-hal yang relevan dengan iklim/lingkungan.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia dan Jerman; Deputi Menteri Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti, Direktur Jenderal Kementerian Federal Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Prof. Claudia Warning, Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Jerman Arif Havas Oegroseno, Direktur Regional KfW Stephan Opitz, dan Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil
Dalam sambutan, Prof. Claudia Warning menyatakan bahwa GII merupakan babak baru dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengimplementasikan investasi infrastruktur yang relevan dengan lingkungan dan iklim. “Kami berharap melalui mekanisme kerja sama yang strategis ini, kami dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya kami untuk memerangi perubahan iklim sejalan dengan urgensi yang kita semua sadari,” kata Prof. Warning dalam keterangan pers, Kamis (4/11/2021).
Dalam diskusi panel tersebut, para peserta menyampaikan tanggapan mereka tentang keunikan serta tantangan untuk mewujudkan inisiatif dan mengimplementasikannya dengan sukses. Prof. Claudia Warning menjelaskan bahwa inisiatif ini unik dalam pendekatan komprehensifnya, karena Indonesia mengoordinasikan dirinya sendiri dan dengan demikian membantu Jerman untuk memprioritaskan dukungan teknis dan finansial.
Dia menyatakan bahwa dengan cara ini, para mitra Indonesia mencapai kejelasan urutan yang ingin diimplementasikan dan tempat untuk mengimplementasikannya. Member of the Management Committee KfW Development Bank, Europe, and Asia Stephan Opitz menambahkan dari perspektif pembiayaan, bahwa GII mempunyai cara inovatif dalam mekanisme pembiayaan yang fleksibel. Dari sudut pandangnya, hal dapat memenuhi kebutuhan Pemerintah Indonesia untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di setiap provinsi atau sektor tertentu.
Menurut Nani Hendiarti, tantangan yang dihadapi Indonesia di GII adalah mengidentifikasi proyek dan membangun mekanisme komunikasi yang koheren dengan dan antar-pemerintah daerah dalam inisiatif yang kompleks ini. Hal ini kemudian digaungkan oleh Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil, yang menekankan pentingnya komunikasi yang erat dengan pemerintah pusat dan memiliki sistem bottom-up yang terstruktur dengan baik untuk mewujudkan kerja nyata. Terlepas dari tantangan substansial, beliau memiliki harapan.
“Jawa Barat mengapresiasi inisiatif ini. Ini saatnya untuk memperbaiki dan melawan pemanasan global. Hal seperti ini belum ada dalam pola pikir semua orang dan itulah mengapa edukasi mengenai inisiatif hijau ini tidak mudah,” kata Ridwan Kamil.
Terlepas dari tantangannya, GII dipandang sebagai panutan bagi kerja sama bilateral atau multilateral di masa depan di seluruh dunia dalam hal-hal yang relevan dengan iklim/lingkungan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda