PHM Pikat Anak Muda Tekuni Sektor Pertanian lewat Program Petani Maju 4.0

Jum'at, 03 Desember 2021 - 23:35 WIB
Demplot Pertakultur bagian dari Program Petani Maju 4.0 yang dikenalkan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) di Kelurahan Senipah, Semboja, Kutai Kartanegara, Kaltim. Foto/M Faizal
KUTAI KARTANEGARA - Menjadi petani tampaknya bukan lagi profesi yang menarik bagi banyak pemuda masa kini. Banyak pemuda, meski lahir dari keluarga petani, kini lebih memilih untuk bekerja kantoran sebagai karyawan di perusahaan.

Fenomena yang sama terjadi di Kampung Kamal, yang berjarak sekitar 2 km dari salah satu fasilitas produksi di Wilayah Kerja (WK) Mahakam: Bekapi-Senipah-Peciko-South Mahakam (BSP), yang dioperasikan Pertamina Huku Mahakam (PHM). Di kampung yang sejatinya potensial untuk dijadikan area pertanian tersebut, budaya bertani sudah banyak ditinggalkan. Padahal, di sana terhampar 41 ha lahan tidur, yang jika dikelola secara baik, dapat menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan.



Karena itu, setelah mengidentifikasi berbagai persoalan terkait pengelolaan lahan di wilayah tersebut, PHM menginisiasi Program Petani Maju 4.0 sejak tahun 2018. Menurut Head of Communication, Relations & CID PHM Frans Alexander A Hukom, PHM menargetkan kelompok pemuda untuk implementasi program ini, karena merekalah yang diharapkan dapat meneruskan budaya bertani di Kampung Kamal.



"Program ini dimulai dengan membuat pemetaan sosial dan identifikasi wilayah, dilanjutkan dengan mendorong pembentukan kelompok tani, dan saat ini program tersebut sudah bergulir," ujarnya di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Jumat (3/12/2021).

Frans mengatakan, harapannya pada tahun 2022, program Petani Maju 4.0 dapat menjadi rujukan dan wilayah percontohan agrowisata ramah lingkungan di wilayah Kutai Kartanegara. Guna menarik minat para pemuda untuk kembali menggeluti sektor pertanian, PHM banyak mengenalkan aspek teknologi di dalam program ini.

Teknik yang diperkenalkan pada program ini adalah pertanian pertakultur yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keberlanjutan. Teknik pertanian ini salah satunya menerapkan pemanfaatan bahan dan alat pertanian yang diproduksi sendiri oleh kelompok tani. Selain itu, aspek teknologi lainnya juga dikenalkan untuk memberikan hasil yang lebih optimal.

PHM membina dua kelompok tani yang menguasai pengetahuan bertani dengan teknik pertakultur. Salah satunya, dengan mengolah limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk organik yang diproduksi secara mandiri. Saat ini, kelompok tani tersebut telah mampu memproduksi pupuk organik cair (PCO) hingga 500 liter per bulan. Kelompok petani binaan ini juga dilatih memproduksi media tanam secara mandiri, yang kini mencapai 300 kg per bulan.

"Dari kedua material pendukung tersebut, kelompok tani saat ini bisa mendapatkan tambahan penghasilan hingga Rp9,6 juta per tahun," ungkap Frans.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More