PGN dan Pupuk Iskandar Muda Kembangkan Blue Ammonia
Rabu, 02 Maret 2022 - 20:38 WIB
JAKARTA - PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina bersinergi dengan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) untuk melakukan hilirisasi pengembangan gas bumi yang ramah lingkungan berupa blue ammonia. Langkah awal dari program ini ditandangani dengan Nota Kesepahaman yang dilakukan oleh Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan dan Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif pada pekan lalu.
Direktur Strategi & Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan, kolaborasi bersama PIM dilakukan untuk melakukan kajian bersama dalam rangka hilirisasi gas bumi dan pengembangan bisnis berbasis gas (C1) yang ramah lingkungan terutama terkait bisnis Blue Ammonia.
Blue ammonia merupakan ammonia yang diproses melalui tahapan Carbon Capture Storage (CCS) pada saat produksi H2, sehingga lebih ramah lingkungan, mudah ditransportasikan dan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik atau sektor transportasi. Hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk penurunan emisi karbon sampai dengan 29% dan menuju net zero emission sebelum tahun 2060.
Baca juga: Lepas Saham di Rosneft Saat Perang Ukraina Pecah, Raksasa Migas BP Kehilangan Rp38,8 Triliun
“Pertamina Group bersama PIM, BUMN, dan mitra bisnis lainya berupaya menyusun rencana bisnis yang terintegrasi mencakup seluruh potensi bisnis yang ada agar bisa merealisasikan kerja sama melalui pemanfaatan energi dengan tingkat emisi yang lebih rendah, sejalan dengan salah satu isu prioritas dari tiga isu utama KTT G20, termasuk peran gas bumi dalam transisi energi,” ujar Heru di Jakarta, Rabu (02/03/2022).
Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif mengatakan, salah satu rencana perusahaan ke depan adalah mengembangkan Blue Ammonia di lahan IMIA, di mana akan menggandeng PGN sebagai penyedia gas bumi dan infrastruktur gas untuk Pabrik Ammonia baru. PIM akan menyediakan lahan dan utilitas untuk operasional pabrik, serta mengoperasikan pabrik Blue Ammonia karena pengalaman panjang PIM dalam pengoperasian pabrik pupuk.
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di pabrik ammonia akan di-capture dan di-treatment lebih lanjut dalam bentuk CCS (Carbon Capture Storage) atau CCUS (Carbon Capture Utilization Unit), sehingga Ammonia yang diproduksi menjadi Blue Ammonia.
“CO2 yang dihasilkan akan diinjeksikan ke sumur oil and gas untuk menambah tonase oil recovery. Dengan menyimpan CO2 di bawah tanah, dapat menjadi enabler untuk peningkatan produksi migas. Hal ini berpotensi meningkatkan profit PGN maupun PIM,” ujar Budi.
Direktur Strategi & Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan, kolaborasi bersama PIM dilakukan untuk melakukan kajian bersama dalam rangka hilirisasi gas bumi dan pengembangan bisnis berbasis gas (C1) yang ramah lingkungan terutama terkait bisnis Blue Ammonia.
Blue ammonia merupakan ammonia yang diproses melalui tahapan Carbon Capture Storage (CCS) pada saat produksi H2, sehingga lebih ramah lingkungan, mudah ditransportasikan dan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik atau sektor transportasi. Hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk penurunan emisi karbon sampai dengan 29% dan menuju net zero emission sebelum tahun 2060.
Baca juga: Lepas Saham di Rosneft Saat Perang Ukraina Pecah, Raksasa Migas BP Kehilangan Rp38,8 Triliun
“Pertamina Group bersama PIM, BUMN, dan mitra bisnis lainya berupaya menyusun rencana bisnis yang terintegrasi mencakup seluruh potensi bisnis yang ada agar bisa merealisasikan kerja sama melalui pemanfaatan energi dengan tingkat emisi yang lebih rendah, sejalan dengan salah satu isu prioritas dari tiga isu utama KTT G20, termasuk peran gas bumi dalam transisi energi,” ujar Heru di Jakarta, Rabu (02/03/2022).
Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif mengatakan, salah satu rencana perusahaan ke depan adalah mengembangkan Blue Ammonia di lahan IMIA, di mana akan menggandeng PGN sebagai penyedia gas bumi dan infrastruktur gas untuk Pabrik Ammonia baru. PIM akan menyediakan lahan dan utilitas untuk operasional pabrik, serta mengoperasikan pabrik Blue Ammonia karena pengalaman panjang PIM dalam pengoperasian pabrik pupuk.
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di pabrik ammonia akan di-capture dan di-treatment lebih lanjut dalam bentuk CCS (Carbon Capture Storage) atau CCUS (Carbon Capture Utilization Unit), sehingga Ammonia yang diproduksi menjadi Blue Ammonia.
“CO2 yang dihasilkan akan diinjeksikan ke sumur oil and gas untuk menambah tonase oil recovery. Dengan menyimpan CO2 di bawah tanah, dapat menjadi enabler untuk peningkatan produksi migas. Hal ini berpotensi meningkatkan profit PGN maupun PIM,” ujar Budi.
(ynt)
tulis komentar anda