Tekan Emisi Karbon, PLN Sulap Limbah Bonggol Jagung Jadi Bahan Bakar PLTU
Jum'at, 18 Maret 2022 - 07:47 WIB
JAKARTA - PT PLN (Persero) memanfaatkan limbah domestik seperti bonggol jagung untuk dijadikan alternatif batu bara (cofiring) sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya. Terobosan ini merupakan upaya menurunkan emisi dan mendukung transisi energi.
General Manager PLN UIKL Sulawesi Munawwar Furqan mengatakan, program Cofiring PLTU Punagaya telah berlangsung sejak 10 Februari 2021 dan berhasil memanfaatkan kurang lebih 77,5 ton limbah domestik masyarakat disekitar PLTU.
"Upaya penerapan cofiring tersebut berdampak pada penurunan nilai emisi karbon sebesar 121.869 ton CO2 dalam setahun sejak 2020 hingga 2021," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (18/3/2202).
Dalam penerapan program cofiring, PLTU berkapasitas 2x100 MW ini memanfaatkan bonggol jagung yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.
Angka penurunan diatas sesuai dengan capaian intensitas emisi PLTU Punagaya pada tahun 2021 yakni 1,002 ton CO2 per MWh atau lebih rendah dari Nilai Batas Atas (Cap) PLTU yang telah ditetapkan oleh kementrian ESDM yakni sebesar 1,013 ton CO2 per MWh.
Menurutnya, angka penurunan ini didapat dari konsistensi PLN dalam menerapkan pola operasi yang baik pada pembangkitnya serta diterapkan metode cofiring pada PLTU Punagaya #1 yang memberikan dampak bagi penurunan emisi karbon. "PLN Punagaya juga berhasil melakukan Trading karbon kebeberapa Pembangkit PLTU milik PLN Lainnya," ujarnya.
Dalam menjaga rantai pasok bonggol jagung, PLN bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jeneponto dengan menggandeng masyarakat lokal setempat.
“Tujuan dari kerjasama tersebut adalah memanfaatkan limbah domestik masayarakat yang masih memiliki nilai ekonomis hingga pada akhirnya limbah domestik memiliki manfaat sebagai bahan bakar campuran batu bara," paparnya.
General Manager PLN UIKL Sulawesi Munawwar Furqan mengatakan, program Cofiring PLTU Punagaya telah berlangsung sejak 10 Februari 2021 dan berhasil memanfaatkan kurang lebih 77,5 ton limbah domestik masyarakat disekitar PLTU.
"Upaya penerapan cofiring tersebut berdampak pada penurunan nilai emisi karbon sebesar 121.869 ton CO2 dalam setahun sejak 2020 hingga 2021," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (18/3/2202).
Dalam penerapan program cofiring, PLTU berkapasitas 2x100 MW ini memanfaatkan bonggol jagung yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.
Angka penurunan diatas sesuai dengan capaian intensitas emisi PLTU Punagaya pada tahun 2021 yakni 1,002 ton CO2 per MWh atau lebih rendah dari Nilai Batas Atas (Cap) PLTU yang telah ditetapkan oleh kementrian ESDM yakni sebesar 1,013 ton CO2 per MWh.
Menurutnya, angka penurunan ini didapat dari konsistensi PLN dalam menerapkan pola operasi yang baik pada pembangkitnya serta diterapkan metode cofiring pada PLTU Punagaya #1 yang memberikan dampak bagi penurunan emisi karbon. "PLN Punagaya juga berhasil melakukan Trading karbon kebeberapa Pembangkit PLTU milik PLN Lainnya," ujarnya.
Dalam menjaga rantai pasok bonggol jagung, PLN bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jeneponto dengan menggandeng masyarakat lokal setempat.
“Tujuan dari kerjasama tersebut adalah memanfaatkan limbah domestik masayarakat yang masih memiliki nilai ekonomis hingga pada akhirnya limbah domestik memiliki manfaat sebagai bahan bakar campuran batu bara," paparnya.
(ind)
tulis komentar anda