Tugas Berat Sosok Cantik di OJK: Jauhkan Masyarakat dari Rentenir Online
Jum'at, 08 April 2022 - 02:49 WIB
JAKARTA - Friderica Widyasari Dewi ditetapkan sebagai anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen periode 2022-2027. Kontan saja, sosok cantik kelahiran 1975 ini menjadi sorotan publik.
Di luar kecantikannya yang sudah tak terbantahkan, menyembul pertanyaan: mampukah Kiki (panggilan akrab Friderica) menjalakan tugasnya. Bagaimana pun tugasnya di OJK bukanlah pekerjaan ringan.
Kiki memang klotokan dengan dunia pasar modal. Satu dekade lebih waktunya dibureskan di Bursa Efek Indonesia. Mulai dari posisi kepala divisi komunikasi perusahaan BEI di tahun 2006 hingga duduk di jajaran dewan direksi sebaga direktur pengembangan BEI pada 2009.
Salah satu tugas berat Kiki adalah meningkatkan angka literasi keuangan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 38,03% dan indeks inklusi keuangan 76,19%.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan hasil survei OJK pada 2016. Saat itu, indeks literasi keuangan baru mencapai 29,7% dan indeks inklusi keuangan 67,8%.
Jika melihat data-data itu tergambar bahwa indeks literasi keuangan sulit mendekati angka inklusi keuangan, gapnya mencapai 50%. Nah tahun 2024 OJk menargetkan angka indeks inklusi keuangan sebesar 90%.
Untuk mengejar target itu, OJK tentu akan mendorong industri jasa keuangan agar semakin mudah "dicicipi" masyarakat. Perkaranya, ketika masyarakat mulai mudah bersentuhan dengan produk-produk keuangan, tapi di sisi lain masyarakat masih belum melek soal itu, bisa berabe.
Ujung-ujungnya, akan muncul kasus-kasus investasi bodong ataupun terjerat rentenir online alias pinjaman online ilegal, seperti yang marak terjadi saat ini. Apalagi, kemajuan teknologi semakin memudahkan masyarakat mengakses produk-produk keuangan, terutama yang dari fintech.
Di luar kecantikannya yang sudah tak terbantahkan, menyembul pertanyaan: mampukah Kiki (panggilan akrab Friderica) menjalakan tugasnya. Bagaimana pun tugasnya di OJK bukanlah pekerjaan ringan.
Kiki memang klotokan dengan dunia pasar modal. Satu dekade lebih waktunya dibureskan di Bursa Efek Indonesia. Mulai dari posisi kepala divisi komunikasi perusahaan BEI di tahun 2006 hingga duduk di jajaran dewan direksi sebaga direktur pengembangan BEI pada 2009.
Salah satu tugas berat Kiki adalah meningkatkan angka literasi keuangan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 38,03% dan indeks inklusi keuangan 76,19%.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan hasil survei OJK pada 2016. Saat itu, indeks literasi keuangan baru mencapai 29,7% dan indeks inklusi keuangan 67,8%.
Jika melihat data-data itu tergambar bahwa indeks literasi keuangan sulit mendekati angka inklusi keuangan, gapnya mencapai 50%. Nah tahun 2024 OJk menargetkan angka indeks inklusi keuangan sebesar 90%.
Untuk mengejar target itu, OJK tentu akan mendorong industri jasa keuangan agar semakin mudah "dicicipi" masyarakat. Perkaranya, ketika masyarakat mulai mudah bersentuhan dengan produk-produk keuangan, tapi di sisi lain masyarakat masih belum melek soal itu, bisa berabe.
Ujung-ujungnya, akan muncul kasus-kasus investasi bodong ataupun terjerat rentenir online alias pinjaman online ilegal, seperti yang marak terjadi saat ini. Apalagi, kemajuan teknologi semakin memudahkan masyarakat mengakses produk-produk keuangan, terutama yang dari fintech.
Lihat Juga :
tulis komentar anda