Injak Rem Impor LPG, Diversifikasi Energi Jadi Solusi
Jum'at, 08 April 2022 - 20:17 WIB
JAKARTA - Program diversifikasi energi perlu didorong lebih massif dengan memanfaatkan berbagai sumber energi lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG . Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan, yaitu meningkatkan pemanfaatan gas bumi sebagai bahan bakar rumah tangga.
"Gas bisa digunakan untuk pembangkit, industri dan rumah tangga," kata Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha, di Jakarta, Jumat (8/4/2022).
Menurut dia, untuk mengurangi impor LPG dapat dilakukan dengan memproduksikan rich gas 500.000 ton per tahun mulai 2022. Selain itu, meningkatkan produksi LPG dari pengembangan kilang.
"Langkah selanjutnya, dengan mengembangkan DME dan metanol dari izin usaha pertambangan BUMN dan PKP2B perpanjangan," kata dia.
Tak hanya itu, pemanfaatan kompor listrik juga bisa menjadi solusi mengurangi impor LPG. Sumber energi listrik tersebut bisa menjadi pengganti LPG sebagai bahan bakar rumah tangga.
"Penggunaan kompor listrik untuk rumah tangga dengan penggunaan energi yang kompetitif dan kontinuitas suplai listrik," ujar Satya.
Dia menegaskan, dengan melakukan berbagai langkah pengurangan gas impor tersebut Indonesia dapat menghemat anggaran sebesar USD4 miliar per tahun mulai 2021 hingga 2040. Tentunya, ini akan berdampak terhadap Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Baca Juga: Harga-harga Serba Naik, Luhut: Jangan Ribut-ribut! Kita Akan Kucurkan Subsidi
Satya merinci pada 2030 kebutuhan LPG nasional sebesar 9,7 juta ton. Apabila tanpa impor substitusi bisa dilakukan dari LPG eksisting sebesar 1,2 juta, jargas 1,1 juta, kompor listrik 2,1 juta, rich gas 0,5 juta, LPG dari kilang 1,8 juta, DME dan methanol 3 juta.
"Gas bisa digunakan untuk pembangkit, industri dan rumah tangga," kata Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha, di Jakarta, Jumat (8/4/2022).
Menurut dia, untuk mengurangi impor LPG dapat dilakukan dengan memproduksikan rich gas 500.000 ton per tahun mulai 2022. Selain itu, meningkatkan produksi LPG dari pengembangan kilang.
"Langkah selanjutnya, dengan mengembangkan DME dan metanol dari izin usaha pertambangan BUMN dan PKP2B perpanjangan," kata dia.
Tak hanya itu, pemanfaatan kompor listrik juga bisa menjadi solusi mengurangi impor LPG. Sumber energi listrik tersebut bisa menjadi pengganti LPG sebagai bahan bakar rumah tangga.
"Penggunaan kompor listrik untuk rumah tangga dengan penggunaan energi yang kompetitif dan kontinuitas suplai listrik," ujar Satya.
Dia menegaskan, dengan melakukan berbagai langkah pengurangan gas impor tersebut Indonesia dapat menghemat anggaran sebesar USD4 miliar per tahun mulai 2021 hingga 2040. Tentunya, ini akan berdampak terhadap Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Baca Juga: Harga-harga Serba Naik, Luhut: Jangan Ribut-ribut! Kita Akan Kucurkan Subsidi
Satya merinci pada 2030 kebutuhan LPG nasional sebesar 9,7 juta ton. Apabila tanpa impor substitusi bisa dilakukan dari LPG eksisting sebesar 1,2 juta, jargas 1,1 juta, kompor listrik 2,1 juta, rich gas 0,5 juta, LPG dari kilang 1,8 juta, DME dan methanol 3 juta.
(nng)
tulis komentar anda