Pengamat: BBM RON Rendah Ketinggalan Zaman dan Tambah Emisi Gas Rumah Kaca

Jum'at, 19 Juni 2020 - 13:17 WIB
BBM beroktan rendah dinilai tak lagi sesuai perkembangan teknologi sekaligus tak ramah bagi lingkungan. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) research octane number (RON) rendah seperti premium (RON 88) dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Selain tak sesuai lagi dengan spesifikasi mesin mayoritas kendaraan bermotor saat ini, BBM RON rendah pun kurang ramah lingkungan.

Saat ini, kendaraan bermotor, baik roda dua, maupun roda empat mayoritas sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM dengan RON tinggi, minimal RON 92, seperti Pertamax. Karena itu, mayoritas negara di dunia saat ini sudah lagi menggunakan BBM RON 88.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, untuk mendorong konsumsi BBM RON tinggi, penjualan premium sudah seharusnya mulai dibatasi. Dia yakin, pemerintah punya skema terbaik mendorong kendaraan angkutan menggunakan BBM dengan kualitas bagus. "Pemerintah harus mendorong masyarakat untuk beralih ke BBM dengan RON lebih tinggi," kata dia di Jakarta, Jumat (19/6/2020).



Di samping itu, lanjut dia, pemerintah perlu menyediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. "Misalnya RON 92 tapi seharga RON 88 atau RON 90," tuturnya.

(Baca Juga: Indonesia Dinilai Sudah Saatnya hanya Gunakan BBM Berkualitas)

Pemerintah, sambung Mamit, bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkannya Euro IV, demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif.

Mengenai keunggulan BBM RON tinggi seperti seri Pertamax, Mamit mengatakan bahwa jika BBM yang dipakai berkualitas, maka performa dan keawetan mesin juga terjaga. Karena itu pula, maka tidak menjadi persoalan ketika kendaraan keluaran lama mempergunakan Pertamax. "Bahan bakar berkualitas membuat sistem pembakaran mesin lebih sempurna sehingga lebih irit BBM, mesin awet dan mempermudah perawatan kendaraan," tegasnya.

Di sisi lain, kata dia, selain berdampak negatif bagi mesin kendaraan bermotor, BBM RON rendah juga berakibat buruk terhadap lingkungan hidup dan kesehatan. Karena pembakaran tidak sempurna, maka BBM RON rendah akan menghasilkan emisi sangat tinggi. Selain itu, juga akan menghasilkan karbon monoksida dan nitrogen dioksida yang juga tinggi. "Penggunaan BBM berkualitas akan mendorong penurunan emisi dan memperbaiki kualitas udara," ujarnya.

Berdasarkan data, pada 2018 terdapat mobil penjumpang sebanyak 16.440.987 unit, sementara sepeda motor mencapai 120.101.047 unit. Adapun mobil barang sebanyak 7.778.544 unit, sehingga todal kendaraan mencapai 146.858.759 unit.

"Karena itu, tidak tepat jika kendaraan produksi terbaru, menggunakan BBM dengan oktan rendah, karena akan cenderung lebih banyak emisi gas rumah kaca, kemudian urang dalam segi fuel economy, serta cenderung menghasilkan deposit yang lebih tinggi sehingga mesin tidak optimal," tandasnya.
(fai)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More