OJK Jaga Stabilitas Sektor Jasa Keuangan di Masa Pandemi
Senin, 29 Juni 2020 - 07:30 WIB
JAKARTA - Sudah hampir empat bulan pandemi Covid-19 melanda dan berdampak terhadap pelemahan perekonomian semua negara di seluruh dunia, termasuk perekonomian Indonesia yang juga mengalami pelambatan.
Namun di tengah kondisi tersebut, sektor jasa keuangan masih menunjukkan stabilitas yang terjaga dengan kinerja intermediasi yang positif dan profil risiko tetap terkendali. Stabilitas sektor jasa keuangan ini diharapkan mampu mencegah terjadinya krisis perekonomian dan bisa mendorong pemulihan ekonomi dengan menggerakkan sektor riil.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) , pada posisi Mei 2020 meski melambat kredit perbankan tumbuh sebesar 3,04% yoy, sementara piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan terkontraksi sebesar 5,1% yoy. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,87% yoy. Industri asuransi berhasil menghimpun tambahan premi sebesar Rp15,6 triliun (asuransi jiwa Rp8,86 triliun dan asuransi umum dan reasuransi Rp6,69 triliun).
Sementara sampai dengan 23 Juni 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal tercatat mencapai Rp39,6 triliun dari 58 Emiten, yang 22 di antaranya merupakan emiten baru (IPO). Di dalam pipeline telah terdapat 83 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp44,6 triliun.
Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Mei 2020 juga masih terjaga pada level yang terkendali dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 3,01% dan rasio NPF sebesar 3,99%. Risiko nilai tukar perbankan dapat dijaga pada level rendah terlihat dari rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 2,31%, jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20%. ( Baca:OJK Tegaskan Reformasi Sektor Keuangan Terus Berlanjut )
Sementara itu, likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Hingga 17 Juni, rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK terpantau pada level 123,2% dan 26,2%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang memadai. Capital adequacy ratio bank umum konvensional tercatat sebesar 22,16% serta risk-based capital industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 627% dan 314%, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120%.
Kebijakan stimulus Covid 19
Untuk membangun dan menjaga stabilitas sektor jasa keuangan, khususnya di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid 19, OJK sudah mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus di sektor perbankan, IKNB, dan Pasar Modal sejak Maret 2020.
Khusus untuk kebijakan restrukturisasi kredit dan pembiayaan di perbankan dan perusahaan pembiayaan, sampai dengan 15 Juni 2020, restrukturisasi kredit perbankan telah mencapai Rp655,84 triliun dari 6,27 juta debitur. Untuk sektor UMKM, nilai restrukturisasi mencapai Rp298,86 triliun yang berasal dari 5,17 juta debitur. Sedangkan untuk non-UMKM, realisasi restrukturisasi mencapai 1,1 juta debitur dengan nilai restrukturisasi sebesar Rp356,98 triliun.
Berdasarkan monitoring data mingguan maka pertumbuhan nilai dan jumlah debitur cenderung melambat. Untuk perusahaan pembiayaan, per 16 Juni 2020, OJK mencatat sebanyak 183 perusahaan pembiayaan sudah menjalankan restrukturisasi pinjaman tersebut.
Realisasinya, dari 4,15 juta jumlah kontrak permohonan restrukturisasi yang diterima perusahaan pembiayaan, sudah ada 3,43 juta yang disetujui. Adapun total nilainya mencapai Rp121,92 triliun.
Namun di tengah kondisi tersebut, sektor jasa keuangan masih menunjukkan stabilitas yang terjaga dengan kinerja intermediasi yang positif dan profil risiko tetap terkendali. Stabilitas sektor jasa keuangan ini diharapkan mampu mencegah terjadinya krisis perekonomian dan bisa mendorong pemulihan ekonomi dengan menggerakkan sektor riil.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) , pada posisi Mei 2020 meski melambat kredit perbankan tumbuh sebesar 3,04% yoy, sementara piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan terkontraksi sebesar 5,1% yoy. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,87% yoy. Industri asuransi berhasil menghimpun tambahan premi sebesar Rp15,6 triliun (asuransi jiwa Rp8,86 triliun dan asuransi umum dan reasuransi Rp6,69 triliun).
Sementara sampai dengan 23 Juni 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal tercatat mencapai Rp39,6 triliun dari 58 Emiten, yang 22 di antaranya merupakan emiten baru (IPO). Di dalam pipeline telah terdapat 83 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp44,6 triliun.
Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Mei 2020 juga masih terjaga pada level yang terkendali dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 3,01% dan rasio NPF sebesar 3,99%. Risiko nilai tukar perbankan dapat dijaga pada level rendah terlihat dari rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 2,31%, jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20%. ( Baca:OJK Tegaskan Reformasi Sektor Keuangan Terus Berlanjut )
Sementara itu, likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Hingga 17 Juni, rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK terpantau pada level 123,2% dan 26,2%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang memadai. Capital adequacy ratio bank umum konvensional tercatat sebesar 22,16% serta risk-based capital industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 627% dan 314%, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120%.
Kebijakan stimulus Covid 19
Untuk membangun dan menjaga stabilitas sektor jasa keuangan, khususnya di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid 19, OJK sudah mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus di sektor perbankan, IKNB, dan Pasar Modal sejak Maret 2020.
Khusus untuk kebijakan restrukturisasi kredit dan pembiayaan di perbankan dan perusahaan pembiayaan, sampai dengan 15 Juni 2020, restrukturisasi kredit perbankan telah mencapai Rp655,84 triliun dari 6,27 juta debitur. Untuk sektor UMKM, nilai restrukturisasi mencapai Rp298,86 triliun yang berasal dari 5,17 juta debitur. Sedangkan untuk non-UMKM, realisasi restrukturisasi mencapai 1,1 juta debitur dengan nilai restrukturisasi sebesar Rp356,98 triliun.
Berdasarkan monitoring data mingguan maka pertumbuhan nilai dan jumlah debitur cenderung melambat. Untuk perusahaan pembiayaan, per 16 Juni 2020, OJK mencatat sebanyak 183 perusahaan pembiayaan sudah menjalankan restrukturisasi pinjaman tersebut.
Realisasinya, dari 4,15 juta jumlah kontrak permohonan restrukturisasi yang diterima perusahaan pembiayaan, sudah ada 3,43 juta yang disetujui. Adapun total nilainya mencapai Rp121,92 triliun.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda