Tekan Harga Tiket Pesawat, Rute Penerbangan Harus Diutak-atik Kembali
Senin, 22 Agustus 2022 - 13:58 WIB
JAKARTA - Kenaikan harga tiket pesawat dianggap bakal memperlambat pemulihan sektor penerbangan pasca-pandemi Covid-19. Selama pandemi sektor penerbangan cukup terdampak dari adanya pembatasan mobilitas masyarakat ataupun tutupnya sektor-sektor pariwisata di berbagai daerah.
"Sehingga kondisi penerbangan di Indonesia akan menjadi lebih lambat dalam pemulihannya," kata Presiden Direktur Aviator Indonesia Zivan Narendra dalam Market Review IDXChannel, Senin (22/8/2022).
Terlebih lagi, saat ini harga avtur masih mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan harga avtur akan terus berlanjut selama konflik Rusia Ukrania berlangsung.
"Itu akan memengaruhi logistik dan kondisi global yang tidak bisa dipastikan," katanya.
Zivan mengatakan bahwa untuk dapat menumbuhkan sektor penerbangan, diperlukan adanya analisa rute penerbangan. Pasalnya, masih terdapat beberapa rute yang tingkat okupansinya hanya 50%.
"Jadi saya kira penerbangan di Indonesia membutuhkan analisa rute yang sangat cekatan sekali yang dapat memenuhi keteirsian minimal 80% penumpang," katanya.
Sedangkan untuk tujuan populer seperti Bali, Medan dan Balikpapan, dirinya menyebut pemerintah dan maskapai perlu menciptakan pasar dan memfokuskan armada penerbangan di wilayah tersebut.
"Sehingga ketersediaan pesawat di rute populer itu semakin tinggi, akan terjadinya persaingan pasar, sehingga konsumen memiliki opsi untuk memilih maskapai. Dengan adanya persaingan tersebut diharapkan berpengaruh terhadap harga dan diharapkan akan ada dampak langsung," pungkasnya.
"Sehingga kondisi penerbangan di Indonesia akan menjadi lebih lambat dalam pemulihannya," kata Presiden Direktur Aviator Indonesia Zivan Narendra dalam Market Review IDXChannel, Senin (22/8/2022).
Terlebih lagi, saat ini harga avtur masih mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan harga avtur akan terus berlanjut selama konflik Rusia Ukrania berlangsung.
"Itu akan memengaruhi logistik dan kondisi global yang tidak bisa dipastikan," katanya.
Zivan mengatakan bahwa untuk dapat menumbuhkan sektor penerbangan, diperlukan adanya analisa rute penerbangan. Pasalnya, masih terdapat beberapa rute yang tingkat okupansinya hanya 50%.
"Jadi saya kira penerbangan di Indonesia membutuhkan analisa rute yang sangat cekatan sekali yang dapat memenuhi keteirsian minimal 80% penumpang," katanya.
Sedangkan untuk tujuan populer seperti Bali, Medan dan Balikpapan, dirinya menyebut pemerintah dan maskapai perlu menciptakan pasar dan memfokuskan armada penerbangan di wilayah tersebut.
"Sehingga ketersediaan pesawat di rute populer itu semakin tinggi, akan terjadinya persaingan pasar, sehingga konsumen memiliki opsi untuk memilih maskapai. Dengan adanya persaingan tersebut diharapkan berpengaruh terhadap harga dan diharapkan akan ada dampak langsung," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda