Banyak Startup Gagal dan Gulung Tikar, Erick Thohir Ungkap Penyebabnya
Senin, 26 September 2022 - 17:55 WIB
JAKARTA - Perusahaan rintisan atau startup di Indonesia semakin banyak yang gagal dan gulung tikar. Perkaranya beragam, dari ketiadaan pangsa pasar hingga masalah pendanaan. Menteri BUMN Erick Thohir mencatat setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan kegagalan. Ketiganya adalah tidak memiliki pasar khusus, kurang baiknya manajerial, hingga ketiadaan pendanaan.
"Kita lihat banyak juga startup yang gagal, karena marketnya tidak ada, atau mungkin manajemennya kurang baik, atau pun kehabisan bensin atau pendanaan," ungkap Erick ditemui wartawan di acara BUMN Startup Day, Senin (26/9/2022).
Dia menyebut perusahaan rintisan menjadi salah satu instrumental strategis atas nilai ekonomi digitalisasi di dalam negeri. Karena itu, pemerintah melalui BUMN mendorong kemajuan startup perlu dilakukan. Diperkirakan pada 2030 mendatang Indonesia akan memiliki nilai ekonomi digital hingga mencapai Rp 4.800 triliun. Nilai ini berkontribusi besar pada pertumbuhan makro ekonomi nasional.
"Nah, tentu kita lihat turunan ekonomi digital itu apa, salah satunya startup. Nah, di situ kenapa hari ini kita BUMN membangun sebuah ekosistem yang diawali dengan training 19.000 masyarakat digital yang punya potensi membuat startup atau ide-ide baru," kata dia.
Menurut dia Kementerian BUMN telah menginisiasi adanya kolaborasi antara perusahaan pelat merah, venture capital, dan para perusahaan rintisan di Indonesia. Inisiatif tersebut dituangkan melalui program BUMN Startup Day. Erick sendiri menginginkan agar kerja sama antara BUMN, Venture Capital, dan startup dapat berkelanjutan. Saat ini, Kementerian BUMN telah memetakan 250 startup yang disesuaikan dengan 12 klaster BUMN.
Lalu, 22 perusahaan rintisan berusaha melihat potensi business matching. Kemudian, lima Venture Capital BUMN siap melakukan pendampingan kepada startup lokal. "Hari ini, di mana startup bertemu dengan para BUMN supaya bisa bangun ekosistem yang ada di BUMN dan ekosistem yang ada di mereka. Lalu, juga kuya sudah siapkan pendanaan dari lima venture BUMN yang sekarang sudah investasi di 336 startup, dan semua ada hitungan B2B," tuturnya.
"Kita lihat banyak juga startup yang gagal, karena marketnya tidak ada, atau mungkin manajemennya kurang baik, atau pun kehabisan bensin atau pendanaan," ungkap Erick ditemui wartawan di acara BUMN Startup Day, Senin (26/9/2022).
Dia menyebut perusahaan rintisan menjadi salah satu instrumental strategis atas nilai ekonomi digitalisasi di dalam negeri. Karena itu, pemerintah melalui BUMN mendorong kemajuan startup perlu dilakukan. Diperkirakan pada 2030 mendatang Indonesia akan memiliki nilai ekonomi digital hingga mencapai Rp 4.800 triliun. Nilai ini berkontribusi besar pada pertumbuhan makro ekonomi nasional.
"Nah, tentu kita lihat turunan ekonomi digital itu apa, salah satunya startup. Nah, di situ kenapa hari ini kita BUMN membangun sebuah ekosistem yang diawali dengan training 19.000 masyarakat digital yang punya potensi membuat startup atau ide-ide baru," kata dia.
Menurut dia Kementerian BUMN telah menginisiasi adanya kolaborasi antara perusahaan pelat merah, venture capital, dan para perusahaan rintisan di Indonesia. Inisiatif tersebut dituangkan melalui program BUMN Startup Day. Erick sendiri menginginkan agar kerja sama antara BUMN, Venture Capital, dan startup dapat berkelanjutan. Saat ini, Kementerian BUMN telah memetakan 250 startup yang disesuaikan dengan 12 klaster BUMN.
Lalu, 22 perusahaan rintisan berusaha melihat potensi business matching. Kemudian, lima Venture Capital BUMN siap melakukan pendampingan kepada startup lokal. "Hari ini, di mana startup bertemu dengan para BUMN supaya bisa bangun ekosistem yang ada di BUMN dan ekosistem yang ada di mereka. Lalu, juga kuya sudah siapkan pendanaan dari lima venture BUMN yang sekarang sudah investasi di 336 startup, dan semua ada hitungan B2B," tuturnya.
(nng)
tulis komentar anda