SPBU Swasta Jual BBM Setara Pertalite, Pangsa Pasar Pertamina Terancam
Kamis, 13 Oktober 2022 - 08:00 WIB
JAKARTA - Menyikapi kebijakan pemerintah yang melarang penjualan bahan bakar minyak ( BBM ) beroktan rendah, PT Vivo Energy Indonesia, pemilik SPBU Vivo, memutuskan untuk menghentikan penjualan Revvo 89. Sebagai gantinya, Vivo akan menjual Revvo 90 atau yang setara dengan Pertalite milik Pertamina.
Apakah langkah Vivo itu akan menjadi pesaing Pertalite? Direktur Eksekutif Indonesian Resources Study (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, ada potensi swasta merebut pangsa pasar PT Pertamina (Persero).
Marwan menuturkan, terbukanya peluang pihak swasta untuk menjual BBM dengan RON 90 bukan langkah positif. Dia menyarankan pemerintah menarik kompensasi kepada swasta sebelum menerbitkan izin penjualan BBM jenis tersebut, sebab dalam jangka waktu tertentu Pertamina akan menanggung kerugian.
“Karena Vivo tidak membangun SPBU di daerah, perusahaan harus bayar kompensasi ke pemerintah dan pemerintah bisa transfer ke Pertamina,” kata Marwan.
Menurut Marwan, dari sisi konsumen keputusan SPBU swasta yang menjual BBM setara Pertalite memang memberi banyak pilihan. Tapi bagi Pertamina, langkah itu mengurangi kemampuan cross subsidi ke daerah-daerah yang memang harus disuplai Pertamina.
Selain itu, apabila swasta mengimpor BBM, sedangkan Pertamina mengambil bahan bakar dari kilang sendiri, Marwan melihat biaya pengilangan perseroan pelat merah bakal lebih mahal. Di sisi lain, pemerintah mesti mempertahankan kilang-kilang tersebut agar tidak terlalu banyak melakukan impor.
“Juga untuk tenaga kerja, untuk ekonomi dalam negeri. Kilang-kilang tua ini memang perlu dipertahankan tapi jangan terlalu lama,” kata Marwan.
Marwan juga berharap Pertamina bisa transparan seiring dengan bertambahnya pesaing. Dia berpendapat, publik bisa mendapat harga BBM yang wajar dan negara tidak harus menanggung beban subsidi bensin yang terlampau besar.
Apakah langkah Vivo itu akan menjadi pesaing Pertalite? Direktur Eksekutif Indonesian Resources Study (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, ada potensi swasta merebut pangsa pasar PT Pertamina (Persero).
Marwan menuturkan, terbukanya peluang pihak swasta untuk menjual BBM dengan RON 90 bukan langkah positif. Dia menyarankan pemerintah menarik kompensasi kepada swasta sebelum menerbitkan izin penjualan BBM jenis tersebut, sebab dalam jangka waktu tertentu Pertamina akan menanggung kerugian.
“Karena Vivo tidak membangun SPBU di daerah, perusahaan harus bayar kompensasi ke pemerintah dan pemerintah bisa transfer ke Pertamina,” kata Marwan.
Menurut Marwan, dari sisi konsumen keputusan SPBU swasta yang menjual BBM setara Pertalite memang memberi banyak pilihan. Tapi bagi Pertamina, langkah itu mengurangi kemampuan cross subsidi ke daerah-daerah yang memang harus disuplai Pertamina.
Selain itu, apabila swasta mengimpor BBM, sedangkan Pertamina mengambil bahan bakar dari kilang sendiri, Marwan melihat biaya pengilangan perseroan pelat merah bakal lebih mahal. Di sisi lain, pemerintah mesti mempertahankan kilang-kilang tersebut agar tidak terlalu banyak melakukan impor.
“Juga untuk tenaga kerja, untuk ekonomi dalam negeri. Kilang-kilang tua ini memang perlu dipertahankan tapi jangan terlalu lama,” kata Marwan.
Marwan juga berharap Pertamina bisa transparan seiring dengan bertambahnya pesaing. Dia berpendapat, publik bisa mendapat harga BBM yang wajar dan negara tidak harus menanggung beban subsidi bensin yang terlampau besar.
(uka)
tulis komentar anda