Resesi Global Membayangi Ekonomi RI di 2023, Berikut 6 Catatan Penting buat Pemerintah
Jum'at, 23 Desember 2022 - 13:28 WIB
JAKARTA - Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan masih tetap akan diselimuti ketidakpastian . Tantangan ekonomi global masih tetap besar seiring dengan potensi resesi global .Sebelumnya IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 2,9% menjadi 2,7%.
"Melambatnya pertumbuhan ekonomi global ini akan memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui jalur perdagangan dan investasi," ucap Waketum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Prof Atip Latiful Hayat dalam saresehan perekonomian nasional di Bandung, Kamis (20/12).
Berdasarkan hasil kajian terhadap kondisi ekonomi Indonesia tahun 2023, Dewan Tafkir PP Persis memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran angka 4,8-5,2%. Pertumbuhan ekonomi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pada 2023, tidak ada lagi goncangan yang terjadi seperti pandemi Covid-19 serta perang Rusia-Ukraina.
"Berkaca dari keberhasilan tahun 2022, DT PP Persis merasa yakin, dengan usaha bersama dan kerja sama dari semua elemen bangsa, kita optimis mampu melalui berbagai tantangan tersebut dengan baik. Walaupun demikian, kita harus tetap waspada karena gelombang kejut ekonomi bisa datang dari mana saja dan kapan saja, seperti kasus pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina yang tidak terperkirakan sebelumnya," sambungnya.
Oleh karena itu, DT PP Persis memandang terdapat enam hal penting yang harus menjadi catatan Pemerintah dan para pelaku ekonomi.Pertama, diterangkan olehnya bahwa apa yang sudah dilakukan pemerintah patut mendapatkan apresiasi, terkait keberhasilannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2022 kembali ke tingkat 5%.
“Namun demikian, hal terpenting yang harus menjadi perhatian adalah bukan sekadar angka pertumbuhan yang naik. Pemerintah harus berusaha untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yaitu pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja yang layak (decent job) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Prof Atip.
DT PP Persis melihat ada penurunan kualitas pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini. Pada periode sebelumnya, setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan antara 300.000-350.000 lapangan kerja baru. Saat ini, 1% pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan lapangan kerja baru antara 200.000-250.000 lapangan kerja baru.
"Melambatnya pertumbuhan ekonomi global ini akan memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui jalur perdagangan dan investasi," ucap Waketum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Prof Atip Latiful Hayat dalam saresehan perekonomian nasional di Bandung, Kamis (20/12).
Baca Juga
Berdasarkan hasil kajian terhadap kondisi ekonomi Indonesia tahun 2023, Dewan Tafkir PP Persis memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran angka 4,8-5,2%. Pertumbuhan ekonomi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pada 2023, tidak ada lagi goncangan yang terjadi seperti pandemi Covid-19 serta perang Rusia-Ukraina.
"Berkaca dari keberhasilan tahun 2022, DT PP Persis merasa yakin, dengan usaha bersama dan kerja sama dari semua elemen bangsa, kita optimis mampu melalui berbagai tantangan tersebut dengan baik. Walaupun demikian, kita harus tetap waspada karena gelombang kejut ekonomi bisa datang dari mana saja dan kapan saja, seperti kasus pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina yang tidak terperkirakan sebelumnya," sambungnya.
Oleh karena itu, DT PP Persis memandang terdapat enam hal penting yang harus menjadi catatan Pemerintah dan para pelaku ekonomi.Pertama, diterangkan olehnya bahwa apa yang sudah dilakukan pemerintah patut mendapatkan apresiasi, terkait keberhasilannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2022 kembali ke tingkat 5%.
“Namun demikian, hal terpenting yang harus menjadi perhatian adalah bukan sekadar angka pertumbuhan yang naik. Pemerintah harus berusaha untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yaitu pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja yang layak (decent job) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Prof Atip.
DT PP Persis melihat ada penurunan kualitas pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini. Pada periode sebelumnya, setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan antara 300.000-350.000 lapangan kerja baru. Saat ini, 1% pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan lapangan kerja baru antara 200.000-250.000 lapangan kerja baru.
tulis komentar anda