IHSG Naik Kalau Dow Jones Naik, Mitos atau Fakta?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan indeks Dow Jones (DJIA) di bursa Amerika Serikat (AS), seringkali menjadi tolok ukur pergerakan saham di negara lain, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Namun apakah benar, bahwa IHSG akan selalu mengekor pergerakan DJIA?
Berdasarkan riset Lifepal.co.id , selama dua dekade, ternyata tingkat kemiripan dari pergerakan dua indeks saham ini selalu di atas 55% dalam setahun. Tidak heran jika para analis kerap membuat prediksi pergerakan IHSG berdasarkan pergerakan DJIA.
"Kemiripan yang dimaksud adalah, terjadinya koreksi atau pergerakan positif yang terjadi pada DJIA dan IHSG dalam periode yang sama," ungkap riset tersebut yang dikutip Selasa (21/7/2020).
(Baca Juga: Harapan 28 Tahun Perjalanan Bursa Efek Indonesia Jadi Pilar Memajukan Ekonomi)
Ada pun tingkat kemiripan fluktuasi dengan kemiripan terendah adalah pada tahun 2000, di mana kedua indeks saham tersebut bergerak sideways, hingga mulai menunjukkan tanda-tanda bullish di tahun 2004.
Riset tersebut menunjukkan, dalam rentang waktu yang terjadi di tahun 2000 hingga 2020, kemiripan fluktuasi antara DJIA dan IHSG secara rata-rata adalah 63,1%.
Pada tahun 2004, pergerakan IHSG memasuki fase bullish namun performa DJIA justru tidak seagresif IHSG. Pada pekan pertama di November 2008, kedua indeks saham ini pun mengalami koreksi karena sentimen buruk dari krisis Subprime Mortgage di Negeri Paman Sam. Kinerja DJIA -18,1%, sementara itu IHSG -20,7%.
(Baca Juga: Prospek IPO di Indonesia Masih Positif di Tengah Pandemi)
Akan tetapi, pemulihan IHSG dari sentimen buruk itu tidak berlangsung dalam waktu lama. Pada Agustus 2010, IHSG sudah pulih dari koreksi tajam pada November 2008, performanya pun terlihat membaik. Namun DJIA baru terlihat pulih di awal tahun 2013, di mana nilai indeks DJIA mulai memasuki level 13 ribuan.
Kedua indeks saham ini juga mengalami koreksi tajam akibat pandemi Covid-19, dan sampai riset ini dibuat, DJIA maupun IHSG belum pulih. Dalam dua dekade tersebut, tercatat 10 tahun di mana terjadi kemiripan pergerakan DJIA dan IHSG yang di atas rata-rata. Sepuluh tahun yang dimaksud adalah 2003, 2006, 2007, 2009, 2010, 2015, 2017, 2018, 2019, dan 2020.
Dari 10 tahun yang disebutkan di atas, tercatat pula akan adanya kemiripan pergerakan yang lebih dari 73%, yaitu pada 2009, 2010, 2018, dan 2020. Tahun 2010 menjadi tahun di mana pergerakan kedua indeks ini memiliki kemiripan sebesar 76,9%.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, baik DJIA dan IHSG memang belum pulih dari serangan Pandemi Covid-19. Akan tetapi, kinerja DJIA masih lebih baik dari IHSG terhitung dari Januari hingga 16 Juli 2020.
Seperti diketahui, di awal pekan ke-29 tahun 2020 IHSG menjadi indeks saham dengan kinerja terburuk di ASEAN. Kinerja IHSG justru terlihat saling balapan dengan Strait Times Index (STI) di Singapore, yang baru saja dinyatakan masuk ke jurang resesi.
Berdasarkan riset Lifepal.co.id , selama dua dekade, ternyata tingkat kemiripan dari pergerakan dua indeks saham ini selalu di atas 55% dalam setahun. Tidak heran jika para analis kerap membuat prediksi pergerakan IHSG berdasarkan pergerakan DJIA.
"Kemiripan yang dimaksud adalah, terjadinya koreksi atau pergerakan positif yang terjadi pada DJIA dan IHSG dalam periode yang sama," ungkap riset tersebut yang dikutip Selasa (21/7/2020).
(Baca Juga: Harapan 28 Tahun Perjalanan Bursa Efek Indonesia Jadi Pilar Memajukan Ekonomi)
Ada pun tingkat kemiripan fluktuasi dengan kemiripan terendah adalah pada tahun 2000, di mana kedua indeks saham tersebut bergerak sideways, hingga mulai menunjukkan tanda-tanda bullish di tahun 2004.
Riset tersebut menunjukkan, dalam rentang waktu yang terjadi di tahun 2000 hingga 2020, kemiripan fluktuasi antara DJIA dan IHSG secara rata-rata adalah 63,1%.
Pada tahun 2004, pergerakan IHSG memasuki fase bullish namun performa DJIA justru tidak seagresif IHSG. Pada pekan pertama di November 2008, kedua indeks saham ini pun mengalami koreksi karena sentimen buruk dari krisis Subprime Mortgage di Negeri Paman Sam. Kinerja DJIA -18,1%, sementara itu IHSG -20,7%.
(Baca Juga: Prospek IPO di Indonesia Masih Positif di Tengah Pandemi)
Akan tetapi, pemulihan IHSG dari sentimen buruk itu tidak berlangsung dalam waktu lama. Pada Agustus 2010, IHSG sudah pulih dari koreksi tajam pada November 2008, performanya pun terlihat membaik. Namun DJIA baru terlihat pulih di awal tahun 2013, di mana nilai indeks DJIA mulai memasuki level 13 ribuan.
Kedua indeks saham ini juga mengalami koreksi tajam akibat pandemi Covid-19, dan sampai riset ini dibuat, DJIA maupun IHSG belum pulih. Dalam dua dekade tersebut, tercatat 10 tahun di mana terjadi kemiripan pergerakan DJIA dan IHSG yang di atas rata-rata. Sepuluh tahun yang dimaksud adalah 2003, 2006, 2007, 2009, 2010, 2015, 2017, 2018, 2019, dan 2020.
Dari 10 tahun yang disebutkan di atas, tercatat pula akan adanya kemiripan pergerakan yang lebih dari 73%, yaitu pada 2009, 2010, 2018, dan 2020. Tahun 2010 menjadi tahun di mana pergerakan kedua indeks ini memiliki kemiripan sebesar 76,9%.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, baik DJIA dan IHSG memang belum pulih dari serangan Pandemi Covid-19. Akan tetapi, kinerja DJIA masih lebih baik dari IHSG terhitung dari Januari hingga 16 Juli 2020.
Seperti diketahui, di awal pekan ke-29 tahun 2020 IHSG menjadi indeks saham dengan kinerja terburuk di ASEAN. Kinerja IHSG justru terlihat saling balapan dengan Strait Times Index (STI) di Singapore, yang baru saja dinyatakan masuk ke jurang resesi.
(fai)