7 Organisasi Ekonomi Internasional Paling Berpengaruh di Dunia, Nomor 4 Bikin Amerika Geram

Jum'at, 05 Mei 2023 - 21:05 WIB
loading...
7 Organisasi Ekonomi...
Organisasi ekonomi internasional didirikan dengan berbagai kepentingan. Foto/LinkedIn
A A A
JAKARTA - Organisasi ekonomi internasional banyak didirikan untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi dan finansial yang terjadi, atau diprediksi akan terwujud. Organisasi ekonomi itu juga didirikan berdasarkan kawasan, kesamaan visi, dan juga kepentingan politik.



BRICS , misalnya, didirikan untuk melawan hegemoni Amerika Serikat dengan dolarnya. Lima negara BRICS tak menggunakan dolar dalam setiap transaksi perdagangan, bahkan mereka berencana mencetak mata uang sendiri.

Dari sekian banyak organisasi ekonomi internasional, menurut seorang peneliti di National Bureau of Economic Research, organisasi penelitian nirlaba swasta Amerika Serikat, ada tiga organisasi ekonomi utama di dunia. Ketiganya adalah Bank Dunia (World Bank), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

Meski cuma ada tiga yang utama, namun organisasi ekonomi internasional lainnya jelas punya peran penting yang tidak bisa ditampik. Berikut adalah tujuh organisasi ekonomi internasional yang paling berpengaruh di dunia.

1. Bank Dunia

Bank Dunia (World Bank) didirikan akibat keterpurukan ekonomi usai Perang Dunia II. Lembaga atau organisasi internasional ini memberikan bantuan pinjaman dana, penelitian, hingga konsultasi bagi negara berkembang. Sampai saat ini, tercatat ada 189 negara yang tergabung menjadi anggotanya. World Bank yang didirikan pada Juli 1944 bertujuan mengentaskan kemiskinan di berbagai negara yang pendapatan per kapita rendah. Pemegang saham terbesar Bank Dunia adalah Amerika Serikat.

2. IMF
IMF didirikan bersamaan dengan Bank Dunia. IMF didirikan berawal dari konferensi PBB yang dilaksanakan di Bretton Woods, Amerika Serikat. Kala itu, terdapat setidaknya 45 perwakilan negara yang setuju akan adanya kerangka kerja sama ekonomi.

Tujuan dari kerjasama ekonomi tersebut adalah menghindari terjadinya depresi besar seperti di tahun 1930 untuk kedua kalinya. IMF bergerak di bidang keuangan dan sering kali memberikan pinjaman dana kepada negara-negara anggota yang membutuhkan bantuan.

Peran organisasi IMF adalah organisasi yang berada di tengah sistem moneter internasional seluruh dunia. Sistem tersebut diantaranya pembayaran dan juga nilai tukar mata uang. Serta, menjadi sumber dana untuk permasalahan neraca negara.
Perbedaan IMF dengan Bank Dunia adalah pada tujuan dan skema bantuanny. IMF mengawasi stabilitas sistem moneter dunia, sedangkan Bank Dunia bertugas mengurangi kemiskinan.

Indonesia pernah menerima bantuan IMF pada saat krisis moneter tahun 1998 hingga 1999. Selama mengalami krisis ekonomi, IMF memberikan bantuan sebesar 11,1 miliar SDR atau sekitar USD14,99 miliar atau Rp93,5 triliun. Sejak 2006 pemerintah sudah melunasi utang tersebut. Hanya Bank Indonesia yang tercatat masih memiliki pinjaman sebesar USD8,47 miliar (Juli 2022).

3. WTO
World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia adalah organisasi internasional yang terus mengupayakan perdagangan antar-negara semakin terbuka. Tujuan dari organisasi yang didirikan pada Januari 1995 ini adalah untuk mengurangi bahkan meniadakan tarif serta nontarif dan hambatan perdagangan lainnya.

WTO juga berperan untuk menyelesaikan sengketa perdagangan antara satu negara dengan negara lain, atau dengan beberapa negara. Indonesia beberapa kali bersidang di WTO, salah satu yang terbaru dengan Uni Eropa mengenai kebijakan Indonesia melarang ekspor nikel mentah. Sayangnya Indonesia kalah di sidang ini pada Desember 2022.

4. BRICS
Inilah organisasi ekonomi internasional "paling fenomenal". BRICS bermarkas di BRICS Tower, Shanghai, China.

Dibentuk pada 16 Juni 2009 organisasi ini terdiri dari lima negara yang merupakan akronim namanya, yaitu Brazil, Rusia, India, China dan South Africa (Afrika Selatan). Nama itu sendiri pertama kali dicetuskan oleh Goldman Sachs pada tahun 2001.

Kelompok ini hanya terdiri dari lima negara, tetapi di dalamnya termasuk dua negara paling padat penduduknya, satu negara produsen minyak nomor dua di dunia, satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, dan mereka tersebar di empat benua.

Meski hanya beranggotakan lima negara, kekuatan BRICS tak bisa dipandang sebelah mata. Populasi negara-negara BRICS mencakup 41% populasi global, PDB mereka setara dengan 24% total PDB dunia, dan nilai perdagangan negara-negara tersebut mencakup 18% nilai total perdagangan dunia.

BRICS kemudian membentuk Bank Pembangunan Baru (NDB) pada Juli 2014 dan disuntik modal sebesar USD50 miliar. NDP dipandang sebagai lembaga keuangan alternatif dari Bank Dunia dan juga IMF.

Salah satu gebrakan BRICS yang jadi sorotan adalah melakukan gerakan dedolarisasi atau meninggalkan dolar dalam setiap transaksi. Tak cuma itu, BRICS juga berencana mengeluarkan mata uang sendiri sebagai langkah utama dedolarisasi. Langkah mengeluarkan mata uang itu membuat Amerika Serikat geram.

6. OPEC
Didirikan di Irak pada 14 September 1961, Organization of the Petroleum Exporting Countries atau OPEC merupakan wadah negara-negara pengekspor minyak bumi. Sejak tahun 1965, sekretariat OPEC bertempat di Wina, Austria.

Salah satu tujuan utama berdirinya OPEC adalah untuk menjaga harga minyak dari permainan perusahaan-perusahaan besar di Barat.
Sebagai negara-negara penghasil minyak, OPEC tak ingin harga produk andalannya itu dipermainkan sehingga merugikan mereka. Ada lima negara pengusung OPEC, yaitu Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan Venezuela.

Indonesia punya pengalaman menarik bersama OPEC. Ketika masih tercatat sebagai negara eksportir minyak, Indonesia memutuskan bergabung di OPEC pada 1962. Belakangan, produksi minyak itu habis tersedot untuk dalam negeri saja, sehingga pada Mei 2008 Indonesia mengumumkan keluar dari OPEC.

Indonesia kembali masuk menjadi anggota secara resmi pada tahun 2014 diikuti dengan terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden yang baru. Namun, pada tanggal 30 November 2016, Indonesia kembali keluar dari keanggotaan OPEC .

Keputusan itu merupakan efek kebijakan OPEC yang menurunkan produksi minyak Indonesia sebanyak 37.000 barel per hari untuk menghentikan penurunan harga minyak dunia. Selain itu juga konon karena besarnya iuran tahunan yang harus dibayar Indonesia, USD2 juta.

7. EOCD
Organization for Economic Co-operation and Development OECD dibentuk pasca-Perang Dunia II sekitar tahun 1961. Saat ini OCED bermarkas di Paris, Perancis.

Awalnya organisasi ini bernama OEEC (Organization for European Economic Cooperation), yang dikhususkan bagi negara-negara di Eropa. Seiring perkembangannya, negara-negara di luar Eropa juga diikutsertakan sehingga akhirnya namanya berubah menjadi OECD.

Dasar pendirian OECD berawal ketika George Marshall, seorang pemenang Nobel Perdamaian dari Amerika Serikat, memberi pernyataan bahwa Amerika Serikat harus membantu keadaan perekonomian dan bidang lainnya dalam rangka pemulihan setelah meletusnya Perang Dunia II. Setelah itu, pernyataan ini disebut sebagai Marshall Plan.

Ada 38 negara yang tergabung dalam OECD, dan Indonesia tidak termasuk. Indonesia hanya menjadi negara mitra semata, bersama China, India, Brasil, dan Afrika Selatan. Indonesia tak bisa masuk karena terkendala masalah kemiskinan dan rendahnya partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi.



Salah satu manfaat keberadaan OECD buat indonesia adalah sistem pertukaran informasi secara otomatis atau Automatic Exchange of Information (AEoI). Lewat sistem itu Direktorat Jenderal Pajak (DJP) bisa memperoleh informasi yang lebih detail seputar aksi wajib pajak, terutama kalangan tajir Indonesia di luar negeri. Salah satunya pembelian properti mewah di Singapura belum lama ini. Dengan demikian, para wajib pajak tidak bisa lari atau menghindari kewajibannya untuk membayar pajak di negara asal mereka.

(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1308 seconds (0.1#10.140)