Terumbu Karang Sehat Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi

Kamis, 30 Juli 2020 - 15:25 WIB
loading...
Terumbu Karang Sehat Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi
Para ahli kelautan optimistis, terumbu karang yang sehat mampu mendongkrak kekuatan ekonomi nasional sekaligus menyejahterakan masyarakat. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kampanye penyelamatan terumbu karang (coral reef) harus terus digaungkan. Terumbu karang (coral reef) yang sehat tidak hanya menyangkut aspek kelestarian lingkungan, melainkan mampu menjadi solusi dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional di masa pandemi.

Para ahli kelautan optimistis, terumbu karang yang sehat mampu mendongkrak kekuatan ekonomi nasional sekaligus menyejahterakan masyarakat. Sebaliknya, jika terumbu karang sakit, rusak, atau bahkan mati, maka aset nilai ekonomi terumbu karang tak dapat dipetik manfaatnya.

Berdasarkan hitungan United Nations Environment Programme atau UNEP, apabila seluruh ekosistem terumbu karang dikelola dengan baik, valuasi aset terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) Indonesia mencapai USD37 miliar atau setara dengan Rp540 triliun pada 2030.

Karena itu berbagai ancaman perlu diantisipasi sejak dini, salah satunya melalui konservasi ekosistem terumbu karang agar tetap sehat sehingga nilai ekonomi. Salah satunya melalui sektor wisata bahari yang potensinya sangat besar.

"Pelestarian sumber daya pesisir, dalam hal ini terumbu karang dapat menjadi salah satu contoh nyata bagaimana upaya menjaga lingkungan dapat sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat dan nasional," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pada Kick Off Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP)-Coral Triangle Initiative (CTI) yang diselenggarakan di Kantor Kementerian PPN/Bappenas , Kamis (30/7/2020).

(Baca Juga: Edhy Prabowo Resmikan Coral Stock Center di Manado)

COREMAP-CTI merupakan pilot project yang dilaksanakan Indonesia ClimateChange Trust Fund (ICCTF) di empat provinsi, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat. Fokus proyek ini adalah mengelola dan memanfaatkan ekosistem terumbu karang serta kawasan konservasi perairan. Bappenas berperan sebagai enabler bagi pemangku kepentingan dengan menjadi wadah dalam pembangunan partisipatif dengan prinsip THIS. (Thematic, Holistic, Inter-conntected, dan Spatial).
COREMAP-CTI diharapkan menjadi proyek percontohan pelestarian terumbu karang di daerah lain. "Diharapkan pilot project ini menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat diadopsi oleh berbagai pihak terkait," ujar Suharso.

Ekosistem terumbu karang menjadi tempat bermain, berlindung, dan sumber pakan bagi sekelompok ikan. Tak hanya itu, terumbu karang juga mampu meredam energi arus laut sehingga dapat mencegah abrasi pantai. Indonesia yang dikenal sebagai negara mega marine biodiversity terbesar di dunia diharapkan mampu menggerakkan ekonomi nasional sekaligus menyejahterakan masyarakat melalui terumbu karang, mengingat luasnya mencapai 25.000 km2 dengan 69% jenis terumbu karang di dunia ditemukan di perairan Indonesia.

Urgensi pelaksanaan COREMAP-CTI sangat tinggi, terutama untuk menghentikan kerusakan terumbu karang. Di beberapa wilayah laut, terumbu karang terancam punah lantaran pengeboman ikan dan bahan kimia beracun yang dipakai nelayan untuk menangkap ikan, pola hidup masyarakat yang tak ramah lingkungan seperti membuang limbah plastik hingga terjadinya sedimentasi tentu mencemari ekosistem terumbu karang. Ancaman lain datang dari pemanasan global, di mana kenaikan suhu laut menjadikan sejumlah terumbu karang mengalami pemucatan (bleaching).

(Baca Juga: Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi Bertahap, Tak Bisa Langsung Wuss)

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menambahkan, pemerintah Indonesia memiliki beberapa strategi mengelola sumber daya pesisir dan laut. Ia mengungkapkan, pada 2019, luasan kawasan konservasi mencapai 23,34 juta hektare, setara dengan 7,18% dari total perairan Indonesia. Pada 2030 ditargetkan luas kawasan konservasi dapat mencapai 32,5 juta hektare atau setara dengan 10% total perairan.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto menjelaskan, dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan, Bappenas terus menekankan konsistensi untuk ketiadaantradeoff antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan. Pelestarian terumbu karang dapat menjadi salah satu contoh nyata bagaimana upaya menjaga lingkungan dapat sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat dan nasional, terlebih setelah masa pandemi ini, penguatan dan perbaikan perekonomian menjadi salah satu prioritas yang harus dilakukan, salah satunya melalui sumber daya pesisir melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1768 seconds (0.1#10.140)