PLN dan Perusahaan Listrik 3 Negara Jajaki ASEAN Power Grid
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 di Bali, para menteri energi se-ASEAN menyepakati bahwa ketahanan energi di kawasan Asia Tenggara perlu dibentuk guna menjamin pertumbuhan ASEAN yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal itu, dijajaki peningkatan interkonektivitas energi melalui Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid (APG).
Terkait dengan itu, PT PLN (Persero) bersama perusahaan listrik asal Malaysia, Laos dan Thailand melakukan pembahasan mengenai peluang dibentuknya sistem interkoneksi listrik antarnegara Asia Tenggara. Empat perusahaan listrik yang terlibat dalam pertemuan itu adalah PLN, Tenaga Nasional Berhad, Electricite du Laos, dan Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT).
"Mimpi besar ASEAN Power Grid adalah bagaimana proyek ini dapat membawa kesejahteraan bagi negara-negara Asia Tenggara. Impian ini tentunya dapat dicapai melalui kolaborasi," ungkap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (26/8/2023).
Darmawan mengatakan, interkoneksi ASEAN bukanlah hal yang baru bagi PLN. Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia sudah membuat langkah agresif dengan menghubungkan sistem Kalimantan dengan Sarawak. PLN juga akan melanjutkan kolaborasi dengan Tenaga Nasional Berhad untuk interkoneksi Sumatera-Semenanjung Malaysia dan kolaborasi dengan Sabah Electricity Sdn. Bhd untuk interkoneksi Kalimantan-Sabah.
Namun Darmawan menegaskan bahwa untuk mewujudkan sistem interkoneksi antarnegara ini bukanlah perkara mudah, ada tantangan dari sisi kebijakan, teknis maupun komersil. "Pertanyaannya adalah bagaimana kita akan mewujudkan rencana ini. Kita membutuhkan suatu semangat kolaborasi, persatuan, dan kesejahteraan bersama," terang Darmawan.
Sementara itu, President and Chief Executive Officer of Tenaga Nasional Berhad Dato' Indera Ir. Baharin menyambut baik kerja sama ini. Meski membutuhkan alokasi anggaran yang tak sedikit, dia meyakini dengan kolaborasi yang kuat maka proyek ini bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi seluruh negara ASEAN. "Model interkoneksi ini sukses diterapkan di Eropa. Peluang kolaborasi ini akan bisa ditingkatkan," ujar Baharin.
Sambutan positif juga dilontarkan Managing Director of Electricite du Laos, Chanthaboun Soukaloune. Dia menerangkan bahwa selama ini skema interkoneksi antarnegara sudah dijalankan oleh Laos. Proyek interkoneksi listrik Laos Thailand Malaysia Singapura (LTMS) menjadi salah satu contoh terjalinnya interkoneksi sistem kelistrikan antarnegara.
"LTMS merupakan salah satu proyek kebanggan kami dan merupakan wujud terlaksananya interkoneksi listrik. Kami mengapresiasi kerja sama bilateral antar negara ini khususnya antara Laos dan Thailand yang telah berlangsung lebih dari 15 tahun ini. Kerja sama ini juga semakin memperat hubungan bilateral antarnegara," ujar Chanthaboun.
Terkait dengan itu, PT PLN (Persero) bersama perusahaan listrik asal Malaysia, Laos dan Thailand melakukan pembahasan mengenai peluang dibentuknya sistem interkoneksi listrik antarnegara Asia Tenggara. Empat perusahaan listrik yang terlibat dalam pertemuan itu adalah PLN, Tenaga Nasional Berhad, Electricite du Laos, dan Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT).
"Mimpi besar ASEAN Power Grid adalah bagaimana proyek ini dapat membawa kesejahteraan bagi negara-negara Asia Tenggara. Impian ini tentunya dapat dicapai melalui kolaborasi," ungkap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (26/8/2023).
Darmawan mengatakan, interkoneksi ASEAN bukanlah hal yang baru bagi PLN. Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia sudah membuat langkah agresif dengan menghubungkan sistem Kalimantan dengan Sarawak. PLN juga akan melanjutkan kolaborasi dengan Tenaga Nasional Berhad untuk interkoneksi Sumatera-Semenanjung Malaysia dan kolaborasi dengan Sabah Electricity Sdn. Bhd untuk interkoneksi Kalimantan-Sabah.
Namun Darmawan menegaskan bahwa untuk mewujudkan sistem interkoneksi antarnegara ini bukanlah perkara mudah, ada tantangan dari sisi kebijakan, teknis maupun komersil. "Pertanyaannya adalah bagaimana kita akan mewujudkan rencana ini. Kita membutuhkan suatu semangat kolaborasi, persatuan, dan kesejahteraan bersama," terang Darmawan.
Sementara itu, President and Chief Executive Officer of Tenaga Nasional Berhad Dato' Indera Ir. Baharin menyambut baik kerja sama ini. Meski membutuhkan alokasi anggaran yang tak sedikit, dia meyakini dengan kolaborasi yang kuat maka proyek ini bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi seluruh negara ASEAN. "Model interkoneksi ini sukses diterapkan di Eropa. Peluang kolaborasi ini akan bisa ditingkatkan," ujar Baharin.
Sambutan positif juga dilontarkan Managing Director of Electricite du Laos, Chanthaboun Soukaloune. Dia menerangkan bahwa selama ini skema interkoneksi antarnegara sudah dijalankan oleh Laos. Proyek interkoneksi listrik Laos Thailand Malaysia Singapura (LTMS) menjadi salah satu contoh terjalinnya interkoneksi sistem kelistrikan antarnegara.
"LTMS merupakan salah satu proyek kebanggan kami dan merupakan wujud terlaksananya interkoneksi listrik. Kami mengapresiasi kerja sama bilateral antar negara ini khususnya antara Laos dan Thailand yang telah berlangsung lebih dari 15 tahun ini. Kerja sama ini juga semakin memperat hubungan bilateral antarnegara," ujar Chanthaboun.
(fjo)