Gantikan Pertalite dengan Pertamax Green 92, Erick Thohir Akui Harganya Lebih Mahal

Selasa, 05 September 2023 - 12:14 WIB
loading...
Gantikan Pertalite dengan Pertamax Green 92, Erick Thohir Akui Harganya Lebih Mahal
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hasil campuran Pertalite dan Etanol akan lebih mahal. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hasil campuran Pertalite dan Etanol akan lebih mahal. Karena itu, pangsa pasar jenis bahan bakar ini hanya menyasar kalangan menengah atas alias orang kaya.



Pernyataan Erick sejalan dengan rencana PT Pertamina (Persero) yang akan menggantikan produk BBM jenis Pertalite dengan Pertamax Green 92. Apa itu Pertamax Green 92? Pertamax Green 92 merupakan produk BBM campuran Pertalite dengan etanol sebesar 7%, sehingga nilai oktannya naik dari 90 menjadi 92.



Hal tersebut diyakini dapat menekan emisi karbon, ketergantungan pada impor BBM, dan memenuhi ”mandatory” bioenergi. Meski lebih mahal, Erick memastikan Pertamax Green 92 menjadi aksi nyata untuk mengatasi polusi di DKI Jakarta dan beberapa wilaya di Indonesia.

"Kan sudah diomongin sama Menteri ESDM, Pertamina juga sudah bicara. Waktu itu Pertamina bilang ini polusi, kalau di negara lain ketika kendaraan masih dipakai, untuk mengurangi polusinya memakai apa? Biofuel, betul nggak? Kan itu, seperti di Brazil, campuran bioetanol-nya itu masuk. Tapi harganya lebih mahal," ujar Erick saat ditemui wartawan, ditulis Selasa (5/9/2024).

Upaya Pertamina meningkatkan kadar oktan Pertalite menjadi Pertamax Green 92 diyakini bisa menekan emisi, lantaran dapat menghasilkan bahan bakar dengan RON lebih tinggi.

Adapun targetnya Pertamax Green 92 bisa produksi pada tahun depan. Saat ini BUMN minyak dan gas bumi (migas) masih melakukan kajian mendalam, setelah itu akan diusulkan kepada pemerintah.

Di lain sisi, Erick menyebut, pemerintah akan mengalami kesulitan, bila semua jenis BBM disubsidi negara. "Nah kembali, kalau semuanya harus disubsidi, mungkin pemerintah sulit," katanya.

Dia memastikan pemerintah tidak akan memberikan subsidi untuk bahan bakar yang digunakan masyarakat kelas menengah atas. Namun, produk yang menyasar atau dikonsumsi oleh masyarakat dengan ekonomi kelas menengah ke bawah tetap mendapat kompensasi pemerintah.

"Nah kalau yang bioethanol kan memang targetnya beda, middle up. Yang gak mampu tetap disubsidi. Middle up, yang pakai mobil mewah masa harus terus disubsidi? Harus ada kerja sama orang yang mampu untuk membantu orang kurang mampu," ucap dia.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.8010 seconds (0.1#10.140)