Ini Syarat buat Singapura Beli Listrik Rendah Karbon dari Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ( Kemenko Marves ) mengajukan syarat khusus ihwal keinginan Pemerintah Singapura mengimpor green electricity atau listrik rendah karbon dari Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, salah satu syarat yang harus dipenuhi developer adalah membangun pabrik panel surya (solar panel) di Indonesia.
"Intinya itu yang kita syaratkan. Pabriknya buatan Indonesia, jadi solar panel dan baterai buatan Indonesia kalau mau ekspor," ujar Rachmat saat penutupan Indonesia Sustainability Forum 2023 di Park Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2023).
Singapura dan Indonesia sudah resmi menyepakati kerja sama perdagangan listrik rendah karbon. Pada tahap awal atau kurun waktu 2026-2027, pemerintah melalui developer akan menyuplai green electricity sebesar 2 Gigawatt (GW).
Total listrik yang dibutuhkan Singapura hingga 2035 mencapai 4 GW. Dari nominal green electricity itu, 50% akan diimpor dari Indonesia.
"Yang saya tahu, Singapura itu hingga 2035 akan membeli 4 gigawatt green electricity," kata dia.
Terkait dengan pembangunan pabrikan panel surya, tercatat ada lima developer Indonesia dan lima lainnya dari Singapura nantinya memasang 11 gigawatt kapasitas panel surya dan 21 gigawatt baterai penyimpanan energi di Indonesia. Komitmen tersebut disepakati melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI).
Lima developer terdiri atas tiga perusahaan yang tergabung dalam konsorsium Pacific Medco Solar Energy. Lalu dua lainnya yaitu Adaro Clean Energy dan Energi Baru TBS. Sementara itu, lima perusahaan Singapura di antaranya Seraphim Solar System, LONGi Solar Technology, IND Solar Tech, Sungrow Power Supply, dan Huawei Tech Investment.
"Intinya itu yang kita syaratkan. Pabriknya buatan Indonesia, jadi solar panel dan baterai buatan Indonesia kalau mau ekspor," ujar Rachmat saat penutupan Indonesia Sustainability Forum 2023 di Park Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2023).
Singapura dan Indonesia sudah resmi menyepakati kerja sama perdagangan listrik rendah karbon. Pada tahap awal atau kurun waktu 2026-2027, pemerintah melalui developer akan menyuplai green electricity sebesar 2 Gigawatt (GW).
Total listrik yang dibutuhkan Singapura hingga 2035 mencapai 4 GW. Dari nominal green electricity itu, 50% akan diimpor dari Indonesia.
"Yang saya tahu, Singapura itu hingga 2035 akan membeli 4 gigawatt green electricity," kata dia.
Terkait dengan pembangunan pabrikan panel surya, tercatat ada lima developer Indonesia dan lima lainnya dari Singapura nantinya memasang 11 gigawatt kapasitas panel surya dan 21 gigawatt baterai penyimpanan energi di Indonesia. Komitmen tersebut disepakati melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI).
Lima developer terdiri atas tiga perusahaan yang tergabung dalam konsorsium Pacific Medco Solar Energy. Lalu dua lainnya yaitu Adaro Clean Energy dan Energi Baru TBS. Sementara itu, lima perusahaan Singapura di antaranya Seraphim Solar System, LONGi Solar Technology, IND Solar Tech, Sungrow Power Supply, dan Huawei Tech Investment.
(uka)