Kolaborasi dalam Ekosistem Digital Mampu Tambah Jumlah Nasabah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Strategi aktif PT Bank Jago Tbk (ARTO) berkolaborasi dengan ekosistem digital cukup efektif meningkatkan jumlah nasabah . Nasabah Bank Jago kini mencapai 9 juta, termasuk 7,4 juta nasabah funding pengguna aplikasi Jago per September 2023 lalu.
Jika dibandingkan pada September 2022 yang sebanyak 5,3 juta nasabah, jumlah nasabah ini bertumbuh 74% atau sebanyak 3,7 juta nasabah.
Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengungkap, pertumbuhan nasabah tidak terlepas strategi kolaborasi dengan ekosistem digital. Sekitar 35% nasabah Bank Jago berasal dari kolaborasi dengan ekosistem strategis mereka, yaitu ekosistem GoTo (Gojek-Tokopedia).
“Kami selalu percaya, kolaborasi antara perusahaan financial technology dengan bank akan memberikan sesuatu yang positif kepada konsumen. Ada hal yang bisa mereka (fintech) lakukan, mungkin bank tidak bisa melakukannya. Di saat yang sama, ada hal yang tidak bisa mereka lakukan karena secara regulasi tidak memungkinkan, bisa dilakukan oleh bank,” tutur Arief dikutip Kamis (12/10/2023).
Pengamat perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto, pun mengapresiasi pecapaian yang telah dibukukan oleh Bank Jago. Capaian ini menjadi bukti bahwa masuknya perseroan ke dalam salah satu ekosistem terbesar di Indonesia, yaitu GoTo, akan memperluas jangkauan produk dan layanan perbankan digital kepada masyarakat.
Di sisi lain konsumen ekosistem digital juga akan mendapat nilai tambah dalam urusan keuangan di ekosistem yang mereka gunakan.
“Menarik sekali. Pertumbuhan nasabah sebanyak 3,7 juta menjadi 9 juta itu saya pikir luar biasa. Dan saya sangat apresiasi itu,” jelas Doddy.
Tantangan selanjut ujar Doddy adalah strategi bank Jago ke depan bisa mempertahankan pertumbuhan jumlah nasabah yang sudah diraihnya. Ia melihat persaingan bank digital atau bank yang benar-benar murni digital (tanpa kantor cabang) saat ini adalah melawan bank konvensional yang telah mengadopsi sistem digital.
Artinya jika Bank Jago tidak melakukan inovasi-inovasi baru dengan melakukan kolaborasi dengan GoTo, tentunya bisa kalah. Mengingat bank-bank besar saat ini memiliki modal sangat banyak untuk bersaing.
“Tinggal bagaimana dia bisa jagain pecapaian ini dari bank-bank lain. Karena terkait layanan digitalisasi bukan sekedar pilihan, melainkan sudah menjadi sebuah keharusan bagi bank-bank besar,” pungkasnya.
Seperti diketahui, berdasarkan laporan keuangan bulanan Agustus 2023, dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago sudah mencapai Rp 10,4 triliun. Current account saving account (CASA) mendominasi komposisi DPK sebesar 73% atau senilai Rp 7,6 triliun, sedangkan sisanya merupakan deposito sebesar 27%.
Jika dibandingkan pada September 2022 yang sebanyak 5,3 juta nasabah, jumlah nasabah ini bertumbuh 74% atau sebanyak 3,7 juta nasabah.
Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengungkap, pertumbuhan nasabah tidak terlepas strategi kolaborasi dengan ekosistem digital. Sekitar 35% nasabah Bank Jago berasal dari kolaborasi dengan ekosistem strategis mereka, yaitu ekosistem GoTo (Gojek-Tokopedia).
“Kami selalu percaya, kolaborasi antara perusahaan financial technology dengan bank akan memberikan sesuatu yang positif kepada konsumen. Ada hal yang bisa mereka (fintech) lakukan, mungkin bank tidak bisa melakukannya. Di saat yang sama, ada hal yang tidak bisa mereka lakukan karena secara regulasi tidak memungkinkan, bisa dilakukan oleh bank,” tutur Arief dikutip Kamis (12/10/2023).
Pengamat perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto, pun mengapresiasi pecapaian yang telah dibukukan oleh Bank Jago. Capaian ini menjadi bukti bahwa masuknya perseroan ke dalam salah satu ekosistem terbesar di Indonesia, yaitu GoTo, akan memperluas jangkauan produk dan layanan perbankan digital kepada masyarakat.
Di sisi lain konsumen ekosistem digital juga akan mendapat nilai tambah dalam urusan keuangan di ekosistem yang mereka gunakan.
“Menarik sekali. Pertumbuhan nasabah sebanyak 3,7 juta menjadi 9 juta itu saya pikir luar biasa. Dan saya sangat apresiasi itu,” jelas Doddy.
Tantangan selanjut ujar Doddy adalah strategi bank Jago ke depan bisa mempertahankan pertumbuhan jumlah nasabah yang sudah diraihnya. Ia melihat persaingan bank digital atau bank yang benar-benar murni digital (tanpa kantor cabang) saat ini adalah melawan bank konvensional yang telah mengadopsi sistem digital.
Artinya jika Bank Jago tidak melakukan inovasi-inovasi baru dengan melakukan kolaborasi dengan GoTo, tentunya bisa kalah. Mengingat bank-bank besar saat ini memiliki modal sangat banyak untuk bersaing.
“Tinggal bagaimana dia bisa jagain pecapaian ini dari bank-bank lain. Karena terkait layanan digitalisasi bukan sekedar pilihan, melainkan sudah menjadi sebuah keharusan bagi bank-bank besar,” pungkasnya.
Seperti diketahui, berdasarkan laporan keuangan bulanan Agustus 2023, dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago sudah mencapai Rp 10,4 triliun. Current account saving account (CASA) mendominasi komposisi DPK sebesar 73% atau senilai Rp 7,6 triliun, sedangkan sisanya merupakan deposito sebesar 27%.
(uka)