Tarif Listrik Murah, Industri Berdaya Saing

Rabu, 16 Agustus 2017 - 14:33 WIB
Tarif Listrik Murah, Industri Berdaya Saing
Tarif Listrik Murah, Industri Berdaya Saing
A A A
MENINGKATKAN daya saing industri adalah salah satu kunci untuk memenangi kompetisi di era global. Demi mencapai tujuan tersebut, penyediaan energi dengan harga terjangkau menjadi suatu keharusan.

Dalam rangka itu, listrik yang menjadi salah satu sumber energi utama bagi sektor industri sejak lama menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah mendorong PT Perusahaan Listrik Negara (persero) melakukan berbagai upaya untuk menurunkan biaya pokok produksi (BPP) tenaga listrik. Hasilnya, secara bertahap, sejak tahun 2014 BPP listrik nasional terus turun.

Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2014 realisasi BPP listrik PT Perusahaan Listrik Negara (persero) tercatat sebesar Rp1.105 per kWh. Angkaitu kemudian turun pada 2015 menjadi Rp998 per kWh, dan kembali turun pada 2016 menjadi Rp983 per kWh.

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan BPP listrik adalah upaya pengurangan bahan bakar minyak (BBM) sebagai bahan bakar pembangkit listrik PLN. Porsi BBM dalam bauran bahan bakar PLN 2014 tercatat sebesar 11,81%. Angka itu berhasil ditekan menjadi 8,58% pada 2015, dan menjadi hanya sekitar 6,96% pada 2016. Sebaliknya, porsi gas bumi dalam bauran bahan bakar pembangkit PLN meningkat dari tahun 2014 sebesar 24,07% menjadi 25,88% pada 2016.

Demikian halnya dengan porsi energi terbarukan yang naik dari 11,25% pada 2014, menjadi 12,46% pada 2016. Efisiensi dengan strategi bauran bahan bakar ini cukup signifikan dampaknya, mengingat biaya energi primer mencapai 66% dari total BPP tenaga listrik. Selain itu, PLN juga melakukan efisiensi di berbagai aspek lainnya seperti pengurangan susut jaringan (losses), pemeliharaan, dan pembelian tenaga listrik.

Efisiensi yang dilakukan PLN tersebut membuahkan hasil manis berupa turunnya tarif listrik saat ini dibandingkan dua tahun ke belakang. Data PLN mengenai perkembangan tarif listrik menunjukkan, tarif listrik tegangan rendah yang pada Juli2015 sebesar Rp1.548 per kilowatt hour (kWh) terus turun hingga menjadi Rp1.467 per kWh pada Juli 2017.

Turunnya tarif listrik tersebut, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, menjadikan tarif listrik Indonesia cukup bersaing di kawasan ASEAN. Untuk tarif tegangan menengah misalnya, cukup jauh di bawah tarif listrik industri Singapura yang sebesar Rp1.419 per kWh (Mei 2017) atau Filipina sebesar Rp1.425 per kWh.

Terlebih lagi untuk tarif tegangan tinggi yang kini hanya sebesar Rp997 per kWh. Namun, capaian itu tak lantas menjadikan pemerintah berpuas diri. Kementerian ESDM menargetkan dalam tiga tahun mendatang tarif listrik bisa diturunkan menjadi Rp800-900 per kWh.

Jika terwujud, di angka itu tarif listrik industri nasional bahkan lebih bersaing ketimbang Malaysia yang pada Mei 2017 rata-rata sebesar Rp952 per kWh, Thailand Rp1.034 per kWh, atau Vietnam yang sebesar Rp940 per kWh pada periode yang sama. Dalam dua tahun terakhir, tarif listrik di Indonesia juga mengalami penurunan. Untuk golongan tarif bertegangan rendah misalnya, jika pada Juli 2015 tarifnya mencapai Rp1.548 per kWh, per Juni 2017 tarifnya turun menjadi Rp1.467 per kWh.

Demikian pula tarif untuk golongan tegangan tinggi, perJuli2017sebesarRp997perkWh, lebih rendah dibanding Juni 2015 yang di kisaran Rp1.086 per kWh. “Kalau tarif listrik bisa lebih terjangkau maka untuk semua industri atau kegiatan ekonomi bisa lebih efisien,” ujar Jonan.

Selain harga yang terjangkau, pemerintah juga berharap tarif listrik bisa stabil dalam jangka panjang sehingga dapat memberikan kepastian bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.

Membaiknya pasokan maupun tarif listrik juga diapresiasi Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) Sanny Iskandar. Dia mengakui, saat ini pasokan listrik di kawasan industri sudah lebih baik dibandingkan tiga tahun ke belakang.

Sanny melanjutkan, kemudahan yang diberikan PLN terkait proses penyambungan daya yang cepat pun amat mendukung kawasan industri dalam mendapatkan pasokan listrik. “Sudah cukup baik, selama kebutuhan daya listriknya dikoordinasikan sebelumnya dengan kantor PLN setempat. Untuk harga pun cukup bersaing dan kualitas suplai daya listriknya baik dan tidak ada gangguan,” ungkapnya.

Menjawab harapan pemerintah dan kalangan industri, Kepala Satuan Unit Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka menyebut pihaknya terus berupaya menekan biaya produksi sekaligus mengupayakan stabilnya tarif listrik. Menurut dia, langkah itu salah satunya diwujudkan dengan rencana akuisisi tambang batu bara untuk menjamin pasokan pembangkit PLN.

Dia mengatakan, melalui upaya tersebut, PLN akan dapat menekan biaya bahan bakar setidaknya 20%. Di sisi lain, dalam rangka menyuplai pasokan daya ke pelanggan-pelanggan besar, PLN juga telah merencanakan penambahan instalasi sehingga kualitas maupun kontinuitas pasokan listrik ke depan akan lebih terjamin.
(poe)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4499 seconds (0.1#10.140)