Menteri Susi Target Kembalikan Hilangnya 115 Eksportir Ikan Nasional
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan pihaknya masih punya pekerjaan rumah bagi induatri pengolahan ikan nasional untuk membuatnya kembali berjaya. Lebih lanjut Ia menerangkan akibat salah kelola hasil luat sepanjang periode 2003 hingga 2013, banyak pengusaha maupun budidaya tambak yang gulung tikar.
"Makanya, target saya mengembalikan 115 eksportir nasional yang hilang pada kurun antara tahun 2003-2013. Karena mereka pada bangkrut semuanya," ungkap Susi saat penandatanganan kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Bank BRI maupun Bank BNI di Jakarta, Jumat (25/8/2017).
(Baca Juga: Susi Persilakan Jepang Investasi Besar-besaran di Sektor Perikanan
Usaha tersebut, diakuinya mulai menunjukkan hasilnya. Bahkan, dia mengakui, bila sekarang mulai masuk pemain-pemain baru dimana di antaranya terdapat juga pemain lama atau pengusaha lama yang sudah merefitalitasi pabriknya yang sempat bangkrut. "Mudah-mudahan kita semua bisa jalan lagi. Sehingga, angka ekspor ikan kita bisa kembali ke angka USD4,6 miliar pertahunnya," katanya.
Apalagi, sambung Susi, nilai impor ikan nasional juga terus menurun tajam. Bahkan, sampai saat ini penurunan impor sampai 70%. Diambilnya sample, bila dulu impor ikan mencapai 300 sampai 400 ribu ton pertahun, berarti sekarang tinggal 100 ribu ton lebih sedikit.
Apalagi, sejak dua tahun lalu, wilayah-wilayah tangkapan ikan mulai tumbuh dan membaik. Ia mengambil contoh di Pangandaran, Jawa Barat, juga di Gorontalo info yang didapatnya saat ini nelayan semalam mendapat Rp30 juta. "Mungkin saat ini yang belum maksimal mendapatkan imbas dari jargon 'Tenggelamkan' hanya wilayah pantura. Makanya, nelayan pantura pada ngiri dengan nelayan wilayah lainnya," ungkap dia.
Meski begitu, Susi optimistis karena industri ikan mempunyai porsi bisnis yang sangat besar. Angka perikanan tangkap, nilai tukar nelayan naik 10% dan nilai usaha perikanan naik 20%. "Artinya yang bekerja menangkap ikan kesejahteraannya naik daripada dulu," pungkasnya.
"Makanya, target saya mengembalikan 115 eksportir nasional yang hilang pada kurun antara tahun 2003-2013. Karena mereka pada bangkrut semuanya," ungkap Susi saat penandatanganan kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Bank BRI maupun Bank BNI di Jakarta, Jumat (25/8/2017).
(Baca Juga: Susi Persilakan Jepang Investasi Besar-besaran di Sektor Perikanan
Usaha tersebut, diakuinya mulai menunjukkan hasilnya. Bahkan, dia mengakui, bila sekarang mulai masuk pemain-pemain baru dimana di antaranya terdapat juga pemain lama atau pengusaha lama yang sudah merefitalitasi pabriknya yang sempat bangkrut. "Mudah-mudahan kita semua bisa jalan lagi. Sehingga, angka ekspor ikan kita bisa kembali ke angka USD4,6 miliar pertahunnya," katanya.
Apalagi, sambung Susi, nilai impor ikan nasional juga terus menurun tajam. Bahkan, sampai saat ini penurunan impor sampai 70%. Diambilnya sample, bila dulu impor ikan mencapai 300 sampai 400 ribu ton pertahun, berarti sekarang tinggal 100 ribu ton lebih sedikit.
Apalagi, sejak dua tahun lalu, wilayah-wilayah tangkapan ikan mulai tumbuh dan membaik. Ia mengambil contoh di Pangandaran, Jawa Barat, juga di Gorontalo info yang didapatnya saat ini nelayan semalam mendapat Rp30 juta. "Mungkin saat ini yang belum maksimal mendapatkan imbas dari jargon 'Tenggelamkan' hanya wilayah pantura. Makanya, nelayan pantura pada ngiri dengan nelayan wilayah lainnya," ungkap dia.
Meski begitu, Susi optimistis karena industri ikan mempunyai porsi bisnis yang sangat besar. Angka perikanan tangkap, nilai tukar nelayan naik 10% dan nilai usaha perikanan naik 20%. "Artinya yang bekerja menangkap ikan kesejahteraannya naik daripada dulu," pungkasnya.
(akr)