BI: Ekonomi Jakarta di 2023 Akan Tetap Tumbuh di Kisaran 4,8%-5,6%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) Jakarta melihat dari sisi global, perekonomian sekarang tumbuh melambat dan divergensi pertumbuhan antar negara melebar dan tentunya dengan ketidakpastian yang semakin meningkat.
Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar mengatakan, pertumbuhan ekonomi global dalam hal Amerika Serikat (AS) pada tahun 2023 itu diperkirakan tetap kuat ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik.
"Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin tinggi tadi, pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap tumbuh baik dan memiliki daya tahan," kata Arlyana dalam Jakarta Economic Forum 2023 Policy Discussion, Selasa (31/10/2023).
Sementara China, negara itu memang melambat juga dan dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi dan penurunan kinerja dari sektor properti. Selain itu juga meningkatnya ketegangan geopolitik ini juga mendorong peningkatan harga energi dan pangan sehingga inflasi global tetap tinggi.
Untuk mengendalikan inflasi yang tinggi tadi, suku bunga kebijakan moneter negara maju termasuk disini adalah Federal Fed Fund Rate ini diperkirakan akan tetap bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama atau akan higher for longer.
Perkembangan tersebut tentunya mendorong pembalikan arus modal, jadi dari negara-negara emerging market ekonomis ke negara maju dan tentunya ke aset yang lebih likuid.
"Nah ini juga salah satu yang mendorong penguatan dolar AS terhadap berbagai mata uang di dunia," ujar dia.
Jadi pada triwulan ketiga 2023 ini, lanjut Arlyana, pertumbuhan Indonesia ditopang oleh konsumsi swasta termasuk disini konsumsi dari generasi muda yang meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi di sektor jasa dan juga adanya keyakinan konsumen yang masih tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar mengatakan, pertumbuhan ekonomi global dalam hal Amerika Serikat (AS) pada tahun 2023 itu diperkirakan tetap kuat ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik.
"Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin tinggi tadi, pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap tumbuh baik dan memiliki daya tahan," kata Arlyana dalam Jakarta Economic Forum 2023 Policy Discussion, Selasa (31/10/2023).
Sementara China, negara itu memang melambat juga dan dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi dan penurunan kinerja dari sektor properti. Selain itu juga meningkatnya ketegangan geopolitik ini juga mendorong peningkatan harga energi dan pangan sehingga inflasi global tetap tinggi.
Untuk mengendalikan inflasi yang tinggi tadi, suku bunga kebijakan moneter negara maju termasuk disini adalah Federal Fed Fund Rate ini diperkirakan akan tetap bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama atau akan higher for longer.
Perkembangan tersebut tentunya mendorong pembalikan arus modal, jadi dari negara-negara emerging market ekonomis ke negara maju dan tentunya ke aset yang lebih likuid.
"Nah ini juga salah satu yang mendorong penguatan dolar AS terhadap berbagai mata uang di dunia," ujar dia.
Jadi pada triwulan ketiga 2023 ini, lanjut Arlyana, pertumbuhan Indonesia ditopang oleh konsumsi swasta termasuk disini konsumsi dari generasi muda yang meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi di sektor jasa dan juga adanya keyakinan konsumen yang masih tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia.