Kementan Pastikan Perunggasan Nasional Masih Stabil
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian RI (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyatakan perunggasan nasional masih dalam batas stabil. Hal ini hasil dari upaya stabilisasi perunggasan yang mengimbau perusahaan melakukan penyerapan livebird di tingkat peternak UMKM.
Berdasarkan data Setting Hatching Record (SHR) tanggal periode setting telur HE yang dihimpun dari laporan 47 perusahaan pembibit, maka dapat diestimasi produksi daging ayam ras bulan Juli dan Agustus 2020. Produksi livebird bulan Juli berdasarkan SHR sebanyak 174.917.479 ekor atau setara daging ayam sebanyak 205.178 ton.
Sementara, kebutuhan daging ayam ras dari Maret sampai Oktober 2020 diprediksi Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami penurunan 43,2 persen akibat dampak pandemi covid-19. Menurut BPS setelah menghitung akibat dari penurunan konsumsi, kebutuhan daging ayam bulan Juli 2020 sebanyak 162.465 ton atau setara livebird sebanyak 138.503.836 ekor.
"Namun, livebird masih surplus di bulan Juli sebanyak 36.413.642 ekor atau setara daging ayam sebanyak 42.713 ton (26,29%). Jadi bisa dikatakan masih stabil," ujar Direktur Jenderal PKH, I Ketut Diarmita.
Sedangkan, produksi daging ayam bulan Juli 2020 dari integrator adalah sebesar 42,72 persen atau sebanyak 87.652 ton dan produksi dari peternak eksternal (mandiri) sebesar 57,28 persen atau sebanyak 117.527 ton.
Kontribusi produksi daging ayam dari peternak eksternal (mandiri) terhadap kebutuhan daging ayam ras nasional bulan Juli adalah sebesar 72,34 persen atau sebanyak 117.527 ton daging ayam.
Data setting telur HE selama bulan Juni 2020 tercatat sebanyak 272.070.577 butir dan menghasilkan DOC FS pada bulan Juli 2020 sebanyak 212.269.464 ekor.
Produksi DOC FS bulan Juli berpotensi menghasilkan livebird pada bulan Agustus 2020 sebanyak 199.533.296 ekor atau setara dengan daging sebanyak 234.053 ton. Sementara kebutuhan daging ayam sebanyak 161.475 ton.
"Nah supply demand bulan Agustus 2020 ini juga masih bisa terjaga. Ada potensi surplus daging ayam sebanyak 72.578 ton (44,94%)," ungkap Ketut.
Adapun Kementan terus mengupayakan keseimbangan supply dan demand ayam ras. Misalnya dengan cara mengoptimalkan data SHR (Setting Hatching Record) sebagai acuan data supply ayam ras berdasarkan estimasi permintaan DOC dari peternak.
Berdasarkan data Setting Hatching Record (SHR) tanggal periode setting telur HE yang dihimpun dari laporan 47 perusahaan pembibit, maka dapat diestimasi produksi daging ayam ras bulan Juli dan Agustus 2020. Produksi livebird bulan Juli berdasarkan SHR sebanyak 174.917.479 ekor atau setara daging ayam sebanyak 205.178 ton.
Sementara, kebutuhan daging ayam ras dari Maret sampai Oktober 2020 diprediksi Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami penurunan 43,2 persen akibat dampak pandemi covid-19. Menurut BPS setelah menghitung akibat dari penurunan konsumsi, kebutuhan daging ayam bulan Juli 2020 sebanyak 162.465 ton atau setara livebird sebanyak 138.503.836 ekor.
"Namun, livebird masih surplus di bulan Juli sebanyak 36.413.642 ekor atau setara daging ayam sebanyak 42.713 ton (26,29%). Jadi bisa dikatakan masih stabil," ujar Direktur Jenderal PKH, I Ketut Diarmita.
Sedangkan, produksi daging ayam bulan Juli 2020 dari integrator adalah sebesar 42,72 persen atau sebanyak 87.652 ton dan produksi dari peternak eksternal (mandiri) sebesar 57,28 persen atau sebanyak 117.527 ton.
Kontribusi produksi daging ayam dari peternak eksternal (mandiri) terhadap kebutuhan daging ayam ras nasional bulan Juli adalah sebesar 72,34 persen atau sebanyak 117.527 ton daging ayam.
Data setting telur HE selama bulan Juni 2020 tercatat sebanyak 272.070.577 butir dan menghasilkan DOC FS pada bulan Juli 2020 sebanyak 212.269.464 ekor.
Produksi DOC FS bulan Juli berpotensi menghasilkan livebird pada bulan Agustus 2020 sebanyak 199.533.296 ekor atau setara dengan daging sebanyak 234.053 ton. Sementara kebutuhan daging ayam sebanyak 161.475 ton.
"Nah supply demand bulan Agustus 2020 ini juga masih bisa terjaga. Ada potensi surplus daging ayam sebanyak 72.578 ton (44,94%)," ungkap Ketut.
Adapun Kementan terus mengupayakan keseimbangan supply dan demand ayam ras. Misalnya dengan cara mengoptimalkan data SHR (Setting Hatching Record) sebagai acuan data supply ayam ras berdasarkan estimasi permintaan DOC dari peternak.