PLN-Kemenko Marves Manfaatkan Limbah Pertanian-Perkebunan untuk Biomassa

Minggu, 03 Desember 2023 - 12:03 WIB
loading...
PLN-Kemenko Marves Manfaatkan...
Kebutuhan biomassa untuk Co-firing PLTU PLN pada 2025 diproyeksi mencapai 10,2 juta ton. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
JAKARTA - PT PLN (Persero) bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan INvestasi (Kemenko Marves) meluncurkan program Socio Tropical Agriculture-waste Biomass (STAB) dan Primary Energy Renewable & Territorial Integrated Wisdom of Indonesia (PERTIWI). Melalui program-program itu limbah pertanian dan perkebunan didorong sebagai rantai pasok biomassa.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Ad Interim Erick Thohir mengungkapkan, pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan merupakan aksi nyata mengejar target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.

"Saya senang dan bangga pada kesempatan ini kita meluncurkan dan menandatangani kerja sama antarpihak dalam menangani masalah perubahan iklim yang sangat terstruktur," ungkap Erick dalam siaran pers, dikutip Minggu (3/12/2023).



Menurutnya, hal itu bagian dari strategi penerapan kebijakan dekarbonisasi pemerintah. Pemerintah juga memastikan berjalannya transisi energi untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan sosial. "Saya berharap komitmen ini bisa segera terwujud dan diimplementasikan seefektif mungkin," tuturnya.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, peluncuran program ini sejalan dengan roadmap transisi energi. Selain itu pemanfaatan biomassa juga merupakan komitmen perusahaan meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT).

"Kebijakan Co-Firing Biomassa intensif dilakukan di Indonesia sebagai langkah konkret dalam mereduksi emisi karbon guna mencapai target NZE di tahun 2060 atau lebih cepat. Co-Firing Biomassa juga memiliki peran yang vital dalam akselerasi transisi energi di Tanah Air," ujar Darmawan.

Dia menjelaskan, Co-firing Biomassa memiliki keunggulan Levelized Cost of Electricity (LCOE) terendah dibanding akselerasi ke EBT lainnya. Selain itu, masyarakat lokal juga didorong memainkan peran penting dalam menyediakan bahan baku biomassa. Artinya, Co-Firing Biomassa tak hanya mendorong akselerasi transisi energi, namun juga menggerakkan ekonomi masyarakat lewat pembukaan lapangan kerja yang masif.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan bahwa STAB merupakan jenis biomassa yang berasal dari limbah pertanian. Proses produksinya juga melibatkan masyarakat tani secara langsung.

Bahan baku STAB dapat berupa limbah atau residu tanaman pertanian atau perkebunan seperti sekam, jerami padi, bonggol jagung, bagasse, pucuk daun tebu, limbah aren, limbah sagu, residu kelapa, tandan kosong pelepah sawit, ranting-ranting pruning tanaman, dan lain-lain.

"Kami melihat banyak sekali limbah pertanian yang selama ini hanya ditimbun atau dibakar agar lahan bersih kembali. Nah Kami melihat potensi besar ini, maka kami terus berinovasi bagaimana memanfaatkan limbah yang tadinya tidak bermanfaat dan mengganggu bisa di utilisasi menjadi energi bersih bahkan mampu menciptakan nilai ekonomi baru bagi para petani di Indonesia," papar Iwan.



Menurut dia, PLN EPI sejak semester II/2023 telah memanfaatkan STAB dari berbagai jenis limbah, di antaranya bagasse tebu dan pelet tandan kosong kelapa sawit. Karena itu dia optimistis kerja sama kemitraan lintas Kementerian dan BUMN ini akan mengakselerasi biomassa STAB lebih masif lagi.

Sementara, PERTIWI merupakan jenis biomassa yang diproduksi dari ranting-ranting dan limbah produksi pangan seperti sagu. Sebagai langkah awal, program PERTIWI akan dikembangkan di Provinsi Riau. Dia menjelaskan, di wilayah itu terdapat sekitar 80 kilang sagu dengan potensi limbah berupa ampas dan kulit sagu lebih dari 200.000 ton per tahun.

Selama ini, ampas sagu dibuang ke sungai, laut, atau ditimbun. Sedangkan kulit sagunya dibakar untuk boiler pengering sagu sementara arangnya dibuang begitu saja. Melihat besarnya potensi STAB dan PERTIWI, PLN EPI optimistis bisa berkontribusi maksimal dalam upaya penurunan emisi.

"Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengejar target Co-Firing pada 2025, diproyeksi kebutuhan biomassa PLN meningkat tajam sebesar 10,2 juta ton atau sebesar 300% guna menyediakan energi bersih sebesar 12,7 Terawatt hour (TWh)," ungkapnya.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1823 seconds (0.1#10.140)