Kompak, Harga Emas dan Bitcoin Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga emas telah mencapai tonggak sejarah baru dengan menyentuh posisi tertinggi sepanjang masa di atas USD2.100 pada hari Senin (4/11/2023). Sementara harga Bitcoin menembus level psikologis USD40.000, sejalan dengan target di akhir tahun USD50.000.
Saat reli Natal mendapatkan momentum, investor semakin menyukai aset berisiko tinggi. Lonjakan luar biasa ini didukung oleh beberapa faktor, terutama dovish Federal Reserve atau The Fed (Bank Sentral AS) yang diantisipasi dan melemahnya dolar .
Investor menanggapi secara positif pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, menanamkan keyakinan bahwa bank sentral telah menyudahi tren pengetatan moneternya. Sinyal tersebut berpotensi terjadinya penurunan suku bunga mulai Maret.
Ketika daya pikat emas meningkat dengan suku bunga yang semakin berkurang, logam mulia berkilau di tengah-tengah apa yang dapat digambarkan sebagai "badai sempurna" pada tahun 2023. Reli pasar di bulan November mencerminkan optimisme pada aset berisiko
Seiring dengan kenaikan emas, saham global telah menutup reli bulanan paling substansial dalam tiga tahun. Investor merangkul aset berisiko dengan antusias, didorong oleh keyakinan bahwa bank sentral utama, termasuk Federal Reserve, telah mampu melawan inflasi.
November menyaksikan lonjakan kuat di pasar saham, dengan indeks S&P melonjak naik 9%, dan Nasdaq melampaui kenaikan 11% yang mengesankan. Lalu yang paling signifikan sejak 1980, mencerminkan optimisme yang meluas seputar potensi penurunan suku bunga dan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
Harga emas dunia menyentuh level tertinggi sepanjang masa di akhir tahun 2023, dan diprediksi masih bisa berlanjut. Harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa setelah menyentuh kisaran harga USd2.148-USd 2.150 per ons pada perdagangan Asia.
Kemungkinan The Fed memangkas suku bunga pada Maret 2024 menjadi pondasi optimismen pasar. Meski begitu sikap para pejabat bank sentral Amerika Serikat tetap berhati-hati.
Saat reli Natal mendapatkan momentum, investor semakin menyukai aset berisiko tinggi. Lonjakan luar biasa ini didukung oleh beberapa faktor, terutama dovish Federal Reserve atau The Fed (Bank Sentral AS) yang diantisipasi dan melemahnya dolar .
Investor menanggapi secara positif pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, menanamkan keyakinan bahwa bank sentral telah menyudahi tren pengetatan moneternya. Sinyal tersebut berpotensi terjadinya penurunan suku bunga mulai Maret.
Ketika daya pikat emas meningkat dengan suku bunga yang semakin berkurang, logam mulia berkilau di tengah-tengah apa yang dapat digambarkan sebagai "badai sempurna" pada tahun 2023. Reli pasar di bulan November mencerminkan optimisme pada aset berisiko
Seiring dengan kenaikan emas, saham global telah menutup reli bulanan paling substansial dalam tiga tahun. Investor merangkul aset berisiko dengan antusias, didorong oleh keyakinan bahwa bank sentral utama, termasuk Federal Reserve, telah mampu melawan inflasi.
November menyaksikan lonjakan kuat di pasar saham, dengan indeks S&P melonjak naik 9%, dan Nasdaq melampaui kenaikan 11% yang mengesankan. Lalu yang paling signifikan sejak 1980, mencerminkan optimisme yang meluas seputar potensi penurunan suku bunga dan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
Harga emas dunia menyentuh level tertinggi sepanjang masa di akhir tahun 2023, dan diprediksi masih bisa berlanjut. Harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa setelah menyentuh kisaran harga USd2.148-USd 2.150 per ons pada perdagangan Asia.
Kemungkinan The Fed memangkas suku bunga pada Maret 2024 menjadi pondasi optimismen pasar. Meski begitu sikap para pejabat bank sentral Amerika Serikat tetap berhati-hati.