Investasi Asing di Batam Capai USD1,1 Miliar

Sabtu, 30 Desember 2017 - 19:32 WIB
Investasi Asing di Batam Capai USD1,1 Miliar
Investasi Asing di Batam Capai USD1,1 Miliar
A A A
BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam, Kepulaan Riau, mencatat realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) sepanjang 2017 meningkat signifikan dibandingkan 2016. Dimana sampai 27 Desember 2017, realisasi investasi PMA mencapai USD1,11 miliar dengan 73 proyek. Sedangkan tahun 2016, nilai realisasi investasi PMA sebesar USD471,368 juta dengan 71 proyek.

Kepala BP Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan, peningkatan investasi PMA itu menunjukkan Batam masih menjadi tujuan investor menanamkan modalnya di Indonesia. Karena itu pihaknya optimistis perekonomian Batam akan membaik pada 2018 mendatang dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan menembus 5% (yoy).

"Tahun ini pertumbuhan ekonomi Batam memang mengalami pelambatan, diperkirakan hanya sekitar 2,2% (yoy) sampai 2,6% (yoy). Tapi saya optimistis tahun depan akan membaik," katanya, Sabtu (30/12/2017).

Menurut Lukita, indikasi membaiknya ekonomi Batam bisa dilihat dari peningkatan investasi di akhir 2017. Pada Oktober 2017, terdapat 10 perusahaan baru dengan investasi USD10,5 juta, meningkat dibanding Oktober 2016 yang hanya lima perusahaan dengan investasi USD5 juta.

Peningkatan juga terjadi pada November 2017 dengan 12 perusahan baru yang masuk ke Batam, dengan total investasi USD27,8 juta. Sementara pada November 2016 hanya sembilan perusahaan baru yang masuk Batam dengan total investasi USD12,5 juta. "Kami akan terus berupaya meningkatkan agar investasi asing ini terus meningkat di Batam," jelasnya.

Untuk terus meningkatkan investasi serta menggairahkan kembali dunia usaha Batam, lanjut Lukita, pihaknya sudah melakukan sejumlah terobosan. Antara lain merevisi Perka 10/2017 tentang Penyelenggaraan Administrasi Lahan menjadi Perka 27/2017 tentang Penyelenggaran Pengalokasian Lahan.

Revisi ini dilakukan untuk mempermudah investor mengembangkan usahanya di Batam, sehingga ekonomi bisa meningkat dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat Batam. Ke depan, BP Batam juga akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat memudahkan dunia usaha.

"Untuk revisi Perda 9 tentang tarif UWT (uang wajib tahunan) dan Perka 17 tentang tarif pelabuhan laut masih dalam proses. Tapi yang jelas kami mempunyai semangat untuk meningkatkan ekonomi Batam," katanya.

Belum lama ini, ada satu perusahaan biodiesel yang menadatangani kesepakatan untuk menanamkan modalnya di Batam. Rencananya nilai investasi biodiesel ini mencapai Rp1 triliun. Lukita mengaku sudah menandatangani alokasi lahan perusahaan tersebut. Pihaknya menargetkan tahun depan rencana investasi tersebut terealisasi.

Mantan Sekretaris Menko Perekonomian ini juga mengatakan, pihaknya akan mengembangkan pariwisata guna medukung perekonomian Batam. Saat ini ada beberapa investor yang tertarik membangun destinasi wisata baru, nilai ivestasinya diperkirakan mencapai miliar dolar Amerika Serikat.

"Saya belum bisa sampaikan (investornya), karena ini juga terkait kompetisi. Tapi yang jelas sudah ada beberapa investor yang mau mengembangkan sektor pariwisata," ungkapnya.

Menurut Lukita, untuk tahap awal, pihaknya akan fokus menyelenggarakan event internasional. Event ini tidak akan berdampak terhadap pendapatan BP Batam, melainkan untuk peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Pemko Batam dari sektor perhotelan, restoran, dan transportasi. Penyelenggaraan event ini juga untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.

"Kalau mau jujur, event parawisata ini tidak ada uang besar masuk ke BP Batam. Bisa dilihat wisman yang datang pasti menginapnya di hotel, makan di restoran. Kalau ada peningkatan pendapatan larinya kemana? Pasti ke PAD. Tapi yang jelas kami ingin terus bersinergi dengan Pemko Batam," katanya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 di triwulan IV 2017 sekitar 2,4% sampai 2,6%. Sedangkan ekonomi Batam 2018 diprediksi akan tumbuh sekitar 4,2% sampai 4,6%. Bank Indonesia Kepri juga optimistis pertumbuhan ekonomi terus meningkat hingga 7% di tahun 2019 mendatang. Namun harus dilakukan pembenahan di berbagai sektor.

"Mencermati perkembangan perekonomian global, nasional, dan regional Kepri di 2017 serta tantangan ke depan, kami memperkirakan perekonomian Kepri 2018 akan tumbuh pada kisaran 4,2% sampai 4,6% (yoy)," kata Kepala BI Perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putra.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi sejalan dengan perkiraan pemulihan ekonomi global di 2018. Sehingga, harga komoditas diperkirakan akan meningkat didorong peningkatan permintaan global.

"Perbaikan harga migas diperkirakan akan mendorong ekspor migas Kepri di sektor gas alam. Makanya, kami usulkan beberapa proyek strategis untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Seperti pembangunan Jembatan Batam-Bintan, pengembangan Pelabuhan Batuampar, serta pengembangan dan modernisasi dan sarana Bandara Hang Nadim," katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4380 seconds (0.1#10.140)