Ekonomi Domestik Belum Optimal Merespons Ekonomi Global

Kamis, 04 Januari 2018 - 16:12 WIB
Ekonomi Domestik Belum Optimal Merespons Ekonomi Global
Ekonomi Domestik Belum Optimal Merespons Ekonomi Global
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengatakan, ekonomi domestik belum optimal dalam merespons pemulihan ekonomi global. Hal tersebut ditandai masih terbatasnya peran konsumsi rumah tangga serta pemulihan ekspor yang belum merata.

Selain itu, pertumbuhan kredit juga belum sepenuhnya pulih terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan pada November 2017 sebesar Rp4.635,0 triliun atau tumbuh 7,4% lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 8,1% dari Rp4.906,5 triliun.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, belum optimalnya pembiayaan domestik menyebabkan ketergantungan terhadap luar negeri dalam pembiayaan pembangunan.

"Hal ini ditandai kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh non residen yang semakin meningkat serta Debt to Service Ratio (DSR) atau rasio utang terhadap pendapatan yang tinggi," ujar Mirza di Jakarta, Kamis (4/1/2018).

Menurutnya, Indonesia menghadapi tantangan struktural yang membatasi pertumbuhan ekonomi jangka menengah-panjang. Terlebih, kondisi sumbangsih konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir juga cenderung menurun.

"Ini satu yang perlu disikapi, dan ini sudah jadi perhatian. Karena Indonesia ke depan masih harapkan kontribusi konsumsi rumah tangga, maka perlu direspons," tuturnya.

Sementara itu, sektor keuangan juga memiliki tantangan struktural lantaran belum optimalnya sumber pembiayaan domestik untuk pembiayaan pembangunan. Meski demikian, BI tetap optimistis prospek perekonomian jangka menengah pada 2022 tembus 5,8%-6,2%.

"Kami mau pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berkesinambungan kuat dam berimbang. Maka Indonesia harus terus lakukan reformasi struktural. Di infrastruktur, kalau pakai benchmark Korea yang 100%, pembangunan infrastruktur Indonesia sudah cukup baik yakni 72% dari benchmark," tambah Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.

Ke depan, BI akan secara konsisten menempuh bauran kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, dan kebijakan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, konsumsi rumah tangga pada 2018 ini bisa tumbuh di atas 5% karena stimulus fiskal baik bansos, program padat karya dan belanja infrastruktur.

Sementara pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan ada sekitar 5,1%-5,2% dengan sektor yang prospektif pada bahan makanan (sembako), rokok, pakaian jadi, hotel restoran dan jasa periklanan.

Dia juga mengungkapkan, dampak Pemilu diprediksi hanya sekitar 0,1%-0,2% terhadap pertumbuhan ekonomi. "Sementara sektor lain yang jadi motor adalah ekspor," ujar Bhima.

Adapun pertumbuhan ekspor diprediksi akan berlanjut khususnya CPO dan batu bara. Selain itu, trend harga komoditas juga masih positif yang disebabkan oleh faktor Saudi yakni meningkatnya ketegangan di timur tengah, dan naiknya permintaan China.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2366 seconds (0.1#10.140)