Dorong Sinergitas BPD, bank bjb Bakal Jadi Induk KUB Terbesar di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - bank bjb sepanjang kurun waktu 2023 tetap mampu menjaga pertumbuhan bisnis di tengah berbagai tantangan ekonomi. Keberhasilan tersebut dikarenakan berbagai inovasi dan juga berbagai strategi bisnis dan pertumbuhan yang dilakukan bank bjb.
Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi menyampaikan, sepanjang kurun waktu 2023, penyaluran kredit yang disalurkan bank bjb tetap bertumbuh, salah satunya didorong oleh kondisi ekonomi serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit. Hal itu, ditandai pertumbuhan kredit bank bjb hingga triwulan III 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 10,2 % menjadi Rp 125 triliun yang tumbuh pada seluruh segmen kredit baik konsumsi ataupun business segmen.
Pada kuartal III 2023 bank bjb secara konsolidasi membukukan laba bersih sebesar Rp1,42 triliun. Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat sebesar Rp5,23 triliun. Lebih lanjut, pendapatan berbasis komisi atau fee based income menjadi Rp1,02 triliun pada kuartal III/2023, dibanding sebelumnya Rp834,37 miliar pada kuartal III/2022.
Total aset tercatat sebesar Rp179,31 triliun pada September 2023. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat 1,26% dan NPL net 0,63%. Adapun, dari segi himpunan dana pihak ketiga (DPK) bank tercatat Rp130,86 triliun.
Melihat kondisi tersebut, Yuddy optimis pertumbuhan kredit untuk keseluruhan 2023 diproyeksikan dapat tumbuh positif sesuai rencana bisnis meski tidak setinggi realisasi di tahun lalu. Oleh karena itu, bank bjb juga fokus mendorong pendapatan lainnya melalui produk layanan berbasis fee based income, ekosistem digital, produk layanan berbasis teknologi, dan wealth management.
"bank bjb selama 2023 berfokus mengambil langkah lebih selektif untuk pertumbuhan kredit yang berkualitas sekaligus berupaya menjaga yield yang memadai," ucap Yuddy dalam keterangan tertulis, Senin (11/12/2023).
Menurut Yuddy, di tengah tantangan ekonomi, suku bunga kredit bank bjb mengikuti perkembangan kondisi pasar dengan melakukan repricing untuk menjaga margin yang sehat. Namun implementasinya dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kemampuan bayar debitur dan menjaga kualitas kredit.
Ia menjelaskan, mengimbangi kebijakan suku bunga acuan yang terus mengalami kenaikan, bank bjb pun terus melakukan manajemen likuiditas yang baik agar likuiditas tetap ample dengan biaya dana yang manageable, sehingga lebih efisien dalam biaya dana.
Yuddy menjelaskan, di tengah tantangan suku bunga, ekspansi pada segmen corporate dan commercial akan dilakukan secara selektif dengan melihat suku bunga yang diberikan. Hal ini untuk menjaga kualitas dan yield kredit pada level yang sehat demi mengimbangi tekanan biaya dana.
Untuk menjaga pertumbuhan bisnis, bank bjb berkomitmen untuk memperluas bisnis, yakni memperkuat jaringan hybrid offline dan online channels. Di mana saat ini bank bjb memiliki 926 jaringan fisik dan 1.883 terminal perbankan elektronik terus kami pertahankan.
Dia juga menyebut, ekosistem digital bank bjb terus bertumbuh pesat dengan jumlah pengguna DIGI Mobile apps user sebanyak 1,38 juta user atau tumbuh 103% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan QRIS merchant tercatat sebanyak 945,9 ribu merchant atau tumbuh 70,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tantangan Suku Bunga dan Proyeksi 2024
Di sisi lain, Yuddy mencermati laporan terbaru dari publikasi Badan Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) baru-baru ini, tentang kemungkinan dari suku bunga yang lebih tinggi dan lebih lama (higher for longer), bagi sektor perbankan sehingga akan menekan sisi bisnis di berbagai negara. IMF juga mengingatkan, berbagai risiko lain seperti risiko ketegangan geopolitik, risiko lonjakan harga minyak, risiko krisis biaya hidup, dan risiko fragmentasi atau divergensi ekonomi.
Melihat proyeksi IMF tersebut, manajemen bank bjb akan mengedepankan sikap untuk lebih berhati-hati dan semakin selektif dalam memilih segmen pertumbuhan bisnis di tahun depan. Harapannya, langkah dan strategi tersebut dapat lebih mengantisipasi kebijakan periode suku bunga tinggi dan juga tantangan ekonomi yang semakin pelik.
"bank bjb senantiasa mengedepankan langkah bisnis perbankan dengan prudent dan hati-hati dengan selalu melihat potensi peluang yang tersedia di pasar," ujar Yuddy.
Langkah lain yang dilakukan bank bjb, dengan terus-menerus melakukan evaluasi bisnis guna lebih adaptif di tengah risiko kenaikan suku bunga acuan dan risiko geopolitik di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang berpotensi untuk terjadinya penyesuaian berbagai kebijakan di bidang ekonomi.
Di tengah era suku bunga global yang bertahan tinggi dan diperkirakan masih berlangsung cukup lama (higher for longer), berdasarkan data Bank Indonesia, perbankan di Indonesia tetap solid ditandai tingkat permodalan (capital adequacy ratio/CAR) yang tinggi di level 27,41% atau jauh di atas rata-rata CAR negara lain yang berada di bawah 20%.
Kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit per September 2023 tercatat 8,96% year on year (yoy) menjadi Rp6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19% yoy. Di lain sisi, simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat tumbuh 6,54% yoy menjadi Rp8.147,17 triliun. Giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 9,84% yoy.
Kualitas kredit juga terlihat tetap terjaga baik dengan NPL net sebesar 0,77% dan NPL gross sebesar 2,43%. Seiring terjaganya perekonomian nasional yang tumbuh secara tahunan berkisar 5%, nilai kredit terdampak COVID-19 yang direstrukturisasi konsisten menurun sebesar Rp9,17 triliun menjadi Rp316,98 triliun.
Yuddy menyampaikan, meskipun secara fundamental konsisi perbankan nasional tetap solid, bank bjb berkomitmen untuk terus memperkuat bisnis dan mengelola berbagai risiko dengan prudent. Yuddy bersyukur, berkat strategi bisnis yang tepat, pendekatan yang prudent di berbagai segmen bisnis, juga kemampuan menjaga efisiensi dalam pengelolaan aset & liabilitas membuat tekanan terhadap cost of fund dapat lebih terkendali, alhasil kinerja bank bjb terus tumbuh positif.
Konsolidasi Memperkuat Bisnis
Salah satu langkah strategis yang dilakukan guna menjaga pertumbuhan bisnis melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB) sebagai konsolidasi perbankan khususnya BPD, dimana bank bjb menjadi anchor BPD, bank bjb akan menjadi induk usaha dan terkonsolidasi.
Paling anyar, Bank Jambi menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) ke-4 yang berproses menjalin komitmen sinergi KUB dengan bank bjb, menyusul Bank Bengkulu, Bank Sultra dan Bank Maluku Malut. Seluruh BPD tersebut berkinerja baik dan akan memberikan nilai tambahsecaragrup.
Seperti diketahui, berdasarkan POJK 12/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, BPD wajib meningkatkan modal intinya minimal Rp3 triliun paling lambat 31 Desember 2024, atau cukup memiliki Rp1 triliun sepanjang BPD tersebut efektif tergabung menjadi anggota dari KUB, dimana apabila tidak dapat terpenuhi maka BPD tersebut wajib menyesuaikan bentuk usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dengan demikian, BPD yang memiliki modal inti dibawah Rp3 triliun tersebut akan berpacu dengan waktu karena waktu pemenuhannya kurang lebih tersisa 13 bulan lagi.
"bank bjb memiliki berbagai pengalaman dan pemahaman yang mendalam mulai dari proses ber-KUB karena saat ini sudah ada bank bjb syariah sebagai anggota KUB pertama, pengalaman IPO, right issue, penerbitan surat berharga, sampai dengan bagaimana bertransformasi dari bisnis model BPD yang konvensional menjadi lebih advanced sesuai perkembangan terkini," ucap Yuddy.
Pengetahuan tersebut dapat dibagikan kepada seluruh anggota KUB melalui sinergi dan kolaborasi sehingga dapat meningkatkan daya saing untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah, terutama pada pemberdayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Selain itu, inisiatif KUB ini juga merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat posisi BPD secara grup perbankan dalam industri perbankan nasional. Dengan total aset seluruh BPD di Indonesia per September 2023 sebesar Rp945,7 triliun, BPD yang solid dapat menjadi salah satu kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bersanding dengan perbankan besar lainnya.
Menurut Yuddy, kolaborasi adalah hal paling penting yang harus dilakukan BPD dalam melakukan inovasi dan transformasi agar bisa bersaing di industri perbankan. bank bjb yang telah sarat pengalaman dalam melakukan berbagai langkah strategis serta menjadi pionir berbagai aksi korporasi BPD, dapat berbagi pengalaman tersebut kepada sesama BPD untuk tumbuh kembang dan besar bersama.
Yuddy menegaskan bank bjb selalu siap bersinergi dan kolaborasi meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan pemerintah daerah dengan semangat saling memberikan nilai tambah bagi kedua belah pihak. Ia mencontohkan, pada proses menuju KUB dengan Bank Jambi, sudah dilakukan berbagai kerjasama bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak. Saat ini bank bjb juga masih membuka peluang kerjasama dengan BPD lain di Indonesia, dengan prinsip untuk kemajuan bersama serta saling menguntungkan.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai KUB merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD. Selain untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, KUB juga dianggap mampu meningkatkan daya saing BPD di era digital saat ini.
"KUB memang salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD dalam menghadapi, tidak hanya ketentuan permodalan, tetapi juga persaingan perbankan yang semakin ketat di era digital. Dengan KUB, bank-bank BPD bisa melakukan sinergi untuk membentuk ekosistem yang bisa bersaing," ujar Piter.
Piter mengungkapkan sinergi dengan skema KUB yang dilakukan oleh BPD merupakan langkah pintar, karena mampu memaksimalkan berbagai potensi dan peluang di sektor perbankan. Kata Piter, industri perbankan sudah sangat kompleks dan kebutuhan utama bank digital ya ekosistem serta infrastruktur teknologi informasinya, artinya membutuhkan modal besar.
"Saya kira peluang KUB yang ditawarkan oleh bank bjb dengan berbagai potensi sinergitas lainnya yang mengikuti, dapat menjadi sebuah solusi," tutur Piter.
Jika bersinergi bersama bank bjb dalam skema KUB, lanjut Piter, pengembangan tersebut bisa menggunakan izin yang sudah dimiliki bank bjb, sekaligus memanfaatkan berbagai infrastruktur, teknologi informasi dan knowledge yang sudah dimiliki bank bjb.
Piter menjelaskan, bank bjb saat ini menjadi salah satu bank nasional yang memiliki jaringan luas dan layanan terintegrasi, apalagi sudah tersedia berbagai layanan digital yang memudahkan nasabah. Karena itu, ia yakin, kinerja bank bjb akan tetap solid.
Bahkan, bank daerah yang bergabung dengan bank bjb akan mendapat keuntungan berkat berbagai sumber daya yang sudah dimiliki bank bjb. Apalagi, bank bjb juga terus diarahkan menjadi hybrid banking. Menurutnya, digitalisasi layanan yang sudah dilakukan bank bjb sudah sangat baik dan akan mampu mengakselerasi kinerja bisnis di masa depan. Sekaligus, merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh perbankan. Apalagi di era di mana internet menjadi kebutuhan dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat.
"Saya selalu mengatakan, digital bank itu sebuah keniscayaan. Tidak mungkin bank itu tidak mengembangkan layanan digital. Tanpa bertransformasi ke bank digital mereka akan kalah dalam persaingan di masa depan," tegas Piter.
Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi menyampaikan, sepanjang kurun waktu 2023, penyaluran kredit yang disalurkan bank bjb tetap bertumbuh, salah satunya didorong oleh kondisi ekonomi serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit. Hal itu, ditandai pertumbuhan kredit bank bjb hingga triwulan III 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 10,2 % menjadi Rp 125 triliun yang tumbuh pada seluruh segmen kredit baik konsumsi ataupun business segmen.
Pada kuartal III 2023 bank bjb secara konsolidasi membukukan laba bersih sebesar Rp1,42 triliun. Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat sebesar Rp5,23 triliun. Lebih lanjut, pendapatan berbasis komisi atau fee based income menjadi Rp1,02 triliun pada kuartal III/2023, dibanding sebelumnya Rp834,37 miliar pada kuartal III/2022.
Total aset tercatat sebesar Rp179,31 triliun pada September 2023. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat 1,26% dan NPL net 0,63%. Adapun, dari segi himpunan dana pihak ketiga (DPK) bank tercatat Rp130,86 triliun.
Melihat kondisi tersebut, Yuddy optimis pertumbuhan kredit untuk keseluruhan 2023 diproyeksikan dapat tumbuh positif sesuai rencana bisnis meski tidak setinggi realisasi di tahun lalu. Oleh karena itu, bank bjb juga fokus mendorong pendapatan lainnya melalui produk layanan berbasis fee based income, ekosistem digital, produk layanan berbasis teknologi, dan wealth management.
"bank bjb selama 2023 berfokus mengambil langkah lebih selektif untuk pertumbuhan kredit yang berkualitas sekaligus berupaya menjaga yield yang memadai," ucap Yuddy dalam keterangan tertulis, Senin (11/12/2023).
Menurut Yuddy, di tengah tantangan ekonomi, suku bunga kredit bank bjb mengikuti perkembangan kondisi pasar dengan melakukan repricing untuk menjaga margin yang sehat. Namun implementasinya dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kemampuan bayar debitur dan menjaga kualitas kredit.
Ia menjelaskan, mengimbangi kebijakan suku bunga acuan yang terus mengalami kenaikan, bank bjb pun terus melakukan manajemen likuiditas yang baik agar likuiditas tetap ample dengan biaya dana yang manageable, sehingga lebih efisien dalam biaya dana.
Yuddy menjelaskan, di tengah tantangan suku bunga, ekspansi pada segmen corporate dan commercial akan dilakukan secara selektif dengan melihat suku bunga yang diberikan. Hal ini untuk menjaga kualitas dan yield kredit pada level yang sehat demi mengimbangi tekanan biaya dana.
Untuk menjaga pertumbuhan bisnis, bank bjb berkomitmen untuk memperluas bisnis, yakni memperkuat jaringan hybrid offline dan online channels. Di mana saat ini bank bjb memiliki 926 jaringan fisik dan 1.883 terminal perbankan elektronik terus kami pertahankan.
Dia juga menyebut, ekosistem digital bank bjb terus bertumbuh pesat dengan jumlah pengguna DIGI Mobile apps user sebanyak 1,38 juta user atau tumbuh 103% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan QRIS merchant tercatat sebanyak 945,9 ribu merchant atau tumbuh 70,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tantangan Suku Bunga dan Proyeksi 2024
Di sisi lain, Yuddy mencermati laporan terbaru dari publikasi Badan Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) baru-baru ini, tentang kemungkinan dari suku bunga yang lebih tinggi dan lebih lama (higher for longer), bagi sektor perbankan sehingga akan menekan sisi bisnis di berbagai negara. IMF juga mengingatkan, berbagai risiko lain seperti risiko ketegangan geopolitik, risiko lonjakan harga minyak, risiko krisis biaya hidup, dan risiko fragmentasi atau divergensi ekonomi.
Melihat proyeksi IMF tersebut, manajemen bank bjb akan mengedepankan sikap untuk lebih berhati-hati dan semakin selektif dalam memilih segmen pertumbuhan bisnis di tahun depan. Harapannya, langkah dan strategi tersebut dapat lebih mengantisipasi kebijakan periode suku bunga tinggi dan juga tantangan ekonomi yang semakin pelik.
"bank bjb senantiasa mengedepankan langkah bisnis perbankan dengan prudent dan hati-hati dengan selalu melihat potensi peluang yang tersedia di pasar," ujar Yuddy.
Langkah lain yang dilakukan bank bjb, dengan terus-menerus melakukan evaluasi bisnis guna lebih adaptif di tengah risiko kenaikan suku bunga acuan dan risiko geopolitik di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang berpotensi untuk terjadinya penyesuaian berbagai kebijakan di bidang ekonomi.
Di tengah era suku bunga global yang bertahan tinggi dan diperkirakan masih berlangsung cukup lama (higher for longer), berdasarkan data Bank Indonesia, perbankan di Indonesia tetap solid ditandai tingkat permodalan (capital adequacy ratio/CAR) yang tinggi di level 27,41% atau jauh di atas rata-rata CAR negara lain yang berada di bawah 20%.
Kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit per September 2023 tercatat 8,96% year on year (yoy) menjadi Rp6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19% yoy. Di lain sisi, simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat tumbuh 6,54% yoy menjadi Rp8.147,17 triliun. Giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 9,84% yoy.
Kualitas kredit juga terlihat tetap terjaga baik dengan NPL net sebesar 0,77% dan NPL gross sebesar 2,43%. Seiring terjaganya perekonomian nasional yang tumbuh secara tahunan berkisar 5%, nilai kredit terdampak COVID-19 yang direstrukturisasi konsisten menurun sebesar Rp9,17 triliun menjadi Rp316,98 triliun.
Yuddy menyampaikan, meskipun secara fundamental konsisi perbankan nasional tetap solid, bank bjb berkomitmen untuk terus memperkuat bisnis dan mengelola berbagai risiko dengan prudent. Yuddy bersyukur, berkat strategi bisnis yang tepat, pendekatan yang prudent di berbagai segmen bisnis, juga kemampuan menjaga efisiensi dalam pengelolaan aset & liabilitas membuat tekanan terhadap cost of fund dapat lebih terkendali, alhasil kinerja bank bjb terus tumbuh positif.
Konsolidasi Memperkuat Bisnis
Salah satu langkah strategis yang dilakukan guna menjaga pertumbuhan bisnis melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB) sebagai konsolidasi perbankan khususnya BPD, dimana bank bjb menjadi anchor BPD, bank bjb akan menjadi induk usaha dan terkonsolidasi.
Paling anyar, Bank Jambi menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) ke-4 yang berproses menjalin komitmen sinergi KUB dengan bank bjb, menyusul Bank Bengkulu, Bank Sultra dan Bank Maluku Malut. Seluruh BPD tersebut berkinerja baik dan akan memberikan nilai tambahsecaragrup.
Seperti diketahui, berdasarkan POJK 12/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, BPD wajib meningkatkan modal intinya minimal Rp3 triliun paling lambat 31 Desember 2024, atau cukup memiliki Rp1 triliun sepanjang BPD tersebut efektif tergabung menjadi anggota dari KUB, dimana apabila tidak dapat terpenuhi maka BPD tersebut wajib menyesuaikan bentuk usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dengan demikian, BPD yang memiliki modal inti dibawah Rp3 triliun tersebut akan berpacu dengan waktu karena waktu pemenuhannya kurang lebih tersisa 13 bulan lagi.
"bank bjb memiliki berbagai pengalaman dan pemahaman yang mendalam mulai dari proses ber-KUB karena saat ini sudah ada bank bjb syariah sebagai anggota KUB pertama, pengalaman IPO, right issue, penerbitan surat berharga, sampai dengan bagaimana bertransformasi dari bisnis model BPD yang konvensional menjadi lebih advanced sesuai perkembangan terkini," ucap Yuddy.
Pengetahuan tersebut dapat dibagikan kepada seluruh anggota KUB melalui sinergi dan kolaborasi sehingga dapat meningkatkan daya saing untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah, terutama pada pemberdayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Selain itu, inisiatif KUB ini juga merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat posisi BPD secara grup perbankan dalam industri perbankan nasional. Dengan total aset seluruh BPD di Indonesia per September 2023 sebesar Rp945,7 triliun, BPD yang solid dapat menjadi salah satu kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bersanding dengan perbankan besar lainnya.
Menurut Yuddy, kolaborasi adalah hal paling penting yang harus dilakukan BPD dalam melakukan inovasi dan transformasi agar bisa bersaing di industri perbankan. bank bjb yang telah sarat pengalaman dalam melakukan berbagai langkah strategis serta menjadi pionir berbagai aksi korporasi BPD, dapat berbagi pengalaman tersebut kepada sesama BPD untuk tumbuh kembang dan besar bersama.
Yuddy menegaskan bank bjb selalu siap bersinergi dan kolaborasi meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan pemerintah daerah dengan semangat saling memberikan nilai tambah bagi kedua belah pihak. Ia mencontohkan, pada proses menuju KUB dengan Bank Jambi, sudah dilakukan berbagai kerjasama bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak. Saat ini bank bjb juga masih membuka peluang kerjasama dengan BPD lain di Indonesia, dengan prinsip untuk kemajuan bersama serta saling menguntungkan.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai KUB merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD. Selain untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, KUB juga dianggap mampu meningkatkan daya saing BPD di era digital saat ini.
"KUB memang salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD dalam menghadapi, tidak hanya ketentuan permodalan, tetapi juga persaingan perbankan yang semakin ketat di era digital. Dengan KUB, bank-bank BPD bisa melakukan sinergi untuk membentuk ekosistem yang bisa bersaing," ujar Piter.
Piter mengungkapkan sinergi dengan skema KUB yang dilakukan oleh BPD merupakan langkah pintar, karena mampu memaksimalkan berbagai potensi dan peluang di sektor perbankan. Kata Piter, industri perbankan sudah sangat kompleks dan kebutuhan utama bank digital ya ekosistem serta infrastruktur teknologi informasinya, artinya membutuhkan modal besar.
"Saya kira peluang KUB yang ditawarkan oleh bank bjb dengan berbagai potensi sinergitas lainnya yang mengikuti, dapat menjadi sebuah solusi," tutur Piter.
Jika bersinergi bersama bank bjb dalam skema KUB, lanjut Piter, pengembangan tersebut bisa menggunakan izin yang sudah dimiliki bank bjb, sekaligus memanfaatkan berbagai infrastruktur, teknologi informasi dan knowledge yang sudah dimiliki bank bjb.
Piter menjelaskan, bank bjb saat ini menjadi salah satu bank nasional yang memiliki jaringan luas dan layanan terintegrasi, apalagi sudah tersedia berbagai layanan digital yang memudahkan nasabah. Karena itu, ia yakin, kinerja bank bjb akan tetap solid.
Bahkan, bank daerah yang bergabung dengan bank bjb akan mendapat keuntungan berkat berbagai sumber daya yang sudah dimiliki bank bjb. Apalagi, bank bjb juga terus diarahkan menjadi hybrid banking. Menurutnya, digitalisasi layanan yang sudah dilakukan bank bjb sudah sangat baik dan akan mampu mengakselerasi kinerja bisnis di masa depan. Sekaligus, merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh perbankan. Apalagi di era di mana internet menjadi kebutuhan dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat.
"Saya selalu mengatakan, digital bank itu sebuah keniscayaan. Tidak mungkin bank itu tidak mengembangkan layanan digital. Tanpa bertransformasi ke bank digital mereka akan kalah dalam persaingan di masa depan," tegas Piter.
(nng)