Produksi Jagung di Lamongan Tertinggi di Indonesia

Rabu, 28 Februari 2018 - 01:06 WIB
Produksi Jagung di Lamongan Tertinggi di Indonesia
Produksi Jagung di Lamongan Tertinggi di Indonesia
A A A
LAMONGAN - Produksi komoditas jagung di Lamongan, Jawa Timur, terus mengalami peningkatan, hingga mencapai surplus. Tidak salah, bila banyak daerah di Indonesia yang mengekor pola tanam jagung di Kota Soto tersebut.

"Melihat Kabupaten Lamongan dalam dua atau tiga tahun mendatang, bisa produksi jagung hingga 1 juta ton. Sebab setiap tahun terjadi lonjakan. Dari produksi sebesar 323.549 ton di tahun 2015, naik menjadi 372.162 ton pada 2016, kemudian melonjak menjadi 571.080 ton pada 2017," ungkap Wakil Ketua Dewan Jagung Nasional, Sidi Asmono, Selasa (27/2/2018).

Catatan Dewan Nasional Jagung, produksi jagung di Lamongan pada 2017 juga yang tertinggi. Bahkan, bisa menjadi rekor baru, baik dari sisi produksi maupun produktivitasnya. Wajar, bila saat ini Lamongan menjadi buah bibir nasional, sekaligus barometer bagi agribisnis jagung.

"Bahkan banyak pihak di luar negeri yang bertanya-tanya, soal Lamongan yang dikatakan sebagai mini Iowa (salah satu negara bagian di Amerika Serikat)," ujar Sidi Asmoro.

Sidi menjelaskan, yang diraih Lamongan saat ini adalah buah dari kebijakan pemerintah kabupaten yang sangat pro pertanian dan pro petani, melalui program pertanian jagung modern. Diantaranya, menyediakan lahan percontohan seluas 100 hektare yang dibuka usai belajar dari Iowa Amerika Serikat dan sukses diaplikasi oleh petani Lamongan di luar kawasan.

"Kini petani Lamongan sudah naik kelas, dari yang semula hanya mau menggunakan benih lokal, kini bahkan sudah familiar dengan hibirida plus," kata dia.

Karena itu, lanjut Sidi Asmono, produksi jagung Lamongan dalam dua hingga tiga tahun mendatang bisa menyentuh angka psikologis 1 juta ton. Itu berarti 1/20 dari kebutuhan jagung nasional. Bahkan, capaian Lamongan ini rupanya sudah menginspirasi banyak daerah lain, seperti Kabupaten Kuningan, Banten, Bangka Belitung dan Kutai Kertanegara.

Sementara, Bupati Fadeli menyampaikan perubahan itu tidak lepas dari petani Lamongan yang mau diajak berubah. Dari yang sebelumnya konvensional, hanya meneruskan kebiasaan lama, kini mau menanam dengan pola yang benar.

"Biasanya petani itu sangat susah berubah untuk menggunakan metode atau pola tanam yang baru. Saya kira ini karena hasil nyata di lahan percontohan 100 hektare di Desa Banyubang. Hasil sukses menginspirasi petani lain untuk menerapkan pertanian modern," kata Fadeli.

Dia menyebut kini petani sudah mau menggunakan benih unggul, penggunaan pupuk kandangnya sudah sesuai anjuran, penanaman juga secara spesifik diatur jaraknya.

Menurut Fadeli, peningkatan produksi dan produktivitas ini secara langsung berimplikasi pada kesejahteraan petani. Salah satu indikator kesejahteraan petani, yakni Nilai Tukar Petani (NTP), saat ini di Lamongan naik dari 102 menjadi 104,66.

Soal pemasaran, dia menjamin tidak akan ada kesulitan yang dialami petani. Sudah ada produsen pupuk yang memiliki pabrik di Kecamatan Brondong, PT Esa Sampuran, yang sanggup membeli berapapun jagung petani dengan harga Rp3.200 per kilogram, dengan kadar air 17%.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Panji Laras Desa Dadapan Kecamatan Solokuro mengungkapkan produktivitas jagung di desanya melonjak luar biasa usai menerapkan pola pertanian modern. Sebelumnya, hanya berkisar antara 6 hingga 7 ton per hektare. Sementara dalam panen raya kali ini rata-ratanya sudah mencapai 11,3 ton per hektare.

Bahkan ada 2 lahan jagung petani Dadapan yang produktivitasnya di atas 12 ton pe rhektare. Milik Karning yang mencapai 12,336 ton per hektare, dan milik Husnan mencatat produktivitas 12,145 ton per hektare.

Secara keseluruhan, produksi jagung Lamongan pada periode Januari hingga Desember 2017 sebesar 571.080 ton. Itu dicapai dari luas panen 68.043 hektare dengan rata-rata produktivitasnya 83,93 kuintal per hektare.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5560 seconds (0.1#10.140)