HT: Redam Pelemahan Rupiah, Suku Bunga Harus Dinaikkan 25 Bps

Rabu, 09 Mei 2018 - 18:46 WIB
HT: Redam Pelemahan Rupiah, Suku Bunga Harus Dinaikkan 25 Bps
HT: Redam Pelemahan Rupiah, Suku Bunga Harus Dinaikkan 25 Bps
A A A
JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga menembus level Rp14.000/USD dinilai perlu segera disikapi oleh pemerintah. Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah dengan menaikkan suku bunga acuan.

"Saya coba bicara dengan banyak fund manager di luar negeri, sebagai tambahan apa yang harus dilakukan secepatnya untuk mencegah pelemahan rupiah adalah dengan meningkatkan suku bunga sebesar 0,25% (25 bps)," tuturnya di Jakarta, Rabu (9/5/2018).

Lebih lanjut, HT mengatakan, pemerintah juga perlu membuat pernyataan resmi untuk menenangkan pasar dan juga masyarakat secara umum. "Di samping usulan sebelumnya, perlu dilakukan joint statement yang dipimpin oleh RI 1 didampingi para menteri ekonomi dan gubernur Bank Indonesia, agar masyarakat tidak panik," ujar HT.

Sejauh ini, memang belum ada pernyataan resmi dari pemerintah terkait pelemahan rupiah serta dampaknya terhadap perekonomian. Sementara, pernyataan yang secara sporadis muncul dari menteri-menteri ekonomi maupun presiden terbukti belum mampu menahan pelemahan mata uang Garuda.

Demikian pula mengenai suku bunga acuan, hingga saat ini Bank Indonesia (BI) belum mengubah 7-day Reverse Repo Rate, tetap di 4,25%. Suku bunga acuan tersebut belum berubah sejak 22 September 2017 lalu, kendati nilai tukar rupiah telah tergerus cukup lama.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, pihaknya baru akan menentukan arah kebijakan moneter pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 16-17 Mei 2018 mendatang.

"BI kan sudah sampaikan bahwa nanti di RDG tgl 16-17 Mei ada RDG bulanan untuk tentukan stance kebijakan moneter," katanya, Selasa (8/5) lalu.

Dia mengatakan, untuk menentukan arah kebijakannya BI akan melihat data inflasi, ekspor-impor dan neraca pembayaran. Selain itu pihaknya juga akan melihat arus modal di dunia serta arah kebijakan bank sentral AS. BI juga akan melihat arah kebijakan moneter negara seperti Malaysia dan Korea. Sebab, mereka juga berencana menaikkan tingkat suku bunga acuannya.

"Kita juga lihat bagaimana arah kebijakan AS yang akan naik Juni. Juga suku bunga negara tetangga. Nanti kita assess, kalau memang diperlukan kenaikan suku bunga ya kita harus melakukan adjusment," ujar Mirza.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0225 seconds (0.1#10.140)