Ekonomi Digital RI Ditopang 55% Penduduk Aktif Berinternet

Senin, 14 Mei 2018 - 05:06 WIB
Ekonomi Digital RI Ditopang 55% Penduduk Aktif Berinternet
Ekonomi Digital RI Ditopang 55% Penduduk Aktif Berinternet
A A A
JAKARTA - Indonesia dengan populasi berjumlah 262 juta jiwa, dimana 55% di antaranya merupakan pengguna internet aktif menjadi potensi besar bagi berkembangnya ekonomi digital. Ini sekaligus menjadi potensi bagi tumbuhnya industri dibidang teknologi.

“Go-Jek misalnya, ini bukan perusahaan penyedia alat transportasi, tetapi hanya berjualan aplikasi teknologi. Juga Tokopedia, Blibli, dan lainnya. Mereka adalah perusahaan yang bergerak dibidang teknologi,” kata Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan.

Menurut Semuel saat tampil sebagai pembicara kunci di Seminar Nasional bertema Kesiapan, Peluang dan Tantangan Penggunaan Big Data Dalam Ekonomi Digital yang digelar Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI, semakin banyak perusahaan yang bergerak dibidang teknologi, dan makin banyaknya kebutuhan manusia yang bisa diperoleh melalui aplikasi teknologi, maka data yang terkumpul akan semakin besar.

Terang dia Ini terjadi karena setiap mengakses aplikasi, orang diminta mengirimkan atau melaporkan datanya terlebih dahulu. Semuel menambahkan, pada era digital seperti sekarang ini, siapapun bisa masuk dan menjadi pengusaha teknologi. Tidak harus mereka yang memiliki modal besar atau memiliki jaringan kuat.

“Sayangnya, industri digital di Indonesia masih didominasi oleh pemain-pemain besar. Padahal peluang terbuka bagi siapa saja. Mengingat data memang terbuka dan bisa dimasuki oleh siapa pun,” paparnya.

Untuk itu Semuel mendorong anak muda dan mahasiswa didorong untuk terjun menjadi pengusaha dibidang teknologi. Peluang ekonomi digital masih terbuka sangat lebar dan bisa dimasuki oleh siapapun. Data menunjukkan sampai saat ini terdapat sekitar 26 juta pengusaha berbasis digital di Indonesia dan 1.705 start-up.

Big data itu sendiri diakuinya bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Seperti prediksi nilai tukar mata uang asing, penilaian kredit. Juga bisa untuk pemberian kredit usaha rakyat (KUR), analisis data untuk merchant, mendeteksi fraud (kecurangan), mendeteksi aruslalu lintas secara real time, mendukung smart cities, dan lainnya. Sebab ekonomi digital dan big data, keduanya saling terkait. Keduanya sama-sama berbasis pada penggunaan internet.

“Pertumbuhan ekonomi digital akan membutuhkan dukungan big data. Semakin besar data bisa dikumpulkan, maka ini akan menjadi dukungan yang penting bagi tumbuhnya ekonomi digital,” terang Semuel.

Sedangkan Pakar Telematika yang kini Anggota Komisi I DPR Roy Suryo mengatakan, dengan memegang big data, sesungguhnya semua informasi ada ditangan kita. Apapun bisa kita lakukan, bahkan memonitor kepadatan lalu lintas dan memperkirakan lamanya perjalanan.

Pada era big data ini, penggunaan teknologi memegang peranan paling vital. Akan terjadi otomatisasi dimana sejumlah jenis pekerjaan digantikan oleh robot dan mesin. “Meski demikian penggunaan teknologi yang sedemikian masif yang menang tetaplah hati nurani. Diatas teknologi, bagaimana pun, yang menang adalah hati nurani manusia,” kata Roy.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Adminsitrasi (FIA) STIAMI Dr. Bambang Irawan, MM mengatakan, fenomena big data telah merontokkan retail-retail besar dihampir semua negara. Demikian juga dalam hal pekerjaan, diperkiraan ada 12,5% jenis pekerjaan yang hilang dan digantikan oleh mesin maupun robot.

“Inilah pentingnya kita sema mempersiapkan diri. Apakah kita bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, atau kita menyerah kalah,” kata Bambang. Hanya orang-orang yang mampu menguasai teknologi yang kemudian bisa bertahan dan mengalami kemajuan dalam kehidupannya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5780 seconds (0.1#10.140)