Tol Ciawi-Cigombong Beroperasi, Bocimi Seksi II Dilanjutkan 2019

Selasa, 11 Desember 2018 - 11:06 WIB
Tol Ciawi-Cigombong...
Tol Ciawi-Cigombong Beroperasi, Bocimi Seksi II Dilanjutkan 2019
A A A
BOGOR - Sepekan setelah diresmikannya pengoperasian seksi I (Ciawi–Cigombong) sepanjang 15,3 kilometer Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi (Bocimi), selain membuat arus lalu lintas di jalur nontol relatif lancar, PT Trans Jabar Tol juga bisa melanjutkan seksi II (Cigombong–Cibadak) dengan panjang 11,9 kilometer.

”Terkait operasi bukan kewenangan saya, kalau saya hanya ber tang gung jawab di fisiknya saja. Saya juga tidak tahu, gratis sampai k a pan, yang jelas sekarang ini masih tidak dipungut biaya,” kata Kepa la Proyek Tol Bocimi PT Trans Jabar Tol Joko Susilo saat dikonfirmasi KORAN SINDO, kemarin.

Dia menambahkan, untuk fisik seksi II (Cigombong–Cibadak) pihaknya masih menunggu proses pembebasan tanah selesai. “Kalau fisik itu kami tergantung dari pembebasan tanah. Nah, saat ini tanahnya baru 60%. Sebenarnya target sudah harus mulai karena mengejar 2019 selesai,” ungkapnya. Meski demikian, kata dia, jika mengacu pada aturan memang pembangunan fisik sudah harus dikerjakan setelah pembebasan tanah selesai hingga 75%.

“Aturan resmi tak terlalu jelas, tapi umumnya 75 persen, karena pihak bank menuntut 75 persen. Biasanya mengacu pada kepercayaan saja,” katanya. Terkait fisik atau konstruksi seksi I (Ciawi– Cigombong) selama sepekan pasca-operasi ini, pihaknya belum melakukan evaluasi. Bahkan, belum ada keluhan maupun saran dari konsumen soal pelayanan operasi Seksi I tol Bocimi ini. “Bahkan, dari konsumen umumnya merespons (dengan dioperasikannya Tol Bocimi) ini cukup baik. Biasanya macet 1,5 jam, sekarang lewat tol 15 menit sampai ke Cigombong,” ujarnya.

Menurutnya, sebagian besar truk yang biasa melintas jalan umum (nontol) saat ini sudah masuk tol semua sehingga berdampak positif bagi industri di wilayah Bogor Selatan dan Sukabumi.

“Meski selama sepekan operasi ini tetap saja Tol Bocimi Seksi I ini didominasi kendaraan golongan I. Tapi, jika tol sudah sampai Sukabumi pasti semakin banyak truknya, karena kontur jalan tol ini tak menanjak dan tak menikung tajam (berbeda dengan jalur nontol),” ungkapnya.

Menyangkut fasilitas fisik seperti rambu, saluran air di tol seksi I sudah 100%. Menurutnya, hal yang belum itu hanya akses II masuk kawasan wisata Lido Resort milik MNC Group. “Karena akses II (masuk kawasan Lido) Tol Bocimi Seksi I ini kan terpisah, tak masuk target operasi tahun ini,” ujarnya. Namun, pihaknya akan segera menuntaskan akses II Tol Bocimi Seksi I ke kawasan wisata Lido Resort.

“Tapi, saya optimistis akhir bulan ini akses II ini selesai,” katanya. Tak hanya itu, kata dia, akses II Tol Bocimi masuk ke Lido itu tak masuk target operasi tahun ini karena belum tembus ke Cicurug, Sukabumi, yang berstatus jalan nasional. “Akses II ke Lido Resort itu memiliki panjang 1,5 sampai 2 kilometer, itu harus nyambung ke jalan nasional jaringannya serta harus dapat persetujuan dulu dari Dirjen Binamarga, Kementerian Pekerjaan Umum. Jika sudah dinilai layak, baru bisa terkoneksi ke jalan nasional,” ungkapnya.

Pihaknya selama ini dalam pekerjaan pembangunan fisik akses ke Lido, Cigombong, itu terkendala karena tanahnya labil ditambah curah hujan di sekitar tinggi.

“Hanya itu saja kendalanya dalam penyelesaian pembangunan akses II ke Lido,” katanya.

Sementara itu, berdasarkan catatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor, terdapat 21 pabrik industri di Ciawi hingga perbatasan Cicurug, Sukabumi, pada awal 90-an, dan lalu lintas Ciawi–Sukabumi menjadi primadona industri saat itu. “Karena faktor kemacetan menjadi kendala, kini tinggal ada sembilan industri yang bertahan. Sebagian besar adalah garmen,” kata Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Bogor Ajat Rohmat.

Prinsipnya, ujar dia, kehadiran tol baru bakal membuat tumbuhnya perekonomian di wilayah Bogor Selatan. “Keberadaan tol ini minimal sudah memberikan ruang untuk bernapas bagi para pelaku usaha, tetapi tidak serta-merta mengurangi ongkos angkut. Belum lagi ada biaya yang mesti dibayarkan untuk tol,” kata dia.

Kendati kehadiran ruas tol anyar itu bisa menghemat waktu dan kemungkinan mengurangi konsumsi bahan bakar solar pada truk, dia memastikan ongkos angkut tidak bakal berubah. “Sebab biaya angkut ini sudah sekitar sepuluh tahun tidak berubah,” katanya.

Sebelumnya awal Desember lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan infrastruktur baru Jawa Barat berupa Jalan Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi (Bocimi) Seksi 1 dari Ciawi hingga Cigombong sepanjang 15,3 kilometer.

Proyek tol ini sudah direncanakan sejak 21 tahun lalu, tapi dalam pelaksanaannya kerap terkendala hingga akhirnya ter beng kalai. Dalam sambutan Presiden menuturkan, penetapan lelang Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi ini sudah ditetapkan sejak 1997.

“Kemudian 2015 kita negosiasi untuk ambil alih. Mengambil alih pun dengan negosiasi alot. Ya ini kita kerjakan dan Alhamdullilah untuk yang Ciawi–Cigombong selesai,” kata Jokowi, Sabtu (1/12) lalu.

Dia berharap Jalan Tol Bocimi tersambung ke Cianjur, Bandung, bahkan langsung terus ke timur Cilacap. Menurutnya, dengan beroperasi Jalan Tol Bocimi Seksi 1 dari Ciawi hingga Cigombong itu bisa memangkas waktu tempuh dari Ciawi ke Cigombong yang semula 1,5 jam menjadi 15 menit.

“Walaupun ini hanya 15 kilometer dari Ciawi ke Cigombong, tapi itu tempat macetnya selama ini. Kalau nggak lewat tol itu 1,5 jam dari Ciawi ke Cigombong, kalau lewat tol ini 15 menit. Jadi sangat cepat,” katanya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam kesempatan itu juga menjelaskan, Tol Bocimi terbagi ke empat seksi.

Seksi 2 Cigombong–Cibadak sepanjang 11,98 kilometer, Seksi 3 Cibadak– Sukabumi Barat sepanjang 13,7 kilo meter, dan Seksi 4 Sukabumi Barat–Sukabumi Timur sepanjang 13,05 kilometer.

Pembangunan tol ini sedianya dimulai pada 1997. Namun, karena proses pembebasan lahannya sulit, akhirnya pembangunan pun terbengkalai. Tak hanya itu, kepemilikan saham PT Trans Jabar Tol selaku pengelola jalan tol ini juga sempat berpindah-pindah mulai dari konsorsium Bukaka Teknik Utama, Bakrie Group, hingga MNC Group.

Namun karena tak kunjung menunjukkan perkembangan signifikan, pada 2015, Presiden akhirnya memerintahkan PT Waskita Karya Tbk (Persero) melalui anak usahanya, Waskita Toll Road, mengambil alih proyek ini. Sejak diambil alih pada 2015, kini pekerjaan proyek ini menunjukkan perkembangan positif.

Menurut Basuki, pasca resmi beroperasi selama seminggu tol tidak akan dikenakan tarif. Hal itu juga untuk sosialisasi. Terkait tarif tol setelah seminggu gratis telah disepakati bahwa perhitungan tarif tol adalah Rp1.000 per kilometer.

“Tarif Rp1.000 per kilometer ini berlaku untuk pengguna tol golongan I. Untuk golongan II dan III, 1,5 kali (tarif golongan I). Untuk golongan IV dan V, 2 kali (tarif golongan I),” katanya. (Haryudi)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0825 seconds (0.1#10.140)