Harga Minyak Dunia Menguat Saat Perlambatan Ekonomi China Tak Parah

Senin, 21 Januari 2019 - 10:40 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat Saat Perlambatan Ekonomi China Tak Parah
Harga Minyak Dunia Menguat Saat Perlambatan Ekonomi China Tak Parah
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan, Senin (21/1/2019) setelah data menunjukkan perlambatan ekonomi China tidak sebesar yang diperkirakan beberapa analis. Ditambah dukungan juga datang dari pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC).

Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional diperdagangkan pada level USD62,83 per barel dengan tambahan 13 sen atau 0,2% dari penutupan terakhir. Sedangkan harga minyak berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) menguat menjadi USD53,92 per barel lewat peningkatan 12 yang setara 0,2%.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia tersebut telah turun ke zona merah pada awal sesi di tengah kekhawatiran bahwa angka pertumbuhan ekonomi 2018 China akan lebih lemah. Dalam perkiraan pendinginan, ekonomi China tumbuh 6,6% pada 2018, ekspansi paling lambat dalam 28 tahun dan turun dari revisi 6,8% pada 2017 berdasarkan data resmi yang dirilis.

Pertumbuhan China periode September hingga Desember 2018 berada pada 6,4% atau turun dari 6,5% pada kuartal sebelumnya. Meskipun perlambatan itu sejalan dengan harapan dan tidak setajam yang diperkirakan beberapa analis, pendinginan ekonomi nomor dua dunia itu tetap membayangi pertumbuhan global.

"Prospek global tetap suram, meskipun muncul sinyal positif dari Fed yang lebih dovish (sekarang meningkatkan aplikasi hipotek A.S.), pelonggaran China lebih cepat (stabilisasi pertumbuhan kredit China) dan gencatan senjata AS-China yang lebih tahan lama," kata bank J.P. Morgan AS dalam sebuah catatan.

Meskipun demikian, analis mengatakan pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC kemungkinan akan mendukung harga minyak mentah. "Brent bisa tetap di atas USD60 per barel seiring kepatuhan OPEC ditambah berakhirnya keringanan Iran dan pertumbuhan output AS yang lebih lambat," kata J.P. Morgan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3833 seconds (0.1#10.140)