Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Sanksi AS ke Venezuela dan Iran

Kamis, 07 Maret 2019 - 10:18 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Sanksi AS ke Venezuela dan Iran
Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Sanksi AS ke Venezuela dan Iran
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan, Kamis (7/3/2019) di tengah pengurangan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC). Ditambah sentimen selanjutnya datang dari sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap eksportir minyak seperti Venezuela dan Iran.

Namun kenaikan harga lebih lanjut, tertahan oleh kenaikan produksi minyak AS hingga menyentuh rekor serta peningkatan persediaan bahan bakar komersial. Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada posisi USD56,45 per barel atau lebih tinggi 23 sen yang setara 0,4% dari sesi terakhir.

Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional bertambah 37 sen atau 0,6% menjadi USD66,36 per barel. Pergerakan positif harga ditopang oleh pengurangan pasokan oleh OPEC serta negara-negara lain untuk menahan output sekitar 1,2 juta barel per hari (bph).

Hal itu sebagai sebuah strategi yang dirancang untuk mengencangkan pasar serta mendongkrak harga minyak mentah dunia. Para pelaku pasar juga menilai sanksi AS terhadap industri minyak anggota OPEC yakni Iran dan Venezuela juga berdampak terhadap lompatan harga.

Perusahaan minyak milik negara Venezuela PDVSA pada pekan ini mengumumkan keadaan darurat maritim, dengan alasan kesulitan mengakses tanker dan personel untuk mengekspor minyaknya di tengah sanksi. Terlepas dari faktor-faktor tersebut, pasokan minyak tetap melimpah karena melonjaknya produksi AS.

Stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diperkirakan pekan lalu, dengan persediaan naik 7,1 juta barel menjadi 452,93 juta barel. Hal itu berdasarkan laporan mingguan oleh Administrasi Informasi Energi (EIA) AS.

Sedangkan produksi minyak mentah AS tetap pada rekor 12,1 juta barel per hari, meningkat lebih dari 2 juta barel per hari sejak awal 2018. "Keseimbangan antara kenaikan produksi AS dan upaya OPEC + untuk menstabilkan harga dengan penurunan produksi dipatahkan oleh persediaan AS yang lebih tinggi," kata Alfonso Esparza, analis senior di pialang berjangka OANDA.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3133 seconds (0.1#10.140)