Dulang Sukses dari Ranah Online

Minggu, 24 Maret 2019 - 10:47 WIB
Dulang Sukses dari Ranah Online
Dulang Sukses dari Ranah Online
A A A
Dengan berdagang online kini seseorang dapat meneruskan kehidupannya secara lebih baik. Dapat pula mewujudkan impian keluarga, membantu warga satu kampung, dan membangun harapan banyak pihak. Teknologi terbukti mampu mengubah hidup jika dikendalikan oleh tangan kreatif, walau untuk menguasai dan memanfaatkannya dibutuhkan waktu cukup lama.

Seperti dialami Bambang Anto Ari Wibowo yang pernah menjadi pengamen sampai akhirnya berkenalan dengan internet. Berkat ketekunan dalam mempelajari dunia digital, mulai blogging, iklan, hingga marketplace, Bambang bisa berjualan sampai beromzet miliaran rupiah dari barang-barang sederhana, seperti peralatan pertanian dan rumah tangga. Seperti apa kisahnya? Inilah cerita bapak satu anak itu kepada KORAN SINDO di kediamannya di Blitar, Jawa Timur.

Bagaimana awal Anda mengenal internet?
Saya sempat menjadi kuli bangunan di Jakarta pada 2006, tapi hanya bertahan seminggu. Lalu mengadu peruntungan lagi di Pati dengan menjadi pengamen. Alhamdulillah, satu hari mengamen saya sudah bisa membeli gitar sendiri. Sebelumnya hanya meminjam.

Dari mengamen saya kumpulkan uang sampai bisa membuat distro sendiri. Zaman distro sedang hit dan saya ikutan membuat distro karena ingin berhenti jadi pengamen. Distro saya itu berada di depan sebuah warung internet (warnet). Dari situ saya mengenal internet berkat pemilik warnet.

Kenal dengan istri yang menjadi TKW di Hong Kong juga karena suka main ke warnet. Belajar internet memang awalnya supaya bisa komunikasi selalu dengan dia. Pada 2009-2010 distro saya bangkrut. Saya mencoba kerja di warnet.

Bahkan dulu saya pernah bilang tidak masalah tak digaji asal saya mendapat ilmu dari pemilik warnet. Kebetulan beliau juga seorang pebisnis online . Saya selalu diajarkan sampai saya menguasai dan menjadi publisher Google Adsense dan blogger. Penghasilan saya dari internet sudah sampai Rp10 juta per bulan.

Setelah 2010, saya bertemu langsung dengan istri dan satu tahun kemudian kami menikah. Saya ikut ke Blitar, ke kampung istri. Istri juga saya suruh balik ke Blitar, tidak lagi menjadi TKW. Saya katakan kepadanya, saya sudah sanggup menghidupi dia.

Di Blitar ternyata ada juga beberapa orang yang menekuni dunia online , bukan seperti saya, tapi jualan online. Hasilnya lebih besar. Saya tertantang untuk mencoba mempelajarinya lagi. Karena basic dari digital, saya sudah paham.

Anda kini fokus menjadi pedagang online?
Iya, berkat teman-teman yang mengajarkan dan solid. Mereka tergabung di dalam komunitas Bukalapak. Mereka suka ngumpul sampai punya markas sendiri dan berbagi ilmu. Kampung saya saja menjadi Kampung Wirausaha Online.

Jadi, saya bisa mengaplikasikannya dan berusaha terus berpikir, produk apalagi yang saya jual. Alhamdulillah, mendapatkan hasil yang luar biasa dan membuat saya ketagihan untuk bisnis seperti ini. Pekerjaan lama saya tinggalkan dan saya fokus berjualan di Bukalapak.

Produk apa saja yang Anda jual?
Pertama kali yang saya jual adalah selang drip, peralatan pertanian. Pikiran saya, kalau saya bisa menjualkan produk orang lain, kenapa saya nggak bisa jual produksi sendiri? Mulai 2015 saya memproduksi beberapa produk, mulai produk kayu seperti meja lipat kecil untuk belajar anak atau meja laptop, pajangan dinding, alat dapur seperti rak piring, rak dinding, selang irigasi, hingga bibit pertanian.

Jadi, Anda seorang produsen atau hanya memberdayakan para perajin?
Saya membantu para perajin, bekerja sama dengan tukang. Jadi sistemnya saya nggak harus punya peralatan produksi. Saya juga nggak harus punya tempat produksi, tapi saya bisa memproduksi barang melalui kerja sama dengan produsen. Saya juga punya investor yang mempercayakan modalnya untuk saya gunakan.

Investor yang memodali saya untuk alat pengiris bawang sampai habis Rp200 juta. Untuk perajin kayu, saya punya tiga perajin. Lalu saya punya perajin besi, stainless, dan produk pertanian yang tersebar di sekitar Blitar. Referensi desain saya ambil dari Google dan toko barang-barang rumah tangga.

Saya desain ulang dan dipatenkan dengan nama Bambang Mas yang sudah didaftarkan di HAKI. Desain ulang saya ini terlebih dulu saya tanyakan kepada perajin. “Kamu bisa buat ini nggak? Kalau kita bisa buat, ayo kita bikin!” Saya minta kepada perajin untuk tidak dijual di tempat lain.

Ini ide saya, perajin tinggal memproduksi saja. Tidak usah pedulikan biaya produksi, modal, dan lain-lain. Hanya cukup memproduksi sesuai permintaan saya. Alat pengiris bawang yang terbuat dari stainless masuk ke dalam daftar produk paling laris di Bukalapak mulai 2017 sampai 2019.

Termasuk di flash deal sudah terjual sebanyak 2.000 buah. Tim produksi saya menargetkan dapat memproduksi 1.000 buah. Berbagai produk sudah saya riset via Google dan saya desain sendiri. Meja lipat menjadi produk paling laku, diikuti pengiris bawang yang sekali produksi bisa sampai 500 buah.

Adakah trik Anda dalam berjualan online ?
Saya selalu beriklan tengah malam. Waktu orang tidur saya manfaatkan untuk iklan, jadi kompetitornya berkurang. Posisi saya bisa di atas. Dengan trik tadi, nominal transaksinya bisa sampai hampir Rp400 juta. Saya pun masuk ke banyak marketplace dan membuat banyak akun jualan dengan nama berbeda.

Aktivasi saya juga banyak di media sosial. Ketika menjadi blogger , saya banyak belajar soal SEO. Di bisnis ini saya terapkan juga untuk urusan pemasaran. Selain di Bukalapak, saya juga punya website yang digencarkan SEO dengan menanam backlink di banyak forum dan grup komunitas.

Penyebaran penjualan pun tidak hanya dilakukan di Blitar. Saya mengajak beberapa rekanan di luar kota untuk berjualan online , seperti membuka franchise dengan nama Bambang Mas. Beberapa rekan serta kerabat tinggal di Kudus, Solo, Pati, dan Pasuruan.

CV Bambang Mas Kudus yang khusus menjual jenang Kudus. Di Pati, CV Bambang Mas menjajakan produk handle pintu dan produk home living . Di Pasuruan dan Solo khusus untuk produk kabel dan fashion muslim. Cabang-cabang ini saya kembangkan untuk mem-branding nama Bambang Mas sehingga orang penasaran, siapa sih Bambang Mas ini kok ada di mana-mana.

Hasilnya cukup baik. Produk dan cara pemasaran Bambang mendapat sambutan positif konsumen dari seluruh Indonesia. Hingga akhir 2018, pembukuan saya menunjukkan pencapaian omzet lebih dari Rp2 miliar dengan profit menembus Rp500 juta. Pada 2017 omzet saya sekitar Rp1 miliar.

Dua tahun sebelumnya, saya belum mengerti dan melakukan pembukuan. Sementara untuk omzet bulanan, Bambang Mas bisa menghasilkan angka ratarata Rp140 juta hingga Rp170 juta.

Berapa harga produk terlaris Anda?
Pengiris bawang, harga ritel yang saya tawarkan adalah Rp67.500, lalu meja lipat seharga Rp190.000, dan paket meja serta kursi untuk anak-anak dihargai Rp250.000.

Keuntungan apa saja yang sudah Anda dapatkan dari berjualan online?
Hasil dari penjualan pengiris bawang, saya bisa umrah sendiri. Waktu itu berangkat pada November 2017 dan pada Oktober 2018, belum genap setahun, saya umrah lagi bersama keluarga. Hasil dari menjual 1.000 produk di toko. Bukan hanya untuk keluarga, tapi bagi saudara-saudara seperti sepupu saya, adik ipar, saya ajak jualan online .

Saya kenalkan dengan komunitas daripada mereka merantau ke luar pulau. Bagi masyarakat sekitar juga yang saya jualkan produknya sehingga dapat membantu perekonomian mereka. Contoh kecil, tetangga saya seorang bapak yang biasa menanam rumput odot, dijual bibitnya untuk ditanam.

Digunakan untuk persiapan pakan ternak. Harga per stek Rp200-300, biasa dijual untuk kebutuhan kecil 100- 500 batang stek. Kalau untuk partai besar bisa di atas 20.000 batang. Itu dijual ke seluruh Indonesia, sampai Papua pokoknya.

Dulu kalau tidak jualan online, siapa sangka bisa terjual sebanyak itu? Jadi, bapaknya bertugas mencari lahan yang sudah ada rumput yang batangnya siap dijadikan bibit. Nanti yang borong adik keponakan saya. Usaha rumput ini dimulai pada 2015 di Bukalapak.

Hasilnya bagus, cuma terkendala tenaga, tidak bisa kapasitas besar. Kalau ada yang beli misalkan di atas 2.000 batang, dulu suka kewalahan. Jika bertepatan dengan kemarau, petani sebelumnya yang suplai ke saya sudah tidak sanggup.

Akhirnya saya menyuruh adik keponakan saya untuk mencari rumput odot. Pengalaman sebelumnya saya melibatkan beberapa tetangga sehingga bisa menjual dengan kapasitas besar, sampai saya harus mengambil bibit ke desa tetangga.

Tanggapan mereka pertama kali seakan tidak masuk akal, karena rumput ini sudah umum sekali di daerah saya. Tapi, karena saya selalu rutin memesan, mereka makin semangat untuk menanam odot dan yakin pasti bakal laku.

Perubahan yang mereka dapatkan ada tambahan penghasilan dari rumput ini. Saat ini saya selalu mengedukasi masyarakat sekitar untuk menanam rumput odot, membantu memulai dari hal kecil. Pernah saya dan tim diundang ke kota tetangga, Bangil, Pasuruan, untuk seminar tentang rumput odot. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3902 seconds (0.1#10.140)