Tinjau Balai Penelitian Peternakan, Mentan Optimistis Swasembada Daging

Kamis, 16 Mei 2019 - 02:07 WIB
Tinjau Balai Penelitian Peternakan, Mentan Optimistis Swasembada Daging
Tinjau Balai Penelitian Peternakan, Mentan Optimistis Swasembada Daging
A A A
BOGOR - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku terkesan dengan proses pengembangan hewan ternak semisal sapi dan ayam di Balai Penelitian Peternakan (Balitnak), Ciawi, Kabupaten Bogor karena sudah membuahkan hasil yang cukup maksimal. Akhirnya Mentan optimistis ke depan Indonesia bisa segera mewujudkan swasembada daging.

"Saya berterimakasih kepada teman-teman (Balai Penelitian Pengembangan Pertanian/Balitbangtan maupun Balai Penelitian Peternakan/Balitnak), saya sudah meninjau kandang percobaan dan kita memiliki sapi masa depan Indonesia," kata Mentan Amran di Balitnak, Bogor, Rabu (15/05).

Bahkan, pihaknya menyarankan kepada peneliti yang selama ini mengembangkan hewan ternak sapi Belgian Blue untuk segera mencarikan nama khas Indonesia bagi sapi tersebut. "Jadi jangan belgian blue, nanti kita akan namakan cakra atau sapi gatot kaca. Rencananya, kita akan terus kembangkan dari sekarang memiliki 400 ekor sapi hingga nanti 1000 ekor," ungkapnya.

Optimismenya berdasar lantaran sapi cakra dan gatot kaca itu saat baru lahir memiliki berat 67 kilogram. Berbeda dengan sapi Indonesia atau lokal, baru lahir hanya 20 kilo. "Nah yang ini sekitar 2-3 kali lipatnya. Kebayangkan nanti saat sapi-sapi gatot kaca tersebut berusia 3-4 tahun. Ini baru namanya bertani cerdas," paparnya.

Bahkan, Ia berani sesumbar dalam waktu dekat permasalahan daging di Indonesia bisa cepat teratasi sehingga tak lagi mengandalkan impor dalam memenuhi kebutuhan stok daging nasional.

"Jelas ini merupakan solusi untuk mengatasi kebutuhan daging sapi nasional yang selama ini masih mengandalkan impor. Kita sudah berani bicara sekarang sapi cakra atau gatot kaca ini sebagai solusi permasalahan daging dan saya optimis kedepan Indonesia bisa swasembada daging karena sekarang sudah 400 ekor," katanya.

Selain itu, saat ini pihaknya juga akan terus membagikan ayam petelur atau KUB kepada masyarakat miskin yang jumlahnya setiap tahun bisa mencapai 10-20 juta ekor.

"Intinya sekarang kita sudah bagi ayam dan sudah bertelur, dan akan melakukan pendampingan kepada petani serta memberikan pakan gratis sampai nanti. Nah sekarang saatnya kita melakukan pendampingan membuat program mandiri pakan. Supaya mereka bisa membuat sendiri pakannya dan itu target kita," jelasnya.

Selain itu, Mentan menargetkan kedepan, mereka yang sudah menerima ayam tak lagi tergantung kepada pemerintah maupun asing. "Sebab pakan bisa dibuat sendiri ayam bisa dibuat sendiri artinya bertelur itu ditetaskan. Sehingga nantinya tak ada lagi ketergantungan dari pemerintah, luar negeri, apalagi barang - barang impor, kami ingin mencetak, para petani menjadi manusia-manusia yang mandiri, dan dihasilkan dari mereka sendiri," katanya.

Anggaran yang akan dikucurkan itu untuk pakan ayam, menurutnya nanti bisa segera ditambahkan, kurang lebih Rp40 miliar. "Itu (Rp40 miliar) tambahan untuk pelatihannya saja. Belum lagi yang lain," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjri Djufri menyatakan, terkait pengembangan ayam KUB yang merupakan program Kementan dalam upaya mengatasi kemiskinan dan kekurangan gizi hingga berakibat stunting.

"Jadi perbanyakan ayam KUB ini, kita bangun Unit Pengembangan Bibit Sumber (UPBS) di tujuh provinsi utama. Yang ada di Bogor ini UPBS utama atau strata satu dengan jumlahnya mencapai 2000 ekor indukannya," kata Fadjri.

Ia menjelaskan, UBPS yang di Bogor, Jawa Barat ini melayani tujuh provinsi, seperti di Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sudah terbangun.

"Harapan kita, selain tujuh provinsi besar itu, kita bangun lagi UPBS strata dua nya dengan jumlah induk ayam yang dikembangkannya kurang lebih 300 ekor, dan strata tiganya yakni peternak rumah tangga miskin itu jumlahnya 30-50 ekor," jelasnya.

Ini, kata dia, sesuai dengan program Kementan yang sejak dua tahun terakhir membagikan ayam KUB atau kampung sebanyak 10-20 juta ekor, dan Balitbang memiliki data tahun ini jumlahnya 6 juta ekor.

"Kita ingin dorong, bagaimana menyiapkan pakan ayam di seluruh Indonesia. Kita sudah punya potensi pakan disetiap provinsi dan pak menteri minta membuatkan pakan institut berdasarkan potensi lokal yang ada di masing-masing daerah, sehingga tak tergantung dengan pakan yang diperjualbelikan dipasar," katanya.

Ia mengaku sudah punya formulasi, tinggal membantu mengembangkannya sehingga itu bisa membantu sesuai kebutuhan ransum ayam itu sendiri. "Kan potensi bertelurnya ayam kita ini 160-180 butir pertahun. Malah yang terbaru, 210-240 butir per tahun, ayam KUB tipe atau generasi dua," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.0016 seconds (0.1#10.140)