Media Sosial Dongkrak Penjualan Parsel

Senin, 27 Mei 2019 - 11:10 WIB
Media Sosial Dongkrak Penjualan Parsel
Media Sosial Dongkrak Penjualan Parsel
A A A
JAKARTA - Bisnis parsel di momen Ramadhan dan Lebaran di zaman now masih menarik meskipun sudah melewati masa emasnya. Media sosial (medsos) sangat efektif untuk menjaring pelanggan, mulai dari melihat foto contoh lantas berlanjut ngobrol via aplikasi chatting.

SENTRA PARSEL JALAN HAJI SAMALI, JAKARTA SELATAN
Kampung parsel di Jalan Haji Samali, Pasar Minggu, Jakarta Selatan merupakan salah satu pusat sentra parsel yang bisa didatangi jika ingin membeli bingkisan di Jakarta dan kawasan sekitarnya. Sayangnya kios-kios di kawasan ini sudah semakin berkurang.

Hal ini disebabkan turunnya permintaan, salah satunya akibat larangan menerima bingkisan bagi pejabat dan PNS di Indonesia oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di sentra parsel ini, kita bisa membeli paket berupa bingkisan makanan maupun barang mewah seperti barang pecah belah. Oleh karenanya harga yang ditawarkan bisa lebih mahal, yakni berkisar antara Rp350.000 hingga Rp6,5 juta per bingkisan.

SENTRA PARSEL CIKINI, JAKARTA PUSAT
Wilayah Cikini di sekitar Menteng Jakarta Pusat sangat identik sebagai pusat bingkisan entah itu parsel Lebaran atau bingkisan untuk Natal dan Tahun Baru. Tidak aneh jika imej Cikini erat sebagai sentra parsel karena para pedagang parsel yang ada di Cikini ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Harga di pusat bingkisan Cikini bervariasi, tergantung dari isi dan bentuk yang dipesan. Namun rata-rata harganya berkisar antara Rp150.000 hingga Rp2,5 juta.

PUSAT PARSEL SURABAYA SENTRA PARSEL WALI KOTA MUSTAJAB
Sentra parsel satu ini berada di Kota Surabaya. Di tempat ini kita tidak hanya bisa berbelanja parsel, melainkan juga pernik-pernik Natal seperti pohon Natal, hiasan Natal dan sebagainya. Di lokasi yang sudah menjadi pusat parsel sejak lama ini kita bisa memesan bentuk dan isi parsel sesuai dengan keinginan.

PUSAT PARSEL BANDUNG ALAN CIKAWAO DAN KARAPITAN
Di Kota Bandung, Jalan Cikawao dan Karapitan merupakan lokasi penjualan parsel paling besar. Di lokasi ini, jenis dan harga yang ditawarkan juga bervariasi. Di tempat ini kita bisa mendapatkan bingkisan berupa makanan hingga barang-barang mewah. Bahkan juga bisa meminta desain parsel unik yang dibuat khusus sesuai dengan keinginan. Di sini bisa ditemukan bingkisan dengan harga mulai dari Rp50.000 hingga jutaan rupiah. Sejak dulu warga Kota Bandung memang menjadikan tempat ini sebagai lokasi berburu parsel untuk kebutuhan Natal maupun Lebaran. Salah satu pelaku bisnis parsel adalah Evitia Ningsih yang mulai melakoninya sejak 2016.

Sebelumnya Evitia melakoni bisnis bunga, namun akhirnya ekspansi melayani parsel di tokonya yang berlokasi di Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pesanan parsel yang ramai masih seputar makanan, pecah belah, ataupun campur.

”Hampir sama keduanya, tidak ada yang berbeda. Jumlah pesanan makin meningkat lumayan. Rasanya belum ada dampak larangan parsel ke pejabat,” ujar Evi di Jakarta kemarin. Dia bercerita mayoritas pesanan datang dari pekerja kantor untuk atasannya ataupun rekan kerja bahkan saudara. Pesanan yang dilayaninya biasanya untuk kantoran dengan tujuan Jabodetabek.

Dia sangat jarang terima banyak pesanan untuk luar kota karena sudah cukup sibuk. ”Untuk ongkos kirim tergantung daerah,” katanya. Evitia mengaku saat ini kunci bisnis parsel miliknya dengan berbagi kabar di Instagram dan Facebook.

Dia bahkan khusus memperbanyak akun Instagram hingga delapan akun. Tahun lalu hanya menggunakan tiga akun Instagram saja. Dari Instagram lalu berlanjut ke WhatsApp dan ketemuan di toko. ”Instagram sudah mulai sejak tiga tahun lalu, namun sekarang makin ramai. Sangat berdampak strateginya menggunakan Instagram dengan hashtag #parcel #parcellebaran #parcelmurah #parcelpecahbelah,” sebutnya.

Namun, untuk mengelola akun media sosial masih konservatif karena hanya dirinya sendiri sebagai admin. Karena mengelola sendiri, akhirnya hanya maksimalkan waktu senggang untuk posting yang banyak. Jalur website belum menariknya karena baru ada satu untuk toko bunganya. Pesaing diakuinya sekarang makin banyak, tapi dia optimistis targetnya bisa tercapai. Dia menargetkan tahun ini bisa mendapatkan 500 pesanan parsel atau bisa bertambah dari 300 parsel tahun lalu.

Omzet tahun lalu setidaknya mencapai Rp50 juta. Karena itu, dia siap menggenjot produksi dengan pegawai hingga delapan orang yang siap bekerja lembur kalau pesanan banyak. ”Bahkan sampai setelah Lebaran masih ada yang nanya-nanya lalu membeli. Sekarang sudah 300 parsel terjual sehingga saya optimistis target 500 pesanan tercapai,” tambahnya.

Pesanan yang laris disebutnya barang pecah belah seharga Rp700.000. Namun, kadang ada juga pesanan unik seperti produk kristal. Umumnya pembeli akan bertanya harga lalu harga diskon dan ongkos kirimnya.

Untuk tempat menaruh barang-barang dia menggunakan berbagai macam material seperti bambu, kotak daur ulang, kotak kayu, dan juga kardus dengan berbagai ukuran. ”Pernah ada pesanan sulit minta gula khusus diabetes yang sulit ditemukan. Kami sudah cari di beberapa lokasi, tapi tidak menemukannya. Pernah juga ada pelanggan yang mangkir tidak selesaikan pembayaran. Saya pasrah saja,” ucapnya.

Lain lagi kisah penjual parsel, Tini, yang berlokasi di Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dia juga mengombinasikan bisnis florist dan parsel. Bahkan, menurutnya, pelanggan florist mayoritas merupakan pembeli parsel.

Dia mulai bisnis florist sejak 16 tahun lalu dan mulai mengembangkan parsel sejak 6 tahun lalu. Kombinasi bisnis florist dan parsel disebutnya efektif. Hal ini penting karena menurutnya pesanan parsel menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Delly Arifin, yang berbisnis dekorasi bunga dan taman vertikal, mengaku tidak berminat menekuni bisnis parsel.

Menurutnya, saat ini terjadi perubahan tren. Konsumen sekarang lebih suka datang langsung membeli barang ke toko dan bikin sendiri. Orang sudah banyak yang bisa merangkai parsel dengan menggunakan berbagai bahan. Bahkan di banyak kantor juga secara mandiri merangkai parsel untuk dikirimkan.

Namun, menurutnya, pesanan bunga dalam vas untuk hiasan meja dan versi papan juga ramai untuk Lebaran. Namun, tantangannya adalah bunga harus segar sehingga kerepotan bertambah di saat jelang Lebaran. ”Sekarang tidak seperti dulu saat sentra parsel ramai di Cikini atau sebagainya. Perkembangan desain parsel juga jarang yang baru jadi mudah ditiru. Karena itu, saya tidak bisnis parsel,” ujar Delly.

Salah satu pakar parsel Yesy Wahyuningtyas mengatakan ada beberapa tips untuk membeli parsel. Menurutnya, konsumen harus paham parsel akan diisi oleh barang apa saja. Jangan lupa perhatikan waktu kedaluwarsa produknya, terutama bila itu adalah makanan. Langkah berikutnya adalah menilai bentuk dan desainnya apakah sesuai untuk orang yang ditujukan.

Kemudian terakhir baru menimbang harganya apakah masuk kantong atau tidak. ”Tren kekinian biasanya parsel ramai diisi kue kering ataupun ditambah pemanis hiasan bunga. Simpel dan berkesan serta sesuai budget,” ujar Yesy. (Hafid Fuad)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4934 seconds (0.1#10.140)