KKP-TNC Pastikan Nelayan Terapkan Prinsip Perikanan Berkelanjutan

Rabu, 14 Agustus 2019 - 15:30 WIB
KKP-TNC Pastikan Nelayan Terapkan Prinsip Perikanan Berkelanjutan
KKP-TNC Pastikan Nelayan Terapkan Prinsip Perikanan Berkelanjutan
A A A
JAKARTA - Untuk menciptakan industri perikanan yang berkelanjutan, khususnya untuk menyelamatkan perikanan ikan kakap dan kerapu, Fish Improvement Program (FIP) resmi diluncurkan hari ini dengan menggandeng 12 perusahaan perikanan swasta Indonesia. Program yang diinisiasi oleh The Nature Conservancy (TNC) ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan ekosistem perikanan.

"Nelayan tradisional merupakan tulang punggung perikanan, sekitar 70% dari nelayan Indonesia bergantung pada mata pencaharian ini untuk menghidupi mereka," ujar Direktur Program Perikanan TNC Peter Mous di Jakarta, Rabu(14/8/2019).

Bekerja sama dengan jaringan logistik makanan laut (seafood) dan industri yang terlibat, tegas dia, secara bersama-sama Indonesia dapat mengembangkan manajemen kuat dan menjaga industri yang berkelanjutan bagi para nelayan yang mengandalkan industri perikanan tersebut.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) M Zulficar Mochtar mengatakan, TNC dan KKP sudah lama bekerja sama dalam menciptakan ekosistem perikanan yang berkelanjutan. FIP juga ini ditujukan untuk menjaga keuntungan dan kebutuhan sektor swasta dan nelayan sembari menjaga ekosistem laut tetap lestari.

"Yang kemudian menjadi tantangan di Indonesia, sebanyak lebih dari 90% nelayan adalah nelayan skala kecil, di mana kapasitas mereka belum terlalu tinggi sementara lokasi mereka tersebar luas," ungkap Zulficar.

Ia memaparkan bahwa skala kecil saat ini berbeda dengan yang dulu, karena terjadi pergeseran misalnya tangkapan tuna maupun cakalang yang dahulunya didapatkan oleh kapal besar sekarang didominasi oleh perikanan skala kecil karena mudahnya mendapatkan ikan di pesisir.

"Ini berarti harus ada perbaikan data, pendataan untuk kapal kecil maupun besar untuk traceability, namun sistemnya belum mandatory. Kami akan membangun awareness nelayan kecil supaya mereka paham prosesnya dan keuntungan apa yang akan mereka peroleh dalam manajemen. Kadang mereka menangkap ikan banyak, tetapi tidak banyak terjual, dan kadang mereka menangkap ikan yang bagus tetapi pasarnya tidak jelas," jelas Zulficar. Dengan adanya sistem pendataan ini, kata dia, nelayan akan lebih mudah mengatur strategi tangkapannya dan memasarkan ikan tangkapannya.
Peter menambahkan, sejauh ini dalam pendataan, pihaknya sudah melakukan kerja sama pendataan dengan 440 nelayan dari seluruh wilayah di Indonesia. "Kami lihat nelayan-nelayan Indonesia sangat kooperatif dan transparan dalam prosesnya sehingga ini memudahkan kami dalam pendataan," tuturnya.

Zulficar mengungkapkan bahwa KKP tidak bisa sendirian saja dalam mewujudkan perikanan bahari, perlu ada sinergi antara pemerintah, swasta, LSM, nelayan, dan masyarakat. Dari segi regulasi, imbuh dia, KKP akan selalu mendukung para nelayan untuk tetap berpegang pada prinsip perikanan ramah lingkungan, serta mencegah dan menindak tegas perikanan yang merusak (destructive fishing), terlebih lagi penggunaan peralatan yang tidak diizinkan dan penangkapan ikan melebihi batasan ukuran.

"Apabila FIP ini berhasil, program ini bisa dijadikan pedoman untuk best practices dalam perikanan dan inisiasi-inisiasi lainnya yang lebih luas. Kami berharap bisa menciptakan sustainable fisheries dengan program-program seperti ini," tutup Zulficar.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7245 seconds (0.1#10.140)